tag:blogger.com,1999:blog-46035908361176844992024-03-05T23:19:53.740-08:00SAHABAT MUSLIM.:Unknownnoreply@blogger.comBlogger90125tag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-46876076362641074092015-07-08T09:42:00.001-07:002015-07-08T09:43:33.372-07:00Cicit Kyai Muhammad Khollil Bangkalan Yang Sangat Sederhana<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgokQXrcyan7ncsXkuXFrMyoQ3cg0CMFUj-MuWeS3f_O0p0o5D1GcD1vSdEwhr3hNwwNFzEciAcMK_4nmX3u5p-uxRMT1i-HWReRPoRU-U6XzaL3jYGgIJUUm57RFzllstOsQLJlITzad0/s1600/11539732_1447726975532304_6207164979616844199_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgokQXrcyan7ncsXkuXFrMyoQ3cg0CMFUj-MuWeS3f_O0p0o5D1GcD1vSdEwhr3hNwwNFzEciAcMK_4nmX3u5p-uxRMT1i-HWReRPoRU-U6XzaL3jYGgIJUUm57RFzllstOsQLJlITzad0/s320/11539732_1447726975532304_6207164979616844199_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
KH Kholilurrahman "Ra Lilur" , Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan Madura <br />
Siapa yang tak kenal KH Kholilurrahman. Ra Lilur dem<span class="text_exposed_show">ikian
biasa dipanggil, merupakan ulama yang sering didatangi orang penting
negeri ini. Tak itu saja, warga biasa pun sering minta barokah hanya
urusan sehari-hari, mulai dari urusan minta hari untuk pernikahan sampai
minta obat alternarif, pilkades.</span><br />
<br />
<div class="text_exposed_show">
Ra Lilur, demikian masyarakat menyebut kiai ini. Nama lengkapnya KH.
Kholilurrahman. Kalau dirunut nasabnya ke atas, ia adalah cicit ulama
besar Indonesia, KH Kholil Bin Abd Latief, atau Syaikhona Kholil
Bangkalan, atau Mbah Kholil.<br />
Bergelar Syaikhona, karena KH Kholil merupakan guru mayoritas ulama Indonesia.<br />
Masyarakat Madura meniliai Ra Lilur dalam maqom jadab. Dalam terminologi
sufi (tassawuf), jadab merupakan suatu tahapan untuk mencapai tingkat
karamah (keistimewaan) yang biasanya disebut wali.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_qPtkFZur8J7tCxFup9jq_zYR0G0_vChIf1XyerkrC3WwOkjv0ZkJnoIWWDFGlbY73Cq3Mos-ItJKUkwokBI5-QDh5KzdqQPbCoIflVImfNYBAAfKgdiyqx2A0TOBuv0xcIYpdb04Xcg/s1600/11252455_1447727032198965_7024096510353988268_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_qPtkFZur8J7tCxFup9jq_zYR0G0_vChIf1XyerkrC3WwOkjv0ZkJnoIWWDFGlbY73Cq3Mos-ItJKUkwokBI5-QDh5KzdqQPbCoIflVImfNYBAAfKgdiyqx2A0TOBuv0xcIYpdb04Xcg/s320/11252455_1447727032198965_7024096510353988268_n.jpg" width="313" /></a></div>
<br />
Namun sebagian
masyarakat menilai Ra Lilur adalah sudah mencapai tingkat wali. Mana
yang benar? wallahu a’lam. Yang pasti, kiai ini memang luar biasa.
Penampilannya yang sangat bersahaja – bahkan jauh di bawah kehidupan
normal – membuat hati orang yang melihatnya bergetar. Wajahnya memang
memancarkan Nur Ilahi. Ia bagai magnet kehidupan sehingga membuat orang
lupa segala gemerlap duniawi. Duh, Gusti, inikah ulama sebenarnya? Ya,
ia zuhud, tak perduli gemerlap duniawi dan tanpa pamrih. Hidupnya hanya
untuk Allah, berkelana dari satu tempat ke tempat lain.<br />
Orang
yang tak paham bisa jadi mengira ia gila. Maklum, penampilannya apa
adanya. Apalagi perilakunya cenderung aneh. Ia kadang hidup di tengah
laut, merendam diri sampai berhari-hari. Namun justru sikapnya inilah
yang kemudian mengingatkan orang pada Nabi Khidlir.<br />
Ia seolah
mengasingkan dari hiruk pikuk kehidupan yang kian renta, tanpa nurani.
Dari tengah-tengah arus gelombang laut itu ia membaca tanda-tanda
kehidupan. Apa yang akan terjadi terhadap negeri ini.<br />
“Tamunya
beragam, tapi jangan kaget kalau tak kesokan (tidak mau,red), beliau tak
mau menemuinya,” tegas KH Badrus Sholeh, salah seorang ulama Bangkalan
bercerita soal kenyelenehan cicit ulama Bangkalan, KH Syaikhona Mohammad
Kholil bin Abdul Latif ini.<br />
Menurut pengakuannya, tak sedikit
pejabat penting, mulai regional, Jatim bahkan nasional berusaha menemui
kiai yang berpenampilan nyeleneh ini. “Bahkan Pak Imam sebelum pilgub
2003 lalu sowan ke kiai,” tegas wakil ketua PCNU Bangkalan ini. Pengasuh
Ponpes Wali Songo, Kwanyar Bangkalan ini melanjutkan ceritanya soal
tamu-tamu penting Ra Lilur. Belakangan, orang kepercayaan Abu Rizal
Bakri, bos PT Lapindo berusaha sowan ke La Lilur.<br />
Keinginan kuat bos itu bisa ditebak, yakni minta saran agar semburan lumpur yang sangat meresahkan itu bisa dihentikan.<br />
“Namun kiai tak kesokan (tak berhasrat) tamu utusan bos Lapindo itu,”tambahnya.<br />
Kalangan warga biasa tak sedikit ingin sowan ke La Lilur. Mulai urusan
mencari rezeki, jodoh sampai ingin agar penyakitnya sembuh.<br />
Ada
pengalaman menarik, salah seorang warga pernah sakit tak komplikasi
penyakit dalam stadium akut. Bahkan sang pasien sudah hampir satu bulan
opname di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Karena terapi
penyembuhan kedokteran tak ada perkembangan mengembirakan. Salah seorang
anggota keluarga pasien memutuskan untuk minta barokah La Lilur. “Kiai
memberikan obat maaq dan obat puyer sakit kepala, setelah diminum
Alhamdulillah sembuh,” tegas Salim, saudara si pasien menjelaskan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ7Z3z7YJH1exXRoc4mZwTYfCaDrxj90EHK24EuVzahFQfm9nOycEOQKvNLMhnKnur39Gl-0Mc5u0L5WanUuW9GGM8VZoxwUJH3r9EDbOBURTu6pO_3t4XrT31QF9RjDke545ahJ7FX5I/s1600/11262274_1447727118865623_7667473073753778852_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ7Z3z7YJH1exXRoc4mZwTYfCaDrxj90EHK24EuVzahFQfm9nOycEOQKvNLMhnKnur39Gl-0Mc5u0L5WanUuW9GGM8VZoxwUJH3r9EDbOBURTu6pO_3t4XrT31QF9RjDke545ahJ7FX5I/s320/11262274_1447727118865623_7667473073753778852_n.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
Ia memang benar-benar misterius. Ia tak menghiraukan pakaian, apalagi
harta benda. Ia tak peduli penilaian orang tentang dirinya. Hidupnya
hanya untuk Allah, Allah, Allah…<br />
Ia juga jarang -untuk tak
mengatakan tak pernah- bergaul dengan orang seperti umumnya ulama masa
kini. Ia juga jarang disorot TV, apalagi berebut memberi komentar di
koran seperti umumnya “ulama milenium.”<br />
Namun begitu ia muncul di
tengah keramaian orang, suaranya adalah “sabda.” Apa yang diucapkan
sering terjadi. Karena itu ia lantas berpesan agar hati-hati.<br />
Namun
tak jarang ia bertindak tanpa bicara. Pernah suatu ketika ia tiba-tiba
membakar bangunan pondok pesantren yang diasuh KH. Abdullah Schaal
Bangkalan Madura. Pesantren yang lokasinya berdekatan dengan masjid
Jami’ dan alun-alun kota Bangkalan itu pun hangus dilalap api.<br />
Anehnya, Kiai Abdullah Schaal yang dikenal sangat berpengaruh di
Bangkalan itu diam saja. Ia tak bereaksi, apalagi marah. Kenapa?<br />
Perilaku Ra Lilur memang mirip Nabi Khidlir. Selain suka bertempat di
kawasan berair juga isyaratnya selalu kontroversial. Nabi Khidlir pernah
menumpang kapal bersama Nabi Musa. Tiba-tiba ia mengkampak dan
membocori kapal yang ia tumpangi. Karuan saja Nabi Musa menegur dan
marah. Sudah menumpang kapal secara gratis, kok masih bikin ulah
melubangi kapal. Apalagi kapal itu sangat bagus.<br />
Namun kemudian
Nabi Musa mengerti isyarat Nabi Khidlir yang aneh itu. Ternyata itu
dilakukan Nabi Khidlir justru menyelamatkan kapal tersebut. Karena dalam
pelayaran selanjutnya ada beberapa aparat raja dzalim yang merampas
kapal yang ditumpangi Nabi Musa dan Khidlir sudah berlubang, meski masih
bagus, akhirnya lolos, tak dirampas.<br />
Tampak apa yang dilakukan Ra Lilur itu juga ada kemiripan dengan perilaku aneh Nabi Khidlir.<br />
Buktinya, setelah ia membakar pesantren itu kemudian terjadi peristiwa
naas yang menimpa bangsa ini. “Banyak terjadi aksi pembakaran di
mana-mana,” kata KH. Imam Buchori, ketua PCNU Bangkalan yang juga
keponakan Ra Lilur. Aksi anarki pembakaran ini terjadi mengiringi
konflik politik yang terus berkepanjangan di negeri ini. Misalnya
pembakaran pertokoan, kantor-kantor partai politik, dan banyak lagi.
Isyarat Ra Lilur itu kian kongkrit ketika terjadi pembakaran yang
dilakukan orang-orang Dayak terhadap gubuk-gubuk orang Madura yang
mengungsi dari Sampit dan Sambas.<br />
Tak jelas, apa karena Kiai
Abdullah Schaal yang dikenal sangat berpengaruh di Bangkalan itu paham
terhadap keistimewaan Ra Lilur sehingga ia lalu diam saja, meski
pondoknya dibakar Ra Lilur. Yang pasti, setelah gubuk santri di
pesantrennya dibakar, pesantren Kiai Abdullah Schaal semakin maju pesat.
Bilik-bilik santri yang semula berupa gubuk-gubuk kini dibangun
mentereng. Bahkan pesantren putri yang menyatu dengan tempat istirahat
Kiai Schaal persis hotel. Bangunannya megah dan menjulang tinggi, penuh
tingkat. Siapa pun yang tak pernah ke Madura akan mengira bangunan itu
hotel, karena memang didesain cukup artistik.<br />
Kiai Abdullah Schal
sendiri tampak sangat hormat terhadap Ra Lilur. Maklum Ra Lilur
cenderung misterius dan kontroversial. Apalagi ia memiliki keistimewaan
kasyaf luar biasa. Bahkan kabarnya Ra Lilur sering memberi
isyarat-isyarat kepada Kiai Abdullah terutama tentang
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Biasanya, kalau menyangkut
persoalan besar, Ra Lilur minta Kiai Abdullah Schaal hati-hati.<br />
Yang menarik, sinyal Mega akan jadi Presiden pun sudah terdeteksi Ra Lilur sejak awal. Isyaratnya waktu itu sangat aneh. Apa?<br />
Isyarat ala Nabi Khidlir yang dilakukan Ra Lilur memang luar biasa.
Lebih-lebih bila menyangkut peristiwa politik nasional. Selain selalu
tepat isyarat itu juga terjadi pada peristiwa-peristiwa besar nasional.
Yang menarik, isyarat itu tidak disampaikan dalam bentuk kata-kata atau
ramalan. Melainkan melalui perilaku aneh. Jadi, ia tak pernah membuat
pernyataan, apalagi prediksi. Justru itulah hebatnya.<br />
Semua isyarat
itu hanya tampak dalam perilakunya yang nyeleneh. Ia sendiri bahkan
tampak tak peduli. Maklum, ia tak punya kepentingan sama sekali dengan
urusan duniawi, apalagi peristiwa-peristiwa nasional.<br />
Tampaknya
tingkah anehnya itu semata transfer dari Tuhan begitu saja. Bahkan bisa
jadi ia sendiri tak menyadarinya. Buktinya, ia tak pernah melontarkan
kata-kata. Kalau ada peristiwa besar yang akan terjadi hanya perilakunya
saja yang tiba-tiba aneh. Seolah semua perilakunya menjadi radar
peristiwa masa depan.<br />
Benarkah? Ini bisa dilihat pada perilaku
anehnya ketika Gus Dur akan jatuh dan diganti Megawati. Isyarat itu
muncul sekitar akhir tahun 2000. Jadi jatuh sebelum Gus Dur benar-benar
jatuh. Saat itu perilaku aneh Ra Lilur muncul secara tak terduga. Ia
tiba-tiba selalu diikuti dan ditempel oleh istrinya (nyai) kemanapun
pergi. Mau pergi kemanapun, ia terus dibuntuti oleh sang bu nyai.<br />
Menurut keterangan tiga khadam (penjaga rumah) Ra Lilur di Desa Banyu
Buneh Banjar dan Pakaan Dajah Kecamatan Galis, saat itu Ra Lilur selalu
tidur satu kamar dengan istrinya. Namun anehnya, Ra Lilur tidak tidur
dalam satu tempat tidur (lencak, bahasa Madura). Ia tidur terpisah
dengan istrinya, meski dalam satu kamar. Lebih aneh lagi, istrinya tidur
diatas ranjang, sedangkan Ra Lilur malah selalu tidur di tanah. “Jadi,
Ra Lilur tidur di bawah, sedang istri beliau di atas,” jelas KH. Imam
Buchori, keponakan Ra Lilur, kepada Taufiqurrahman, wartawan HARIAN
BANGSA di Bangkalan Madura.<br />
Lalu apa makna perilaku nyeleneh Ra
Lilur itu? Jawabannya sangat jelas. Bahwa di Indonesia akhirnya terjadi
pergantian kepemimpinan, dari Presiden pria, yakni Gus Dur, ke Presiden
wanita, Megawati.<br />
Isyarat ini masih bisa dirinci lagi dalam
kontek kekeluargaan. Yaitu terjadi pergantian kepemimpinan dari Presiden
ke Wakil Presiden. Bukankah istri hakikatnya adalah wakil atau pembantu
suami dalam keluarga? Namun yang lebih jelas, tentunya, perilaku aneh
itu merupakan isyarat pergantian kepemimpinan dari pria ke pemimpin
wanita. “Terlepas benar atau salah, banyak kalangan yang memprediksi
isyarat tersebut berkaitan dengan kursi presiden,” jelas Kiai Imam
Buchori yang sehari-harinya aktif sebagai ketua PCNU Bangkalan.<br />
Sayangnya, waktu itu tak ada yang tanggap terhadap isyarat yang terjadi
lewat perilaku aneh Ra Lilur itu. Tak jelas, apakah karena masyarakat
kurang peka atau karena isyarat aneh itu hanya diketahui kalangan
terbatas. Yang pasti, isyarat itu cukup nyata dan jelas.<br />
Masih banyak isyarat lain dari Ra Lilur yang berhubungan dengan peristiwa nasional. Apa itu?<br />
Isyarat yang muncul dari Ra Lilur tampaknya memang bukan berasal dari
kemauan pribadi. Lalu dari mana? Bisa jadi “titipan” Allah. Buktinya,
isyarat itu lebih sering muncul dari perilaku aneh ketimbang kata-kata.<br />
Isyarat dengan perilaku memang cenderung lebih obyektif. Sebaliknya,
isyarat melalui kata-kata selalu subyektif, bercampur nafsu pribadi.
Bahkan bisa jadi ditambah-tambahi. Karena itu mudah dipahami jika
isyarat-isyarat yang muncul melalui perilaku aneh Ra Lilur sering
terjadi pada kemudian hari.<br />
Yang menarik, perilaku aneh Ra Lilur
sering tak masuk akal. Menjelang pemilu 1999, misalnya, Ra Lilur
tiba-tiba mengenakan pakaian aneh. Cicit ulama besar Syaikhona Kholil
Bangkalan itu mengenakan pakaian serba merah. Bajunya berwarna merah.
Begitu ikat kepalanya, berwarna merah. Lebih unik lagi, ia memakai
sarung wanita yang juga berwarna merah. “Pakaian itu dikenakan pada
menjelang Pemilu,” tutur KH. Imam Buchori, keponakan Ra Lilur kepada
Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan.<br />
Ternyata isyarat itu kemudian terbukti. PDIP yang warna kebesarannya merah menjadi pemenang Pemilu.<br />
Apakah Ra Lilur pendukung PDIP? Tentu saja tidak. Kalau ia memakai
pakaian serba merah semata ingin menunjukkan bahwa pemenang pemilu 1999
adalah PDIP. Ra Lilur malah berasal dari keluarga fanatik NU dan PKB.
Bahkan semua anggota keluarganya pengurus dan warga PKB. Begitu juga
keluarga ndalem Ra Lilur, baik dari khadam (pembantu) sampai keluarga
intinya, pendukung berat PKB.<br />
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa
isyarat melalui perilaku cenderung obyektif. Buktinya, betapapun Ra
Lilur berasal dari PKB ternyata malah berpakaian serba merah untuk
menunjukkan peristiwa yang akan terjadi.<br />
Kecenderungan Ra Lilur
berperilaku seperti Nabi Khidlir memang cukup tinggi. Akibatnya,
masyarakat cenderung tak paham. Bahkan ada yang nggrundel menyalahkan.
Mereka baru sadar setelah peristiwa itu terjadi kemudahan. Ini terjadi
juga ketika Ra Lilur membakar pondok pesantren yang diasuh KH. Abdullah
Schaal. Seperti dilaporkan HARIAN BANGSA kemarin, Ra Lilur tiba-tiba
membakar pondok pesantren.<br />
Pesantren (PP) Syaikhona Kholil
Demangan Barat Bangkalan. Karuan saja masyarakat geger. Karena dalam
pandangan masyarakat umum, hanya orang gila yang berani membakar pondok
pesantren. Apalagi, masyarakat Bangkalan sangat fanatik terhadap dunia
pesantren. Kala itu memang belum diketahui siapa orang yang berani
membakar pesantren milik Kiai Abdullah yang terkenal sangat kharismatis
di Bangkalan itu.<br />
Aparat keamanan pun kewalahan. Mereka langsung
mencari siapa sebenarnya pelaku pembakaran itu. Namun, belum sempat tahu
siapa pelakunya, KH. Amin Imron (kini almarhum) langsung mencegatnya.
“Sudah biar saja Pak, yang bakar pondok itu keponakan saya sendiri kok,”
kata Kiai Amin, ayah anggota DPR Fuad Amin.<br />
Mendengar itu polisi
langsung balik kucing. Begitu juga Kiai Abdullah Schaal. Ia
tenang-tenang saja. Kiai yang sangat dihormati masyarakat Madura itu
bahkan hanya senyum-senyum saja.<br />
Memang. Peristiwa pembakaran
pesantren yang terjadi pada 1979 itu ternyata menyimpan isyarat penuh
misteri. Meski demikian, kala itu muncul ramalan bahwa suatu hari nanti
akan berdiri bangunan pesantren setinggi ujung bara api, bekas
pembakaran. Tinggi api ketika pesantren itu dibakar setinggi pohon
kelapa.<br />
Ternyata benar. Kini berdiri bangunan berlantai 7 mirip
hotel. Pesantren itu untuk menampung para santri yang terus membludak
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970, misalnya jumlah santri hanya
berkisar 20 sampai 30 orang.<br />
“Itu pun hanya santri putra,” tutur
Kiai Imam Buchori. Kini santri pesantren itu telah mencapai ratusan
terdiri terdiri dari santri putera dan puteri.<br />
Banyak sekali kisah
tak masuk akal disaksikan banyak orang tentang Ra Lilur. Suatu ketika ia
bersama banyak orang masuk hutan. Kala itu bulan puasa. Begitu tiba di
dalam hutan ternyata adzan maghrib bergema. Orang-orang bingung. Sebab
tak ada makanan sama sekali untuk buat buka. Ra Lilur mengisyaratkan
agar tak resah. Benar. Tanpa diduga tiba-tiba terhampar tikar semacam
permadani. Yang menakjubkan, di atas tikar itu tersedia berbagai macam
makanan. Karuan saja orang-orang itu heran. Meski demikian mereka tetap
saja lahap berbuka puasa.<br />
Peristiwa aneh lain terjadi pada seorang
dokter dari Malaysia. Dokter ini sengaja datang untuk menemui cicit
Syaikhona Kholil tersebut. Tak jelas, dari mana dokter itu kenal nama Ra
Lilur.<br />
Dokter itu bersama seseorang yang bertindak sebagai
pengantar. Dokter itu kemudian diajak Ra Lilur masuk ke dalam bilik
rumahnya. Di situ terjadi pembicaraan cukup lama, sekitar satu jam.
Sehingga pengantar dokter itu mengaku capek menunggu di luar.<br />
Apa
yang dibicarakan? Menurut pengakuan sang dokter, Ra Lilur ternyata
menguasai ilmu kedokteran secara luar biasa. Semua ilmu kedokteran dia
pahami. “Saya belajar puluhan tahun, tidak seperti ilmu yang dimiliki
beliau,” kata sang dokter.<br />
Yang membuat si dokter kaget, Ra Lilur
memberikan sebuah foto berukuran poscard dengan pakaian putih lengkap
dengan stetoskop tergantung di leher. Sang dokter heran menerima foto Ra
Lilur. “Kalau dipikir, kapan beliau berpose seperti itu.”<br />
Keanehan
Ra Lilur memang telah banyak yang menyaksikan. Habib Ali Zainal Abidin
Bin Anis Al Muchdor mengaku pernah menyaksikan keajaiban Ra Lilur.
Kepada Yudi Eko Purnomo, wartawan HARIAN BANGSA di Mojokerto, Habib ini
bercerita banyak tentang Ra Lilur. Habib kelahiran Jember 33 tahun lalu
itu berkisah tentang Ra Lilur di kediamannya di kawasan Jalan Empunala
Mojokerto.<br />
Tiga tahun lalu, tutut Habib, dirinya bersama
istrinya, MN Hidayah, melanglang buana. Ia penasaran ingin bertemu Ra
Lilur. Ketika sampai di kediaman kiai nyentrik itu ia diterima ajudan Ra
Lilur. Ia mengutarakan maksud kedatangannya. Namun Ra Lilur tak
langsung menerima begitu saja. “Kiai tidak bisa menemuinya sekarang,”
tolak sang ajudan.<br />
Ra Lilur, pada waktu itu memang banyak
menerima tamu-tamu ulama dan masyarakat di rumahnya. Habib semakin
penasaran. Karena itu si Habib tak langsung pergi meninggalkan rumah
itu. Sambil merenung, ia bersikeras bagaimana caranya bertemu. Ia
kemudian pergi ke sebelah samping rumah tersebut. Saat berjalan di bawah
rimbun bambu, ia teringat pesan salah satu gurunya. “Saya kemudian
mengamalkan perintah. Waktu itu saya segera membaca Al-Fatihah, saya
tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para wali, dan Syaikhona Kholil
Bangkalan.<br />
Bacaan saya tutup dengan permintaan saya, kalau kamu -Ra Lilur- memang cucu Kiai Kholil, keluarlah,” tutur Habib.<br />
Masyaallah. Tak disangka, seketika itu juga pundak Habib ada yang
menepuk. Karuan saja Habib terkejut. Lebih terkejut lagi Habib menoleh.
Ternyata yang menepuk itu Ra Lilur.<br />
“Saya terkejut bukan main,
usai membaca Al-Fatihah, mendadak pundak saya ditepuk Ra Lilur, yang
sudah berdiri tepat dibelakang saya,” kenangnya.<br />
Habib semakin tak
percaya ketika tiba-tiba Ra Lilur berkata, “Sudah lama kita tak bertemu.
Kamu yang saya tunggu beberapa hari ini.” Padahal Habib Ali merasa tak
pernah bertemu dengan Ra Lilur.<br />
Setelah itu Ra Lilur mengajak Habib duduk di atas gubug di tengah sawah.<br />
Saat itu mereka ditemani salah satu ajudan Ra Lilur. Namun tiba-tiba keanehan muncul lagi.<br />
Karena mendadak diantara Ra Lilur dan Habib tersedia susu. Padahal tak
ada pelayan yang mengantarkan. Ajudan yang tadi menemani juga tak
beranjak pergi.<br />
“Silakan susunya diminum,” kata Ra Lilur seolah tak terjadi apa-apa.<br />
Lalu apa saja keanehan Ra Lilur yang lain? Berikut laporan Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan Madura.<br />
Sampai kini Ra Lilur kabarnya masih sering terlihat berendam di air.
Tak jelas, apakah ini suatu bagian dari tirakat, atau memang digerakkan
begitu saja oleh Tuhan. Yang pasti, kebiasaan Ra Lilur berendam di
tengah laut ini tergolong tirakat tingkat tinggi. Siapa sih yang mau
kedinginan di tengah laut. Apalagi pada malam hari. Belum lagi
gangguan-gangguan hewan baik kecil maupun yang buas. Karena itu tirakat
jenis ini hanya bisa dilakukan makhluk Allah yang memiliki kemampuan
fisik dan jiwa luar biasa.<br />
Namun bagi Ra Lilur itu tampaknya
sangat sepele. Maklum, ia telah mencapai tingkat gila Tuhan. Nah,
kegilaannya terhadap Allah itulah yang menyebabkan ia kebal dan tak
merasakan apa-apa, terutama dari segi fisik. Yang bergelora dalam jasad
dan jiwanya hanyalah Allah, Allah, Allah… Ia memang benar-benar telah
gila Tuhan.<br />
Cukup banyak orang yang menyaksikan Ra Lilur berendam di
tengah laut, meski ia sendiri tak pernah menghiraukan sorotan
masyarakat.<br />
Bahkan suatu ketika pernah terjadi peristiwa menarik
yang dialami para nelayan ikan. Kala itu seorang nelayan di Kecamatan
Sepulu sontak kaget. Karena jaring yang ia tebar di tengah laut
tiba-tiba terasa berat ketika diangkat. Dengan harap-harap cemas ia
menarik jaringnya. Dalam pikirannya, ini pasti ikan besar. Namun betapa
ia tertegun begitu jaring itu berhasil diangkat ke atas. Masyaallah,
ternyata bukan ikan, melainkan tubuh manusia. Yang lebih mengagetkan
lagi, ternyata tubuh itu adalah tubuh Ra Lilur yang sedang membujur.
Kontan nelayan itu menceburkan kembali tubuh Ra Lilur ke laut.<br />
Si
nelayan terus tertegun. Ia tak habis pikir. Bagaimana mungkin tubuh
manusia berendam dalam air sekian lama, apalagi itu jelas tubuh Ra
Lilur. Sejenak ia sempat menduga, jangan-jangan Ra Lilur telah meninggal
karena tenggelam di laut. Tapi dugaan nelayan itu meleset. Karena Ra
Lilur sehat wal-afiat, tubuhnya tetap segar bugar sampai kini.<br />
Menyaksikan kenyataan itu si nelayan semakin percaya betapa Ra Lilur itu
waliyullah (kekasih Allah). Apalagi, sejak peristiwa itu hasil
tangkapan nelayan tersebut langsung melimpah. Bahkan, setiap kali turun
melaut, hasil tangkapannya lebih banyak daripada nelayan lainnya. Ia pun
yakin bahwa dirinya telah mendapat barakah. Yakni terus bertambahnya
kebaikan. Bukankah sebagian orang menyebut barakah sebagai zidayatul
khoir (semakin bertambahnya kebaikan)?<br />
Dalam terminologi ilmu
sufi ada empat jenis keistimewaan yang diberikan kepada manusia.
Pertama, mukjizat. Mukjizat ini hanya diberikan kepada para Nabi.
Seperti kita pahami, bentuk mukjizat bermacam-macam. Umumnya tak masuk
akal. Misalnya, dari jari Nabi Muhammad tiba-tiba bisa memancar air dan
sebagainya.<br />
Kedua, karamah. Karamah ini diberikan kepada manusia
istimewa di bawah Nabi. Jadi diberikan kepada orang tertentu yang memang
disayang Tuhan. Karena itu mereka disebut wali (kekasih Allah). Wali
sebenarnya tak bisa dideteksi. Bahkan dalam ajaran sufi disebutkan bahwa
tak ada yang bisa mengetahui wali kecuali sesama wali. Karena itu kalau
tiba-tiba ada orang mengaku wali patut diragukan.<br />
Ketiga, mau’nah.
Yaitu keistimewaan untuk orang biasa. Jadi orang biasa, tapi punya
keistimewaan tertentu. Misalnya, bisa terbang atau sejenisnya.<br />
Keempat, istidraj. Keistimewaan ini diberikan kepada orang-orang yang
menentang Allah. Jadi orang-orang yang sesat pun oleh Allah diberi
keistimewaan. Hanya saja keistimewaan itu hakikatnya sekedar untuk
memanjakan mereka (me-lulu-bahasa Jawa). Karena kelak di akhirat ia akan
disiksa habis-habisan.<br />
Lalu bagaimana dengan Ra Lilur? Wallahu
a’lam. Tapi kalau dilihat dari keluarbiasaan kehidupan sehari-harinya ia
memang telah memasuki proses wali. Atau paling tidak, ia masuk dalam
kategori jadab, yakni orang gila Allah yang masuk tahapan menuju proses
wali.<br />
Buktinya, ia sudah tak peduli masalah duniawi. Ia total
kepada Allah melalui proses spiritual kontroversial. Diantaranya
berendam di air laut siang malam. Maka mudah dipahami jika ia memiliki
mukasafah (kemampuan meneropong masalah yang akan terjadi) cukup tinggi.
Bahkan untuk melihat peristiwa yang akan terjadi pada masa datang
seolah melihat di balik tirai saja.<br />
Isyarat-isyarat Ra Lilur
memang banyak yang terjadi. Lalu bagaimana tentang kondisi negara ini?
Ternyata ketika ditanya tentang kondisi negara Ra Lilur serta merta
menangis. “Beliau mengajak berdo’a. Dalam do’anya, beliau menangis
prihatin,” tutur Ali Zainal Abidin Bin Anis, seorang kiai dari Jember.<br />
Seperti diberitakan HARIAN BANGSA sebelumnya, Habib ini pernah datang
ke Ra Lilur, namun tak ditemui langsung. Ra Lilur baru keluar menemui
setelah Habib mengirimkan surat Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad, para
wali dan Syaikhona Kholil Bangkalan, buyut Ra Lilur.<br />
Menurut
Habib, Ra Lilur menyatakan bahwa dalam kondisi multikrisis ini banyak
wali menyembunyikan diri. Meski begitu, ia dengan memakai bahasa Arab
sempat mengungkapkan kebanggaannya karena di Indonesia masih banyak
orang bermunajat, ingat Allah. Kemudian Ra Lilur -dengan bahasa Madura-
mengajak Habib makan.<br />
Ra Lilur segera beranjak meninggalkan
gubug, tempat mereka duduk di tengah sawah. Ra Lilur tampaknya
menyiapkan makanan sendiri. Tentu saja Habib penasaran. Masak seorang
kiai terhormat mau menyiapkan makanan sendiri. Habib penasaran. Karena
itu ia mengendap-ngendap berusaha mengintip apa yang diperbuat Ra Lilur.
Ia terus membuntuti tuan rumah tersebut. Ra Lilur ternyata terus
berjalan menuju sebuah gubug mirip kandang.<br />
Anehnya, hanya dalam
sekejap ia sudah keluar membawakan masakan ala Timur Tengah. Yaitu
sedandang nasi kebuli. Ini luar biasa, pikir Habib. “Bayangkan, sekian
banyak porsi makanan disiapkannya dalam tempo sekian menit,” katanya.
Namun Habib mengaku tak nafsu makan. Ia lebih banyak terpaku heran. “Ya,
saya terlalu banyak disuguhi kejadian tak masuk akal,” kata Habib
kepada Yudi Eko Purnomo, wartawan HARIAN BANGSA di Mojokerto.<br />
Apalagi sebelumnya juga terjadi peristiwa aneh. Ketika itu Habib sedang
berbincang-bincang dengan Ra Lilur. Nah, pada saat asyik ngobrol itu
rokok si Habib habis. Anehnya, ketika itu juga tiba-tiba tangan Ra Lilur
memegang rokok kesukaan Habib. Di tangan Ra Lilur ada sebungkus rokok.
Lebih aneh lagi, rokok itu baru dibuat dua hari sebelumnya. Itu tampak
dari nomer register rokok tersebut.<br />
“Saya tiap kali beli rokok, memang selalu melihat nomer register, kapan rokok itu dibuat.” kata Habib.<br />
Perilaku aneh Ra Lilur tidak hanya terjadi pada persoalan-persoalan
negara, tapi juga berkaitan dengan orang kampung. Suatu ketika seorang
penduduk di desa terpencil kehilangan sapi. Ia sedih karena sapi itu
merupakan satu-satunya harta yang paling berharga bagi keluarganya.<br />
Karena ingin sapinya kembali, dia sowan ke kediaman Ra Lilur. Maksudnya untuk minta barokah agar sapinya bisa kembali lagi.<br />
Kebetulan waktu itu Ra Lilur sedang berada di rumah. Ia langsung
ditemui oleh kiai nyentrik itu. Padahal, tamu yang hendak sowan ke Ra
Lilur, biasanya baru bisa ketemu minimal setelah tiga kali sowan. Tapi,
kali ini aneh. Ra Lilur malah dengan senang hati membantu orang yang
malang itu.<br />
Lalu apa yang dilakukan Ra Lilur ketika diminta
barokah agar sapi orang itu kembali lagi? Lagi-lagi Ra Lilur bertindak
tak masuk akal.<br />
Warga yang kehilangan seekor sapi itu diberi pil
mencret atau murus. Tentu saja orang itu bingung dan dongkol. “Orang
kehilangan sapi kok diberi obat murus. Ini sungguh tak masuk akal,” kata
orang yang kehilangan sapi itu tak habis pikir. Namun sebelum pulang
pil itu tetap diminum sesuai petunjuk Ra Lilur. Meski demikian ia tetap
saja pikirannya tak bisa menerima.<br />
Ia kemudian pulang. Di tengah
perjalanan menuju rumahnya, tiba-tiba perutnya mules. Tanpa pikir
panjang ia lantas pergi ke sungai untuk membuang hajat.<br />
Ajaib,
ternyata setelah buang hajat, dia melihat beberapa ekor sapi ditambatkan
di semak-semak di sekitar sungai itu. Ketika diperiksa, salah satu sapi
yang ditambatkan itu adalah miliknya. Ia girang bukan main. Namun di
balik kegirangan itu ia juga merasa berdosa. Ia gelo karena hatinya
sempat dongkol pada Ra Lilur ketika diberi obat murus.<br />
Keajaiban
Ra Lilur memang sering dalam bentuk perilaku tak masuk akal. Ini mirip
peristiwa-peristiwa Nabi Khidlir ketika melakukan perjalanan bersama
Nabi Musa. Tiba-tiba Nabi Khidlir mencekik seseorang anak yang sedang
main. Karuan saja Nabi Musa kaget. Ia menegur Nabi Khidlir. Namun Nabi
Khidlir mengingatkan bahwa sejak awal Nabi Musa memang tak akan kuat
melakukan perjalanan bersama Nabi yang suka tinggal di kawasan berair
itu. Nabi Musa pun diam.<br />
Mereka kemudian kembali melakukan perjalanan. Sampai di tengah jalan mereka haus.<br />
Mereka kemudian minta air ke orang kampung untuk menghilangkan rasa
hausnya itu. Tapi orang-orang di kampung tersebut tak satu pun yang mau
memberi air. Anehnya, Nabi Khidlir ketika menyaksikan bangunan tua di
kampung itu tiba-tiba memperbaikinya. Nabi Musa heran, kenapa Nabi
Khidlir mau memperbaiki bangunan di kampung itu, padahal masyarakatnya
sangat pelit, minta air saja tak mau mengasih.<br />
Karena itu ia
menegur lagi. “Iya, kan kamu tak akan kuat melakukan perjalanan bersama
saya,” kata Nabi Khidlir lagi mengingatkan Nabi Musa.<br />
Setelah sampai
di suatu tempat Nabi Khidlir menjelaskan tentang perilaku anehnya itu.
“Saya bunuh anak itu karena nanti kalau sudah besar ia akan menjadi
orang jahat, durhaka pada Allah,” kata Nabi Khidlir.<br />
Lalu kenapa
mau memperbaiki gedung di masyarakat yang pelit? “Karena di bawah
bangunan itu ada harta anak yatim yang kelak bisa diambil. Karena itu
gedungnya harus tetap terawat,” katanya.<br />
Habib Ali Zainal Abidin
termasuk orang yang banyak menyaksikan peristiwa ajaib tentang Ra Lilur.
Maklum, ia ketika bertamu sempat tak ditemui oleh Ra Lilur. Namun
begitu baca fatihah Ra Lilur langsung muncul. Ra Lilur yang cicit ulama
terkenal Syaikhona Kholil itu serta merta mengajak Habib berbincang
akrab. Namun justru karena banyak peristiwa ajaib itulah selera makan
Habib langsung hilang.<br />
Karena itu ketika Ra Lilur menyuguhkan
makanan ia menolak. “Saya masih kenyang kiai,” kata Habib kepada Yudi
Eko Purnomo, wartawan HARIAN BANGSA di Mojokerto. Ra Lilur tak
tersinggung. Ia malah tersenyum.<br />
Habib merasa kenyang karena
selain sudah banyak disuguhi keajaiban-keajaiban juga proses makanan
yang dikeluarkan itu tak wajar. Ra Lilur hanya sebentar masuk dapur.
Namun tiba-tiba nasi kebuli, masakan khas Timur Tengah itu, sudah siap
santap. Karena itu hati Habib curiga, jangan-jangan makanan itu berasal
dari khadam sejenis jin. Namun belum selesai Habib menuntaskan
kecurigaannya itu tiba-tiba Ra Lilur berkata, “Ini dari Allah.” Karuan
saja Habib kaget. Ia malu sehingga wajahnya merah.<br />
Habib semakin
penasaran ketika Ra Lilur menyinggung istrinya, Ny MN Hidayah.
“Disela-sela obrolan selama empat jam tersebut Ra Lilur menanyakan
keadaan istri saya selama ditinggal merantau. Ia tahu, selama ini istri
saya selalu tinggal sendiri di rumah, meski dia bekerja di PT Askes Kota
Mojokerto,” tutur Habib semakin terbata-bata.<br />
Yang membuat Habib
semakin heran ketika Ra Lilur menyebut alamat rumahnya secara lengkap
baik di Pamekasan maupun di Jember. “Padahal, sekali lagi, beliau sama
sekali tidak pernah tahu saya, apalagi alamat saya. Itu membuat saya
heran,” katanya.<br />
Kemampuan menebak gerak hati lawan bicara itu
memang sering ditunjukkan para wali. KH. Abdul Hamid Pasuruan, misalnya,
kerap menunjukkan peristiwa aneh seperti itu. Semasa hidup kiai ini
pernah kedatangan KH. Yusuf Hasyim (Pak Ud), putera pendiri NU
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Saat itu Pak Ud -yang sehari-harinya
aktif sebagai pengasuh pesantren Tebuireng Jomban itu- bersama tokoh NU
KH. Munasir. Begitu Pak Ud datang Kiai Hamid langsung menyongsong. Kiai
Hamid bahkan sempat merangkul Pak Ud. Akibatnya, Kiai Munasir seolah
terabaikan. Nah, saat itulah dalam hati Kiai Munasir secara tak sengaja
menggerutu. “Ya, wajar kalau Pak Ud diperlakukan (dihormati, red)
seperti itu. Sebab Pak Ud putera macan (Kiai Hasyim Asy’ari, red). Jadi
macan ketemu macan,” kata Kiai Munasir dalam hati.<br />
Ternyata tanpa
diduga Kiai Hamid langsung berbalik ke arah Kiai Munasir. “Jangan
begitu. Manusia itu sama saja. Ayo,” kata Kiai Hamid sembari merangkul
Kiai Munasir. Karuan saja Kiai Munasir terkejut. Ia tak menyangka
gerundelan dalam hatinya diketahui oleh Kiai Munasir.<br />
Menurut
Habib, Ra Lilur sering menunjukkan firasat-firasat aneh sehingga orang
tak habis pikir. Misalnya menangis. Habib menuturkan, jika Ra Lilur
menangis, berarti ada kaum auliya (wali) wafat. Ra Lilur menangis karena
jika wali meninggal berarti syiar Islam berkurang. Selain itu dunia
kehilangan ‘pahlawan’ penyebar agama.<br />
Di Kepala Kiai Ada Nasi ketika Jadi Imam Shalat<br />
Perilaku aneh yang ditampakkan Ra Lilur tampaknya memang berkaitan
dengan leluhurnya yang memang wali. Syaikhona Kholil Bangkalan, buyut Ra
Lilur juga dikenal berperilaku aneh-aneh. Kiai Kholil dikenal sebagai
ahli nahwu (gramatika Arab). Konon, ketika masih kecil Kiai Kholil sudah
menunjukkan tanda-tanda aneh. Suatu ketika ia shalat berjama’ah bersama
para santri dan kiainya. Seperti biasa, yang jadi imam adalah kiainya.
Namun tiba-tiba Kholil kecil tertawa terbahak-bahak. Usai shalat kiainya
memarahi Kholil. “Orang lagi shalat kamu malah tertawa. Apa maumu,”
bentak sang kiai.<br />
Kholil menjawab enteng. “Sewaktu kiai shalat
tadi saya lihat ada nasi di atas kopyah kiai, karena itu saya tertawa,”
jawab Kholil.<br />
Seketika kiainya kaget sekaligus malu. Ia sadar bahwa
shalatnya tak khusuk karena ingin cepat-cepat pergi menghadiri kenduri.
Sejak itu kiainya mulai menaruh perhatian besar pada Kholil. Ia sadar
bahwa diantara santrinya ada yang punya kemampuan luar biasa. Yakni
punya kasafah.<br />
Dugaan kiai itu betul. Kholil kemudian berkembang
menjadi kiai besar. Bahkan menjadi kiai hampir seantero Jawa, karena
kiai-kiai besar di Jawa adalah santri atau pernah nyantri pada Kiai
Kholil.<br />
Keanehan Kiai Kholil terus terjadi ketika sudah kesohor.
Suatu ketika Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mau nyantri ke pesantren yang
diasuh Kiai Kholil di Bangkalan. Kiai Hasyim yang waktu itu masih muda
langsung dites. Kiai yang kemudian menjadi pendiri NU itu, konon,
disuruh naik ke atas pohon bambu. Sementara Kiai Kholil terus mengawasi
dari bawah sembari memberi isyarat agar terus naik sampai ke puncak.
Kiai Hasyim terus naik sesuai perintah gurunya itu. Ia tak peduli apakah
pohon bambu itu melur atau bagaimana. Yang jelas, ia hanya patuh pada
perintah kiainya.<br />
Anehnya, begitu sampai di puncak Kiai Kholil
mengisyaratkan agar Kiai Hasyim meloncat ke bawah. Tanpa pikir panjang
Kiai Hasyim langsung meloncat. Ternyata ia selamat.<br />
Yang menarik,
dua kiai besar ini sama-sama tawadhu’ alias rendah hati. Mereka
sama-sama saling berguru. Kiai Hasyim terkenal sebagai ahli hadits.
Biasanya Kiai Hasyim mengajarkan hadits itu pada santri sebulan penuh
bila bulan puasa. Ternyata Kiai Kholil, meski dikenal sebagai guru Kiai
Hasyim, ikut juga jadi santri. Ia tak gengsi memperdalam ilmu meski
kepada muridnya sendiri. Sebaliknya, ia malah sangat menghormati Kiai
Hasyim.<br />
Tradisi tawadhu’ (rendah hati) itu ternyata terus menurun
ke generasi berikutnya. Gus Dur -cucu Kiai Hasyim- sangat menghormati
keturunan Kiai Kholil. Begitu juga KH. Fuad Amin -cicit Kiai Kholil-
sangat menghormati keturunan Kiai Hasyim.<br />
“Kalau saya salaman mencium tangan Gus Dur langsung ditarik,” tutur Fuad Amin.<br />
Gagal Temui Nabi Khidlir, Bertekad Mengembara<br />
Ra Lilur memang berasal dari keluarga sufi. Dalam arti, leluhurnya
dikenal dekat dengan Nabi Khidlir. Karena itu mudah dipahami jika
keajaiban-keajaiban Ra Lilur mirip dengan perilaku Nabi Khidlir.<br />
KH. Imron, kakek Ra Lilur, konon, pernah ditemui Nabi Khidlir, Kiai Imron adalah putera Syaikhona Kholil Abdul Latif Bangkalan.<br />
Kala itu Nabi Khidlir menjelma sebagai orang berpenyakit yang
menjijikkan. Orang itu kemudian minta gendong pada Kiai Imron. Namun
Kiai Imron menolak. Karena menolak orang itu lantas minta gendong ke
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang waktu itu masih mondok di pesantren
Kiai Kholil.<br />
Kiai Hasyim menggendong hampir sampai ke pesantren.
Menjelang sampai ke pesantren orang itu minta diturunkan. Orang tersebut
kemudian berkata, “Sampaikan kepada Kiai Imron, saya ini Nabi Khidlir.”
Setelah itu orang tersebut lenyap.<br />
Begitu kabar disampaikan,
Kiai Imron terkejut. Ia menyesal telah menolak menggendong orang
berpenyakit itu yang tak lain adalah Nabi Khidlir. Sejak itu, kabarnya,
Kiai Imron bertekad untuk mencari Nabi Khidlir. Ia terus mengembara
untuk mencari Nabi Khidlir.<br />
Kasus seperti Kiai Imron ini memang
banyak terjadi. Seseorang pernah ingin bertemu Nabi Khidlir. Ia datang
kepada kiai yang dikenal wali. Orang tersebut kemudian disuruh pergi ke
trotoar gedung bioskop. Namun begitu sampai di tempat yang ditunjuk.
Ternyata Nabi Khidlir tak ada. Orang tersebut kemudian kembali ke rumah
sang kiai. Ia melaporkan bahwa di depan gedung bioskop itu tak ada Nabi
Khidlir. Yang ada hanya orang jual bakso.<br />
Lalu apa kata sang
kiai? “Ya, itu Nabi Khidlir. Yang menjelma jadi tukang bakso itu,” kata
kiai itu. Kontan saja orang sudah lama ingin bertemu Nabi Khidlir itu
gelo. Konon, KH. Abdul Hamid Pasuruan yang dikenal sebagai wali itu
sering didatangi orang yang ingin bertemu dengan Nabi Khidlir. Suatu
ketika ia kedatangan tamu yang ngotot mau bertemu Nabi Khidlir. Kiai
Hamid lantas minta orang itu datang kembali besok.<br />
Karena memang
sangat ingin melihat Nabi Khidlir, orang tersebut datang seperti
perintah Kiai Hamid. Ia lantas duduk di sela-sela tamu yang banyak. Kiai
Hamid terus asyik bercakap-cakap dengan para tamunya. Kemudian para
tamu itu pulang sehingga tinggal orang yang ingin bertemu Nabi Khidlir
itu.<br />
“Kiai, mana Nabi Khidrnya,” katanya tak sabar setelah menunggu tak muncul-muncul.<br />
“Lho, tadi sewaktu kamu ke sini ada orang nggak di depan?” tanya Kiai Hamid.<br />
“Ada, tapi orang membersihkan got,” kata orang itu jujur.<br />
“Ya, itu tadi Nabi Khidlir,” jelas Kiai Hamid. Karuan saja orang itu
terkejut. Ia tak menyangka orang yang ia sepelekan tadi ternyata Nabi
Khidlir.<br />
Nangis Ngguguk, Ulama Kejar Harta, Telantarkan Fakir Miskin<br />
Belum ada informasi jelas tentang pendidikan Ra Lilur. Tapi ia
menguasai bahasa Arab. Kehidupan Ra Lilur memang agak berbeda dengan
keluarga Syaikhona Kholil lainnnya yang pendidikannya jelas. KH.
Abdullah Schaal, saudara Ra Lilur, misalnya, sejak kecil nyantri secara
teratur. Kemudian mengasuh pesantren warisan Syaikhona Kholil. Karena
itu pesantren yang terletak di kota Bangkalan itu dinamakan Pesantren
Syaikhona Kholil. Pesantren inilah yang pernah dibakar oleh Ra Lilur.<br />
Ra Lilur sejak muda dikabarkan suka mengembara. Ia sering tak jelas di
mana tempatnya. Ia hanya muncul ketika mau mengabarkan
peristiwa-peristiwa penting yang akan terjadi. Untuk proses penyampaian
kabar itu ia kadang datang kepada Kiai Abdullah Schaal. “Biasanya ia
minta agar Kiai Abdullah hati-hati,” ujar salah seorang keluarga Kiai
Abdullah kepada HARIAN BANGSA. Setelah itu ia kembali ke kediamannya.
Atau meneruskan laku-nya, merendam diri di tengah laut.<br />
Yang
menarik, di kediaman Ra Lilur cukup banyak tamu berkunjung. Di depan
tamunya -terutama yang khusus- ia kadang bercerita tentang
peristiwa-peristiwa penting. Misalnya tentang ulama yang kini mulai
lebih suka mengejar-ngejar harta ketimbang memikirkan nasib umat. Cicit
Syaikhona Kholil itu bahkan menangis sampai ngguguk ketika bicara
tentang ulama yang hanya mengejar harta. “Kalau ulama sudah lupa kepada
kedudukannya dan mencintai harta serta kemewahan, berat, berat,
dihadapan Allah SWT. Dampaknya, mereka akan pecah. Ya, Allah,
selamatkanlah mereka,” kata Ra Lilur sembari menangis sesenggukan. Ia
menyampaikan itu kepda tamunya dalam bahasa Arab.<br />
Soal bahasa Ra
Lilur melihat tamunya. Kalau tamunya paham bahasa Arab kadang bicara
dalam bahasa Arab. Tapi jika tamunya orang Madura, biasanya ia cukup
bahasa Madura.<br />
Berbeda dengan ulama milenium yang berebut posisi
dan sibuk dengan politik, Ra Lilur sangat sederhana. Baik pakaian maupun
kehidupan sehari-harinya sangat bersahaja. Ra Lilur memang lebih tepat
jika disebut sebagai ulama rohani.<br />
Pengusaha Besi Kapok Datang, Rugi Rp 100 Juta, Ayah Mati<br />
Banyak cerita menarik yang dialami Habib Ali Zainal Bin Anis Al Muchdor
ketika berkunjung ke kediaman Ra Lilur di Tanah Merah Bangkalan Madura.
“Waktu itu saya melihat pakaian Ra Lilur yang sederhana. Saya lantas
ingat satu hadits yang mengatakan agar hati-hati terhadap orang yang
berpakaian compang-camping. Karena orang itu mulya di sisi Allah.
Uniknya, seketika itu Ra Lilur menjawab Sallallah ’ala Muhammad,” tutur
Habib. Sontak Habib takdim kepada Ra Lilur. Karena apa yang ada dalam
hati Habib, ternyata Ra Lilur tahu.<br />
Tak lama kemudian Ra Lilur
bertanya kenapa seorang pengusaha besi tua bernama H. Hasan yang tinggal
di Cililitan Jakarta tak pernah datang lagi kepadanya.<br />
Habib Ali menjawab mungkin sudah jera karena banyak pengalaman pahit yang dialami ketika datang ke Ra Lilur.<br />
Menurut Habib, Hasan pernah mengalami tekanan ekonomi. Karena ia
mendengar kejadian-kejadian aneh yang dialami Habib bersama Ra Lilur, ia
kemudian memutuskan datang kepada kiai jadab itu.<br />
Ia minta do’a
kepada Ra Lilur. Ia berharap, cicit Syaikhona Kholil Bangkalan itu, mau
mendo’akan, agar usahanya tetap langgeng. Begitu juga kalau ada job baru
sukses.<br />
Singkat cerita, setibanya di rumah sang kiai, segera ia
disambut ajudan sekaligus dihadapkan kepada Ra Lilur. Hasan lantas
menceritakan masalahnya. Ra Lilur mendengar semua cerita Hasan. Namun
yang membuat Hasan tak habis pikir, ketika hendak pulang, ia diberi obat
sakit kepala Paramex.<br />
Tentu ia bertanya-tanya dalam hati. Dengan
diliputi tanda tanya, Hasan pulang ke rumahnya di Jakarta. “Di dalam
bus, saya terus mikir. Mau diapakan obat ini. Kenapa pula kiai memberi
saya ini,” gumam Hasan seperti ditirukan Habib.<br />
Seminggu kemudian,
H. Hasan ternyata tertimpa musibah. Usahanya rugi Rp 100 juta. “Mati
aku. Rupanya itu maksud kiai memberi obat,” kata Hasan tersenyum kecut.<br />
Sebulan kemudian, di rumahnya, telepon H. Hasan mendadak berdering.
Telepon itu dari saudaranya di Tanah Merah, Madura. Ia mengabarkan bahwa
abahnya (ayah), yang murid Habib Sholeh Tanggul, Jember, sakit keras.
Dilanda rasa gundah tak terkira, ia pun pergi menemui abahnya.<br />
Abahnya terbaring sakit di atas pembaringan. Ia lantas menemui guru
abahnya, yaitu Habib Sholeh Tanggul, H. Hasan diminta membawa tasbih.
Menurut Habib Sholeh, tasbih itu, selain untuk wirid juga sangat manjur
untuk mengobati orang sakit. Sesuai dengan pesan guru, tasbih itu
dicelupkan ke dalam segelas air. Selanjutnya, air bekas celupan itu
diminumkan kepada orang yang sakit. Semula, penyakit itu memang
berkurang. Badan abahnya sedikit enakan. Tapi itu tidak berlangsung
lama.<br />
Beberapa waktu kemudian, bapaknya kembali jatuh sakit. H.
Hasan pun segera beranjak pergi meminta do’a kepada Ra Lilur. Yang tak
membuat H. Hasan heran lagi, ketika Ra Lilur, memberinya kapas, berikut
minyak telon. Itu diberikan ketika H. Hasan hendak pulang. Seperti
sebelumnya, dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya di Tanah Merah,
hati H. Hasan, diliputi tanda tanya yang hebat. Begitu tiba di rumah
abahnya, ia mendapati banyak orang menangisi kepergian orang tua
lelakinya itu. Rupanya, kapas dan minyak telon itu, sebagai perlambang
bahwa penyakit orang tuanya tak dapat disembuhkan. “Kapok sudah saya
bertemu Ra Lilur,” kata H. Hasan setengah menggerutu.<br />
Geger, Wanita Misterius Penjemur Ikan Dinikahi Kiai<br />
Di kawasan pesisir Bangkalan ada seseorang wanita yang sehari-harinya
membersihkan ikan. Wanita itu tak ubahnya seorang buruh. Ia tiap hari
membersihkan dan menjemur ikan milik orang. Ia hanya dapat upah sekian
rupiah dari jerih payahnya itu.<br />
Kesibukan di kawasan pesisir itu
membuat orang tak pernah memperhatikan wanita itu. Apalagi wanita itu
memang tampil seperti umumnya buruh; kusut dan agak kotor. Karena itu
masyarakat tak pernah memperdulikan. Masyarakat baru terhenyak ketika
wanita berpenampilan kumal itu dinikahi Ra Lilur. Rasan-rasan pun ramai.
Mereka seolah tak percaya kiai seterhormat Ra Lilur mau menikahi wanita
buruh itu.<br />
Yang menarik, begitu berita pernikahan Ra Lilur
dengan wanita itu tersebar, masyarakat mulai bertanya-tanya, dari mana
asalnya wanita tersebut. Sebab meski setiap hari bertemu dan berkumpul
masyarakat di sekitar pesisir itu tak ada yang tahu asal muasal wanita
tersebut. Masyarakat pun mulai geger. Wanita itu dianggap misterius
karena tak diketahui asal usulnya.<br />
Ajaibnya, begitu masyarakat
heboh tiba-tiba muncul informasi bahwa wanita tersebut berasal dari
kesultanan Demak. Karuan saja masyarakat kembali ramai. Tapi benarkah ia
berasal dari kesultanan Demak? Wallahu a’lam. Tapi masyarakat di
sekitar pesisir itu yakin ia berasal dari Demak. Yang juga unik wanita
itu tetap sederhana meski dinikahi Ra Lilur. Padahal ia telah jadi istri
orang terhormat dan disegani masyarakat.<br />
Bahkan Ra Lilur bukan
saja disegani masyarakat tapi juga dihormati para ulama. Toh istri Ra
Lilur tetap bersahaja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia
berjualan es lilin. Dagangannya itu kadang dijajakan kepada para santri
KH. Abdullah Schaal di Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan. “Ia sering
ke sini (pesantren) jual es lilin,” kata salah seorang keluarga Kiai
Abdullah Schaal.<br />
Aneh, memang. Padahal, kalau mau, bisa saja ia kaya
raya mengingat tamu Ra Lilur yang terus membludak. Ia juga bisa
ongkang-ongkang, tak usah kerja keras, seperti umumnya istri kiai. Tapi
itu tak ia lakukan. Ia lebih suka makan dari hasil keringatnya sendiri
ketimbang menunggu pemberian masyarakat.<br />
Terjangkit Penyakit Menahun, Diobati dengan Tiga Korma<br />
Ra Lilur ternyata tak hanya piawai mendeteksi masa depan. Ia juga ahli
mengobati orang sakit. Tak aneh jika banyak tamu yang minta tolong untuk
mengobati penyakitnya. Bahkan semenjak hijrah ke sebuah desa di
kecamatan Galis Bangkalan, tamu yang hadir meminta barokah semakin
bejibun saja. Uniknya, yang datang tidak hanya dari kalangan santri dan
masyarakat biasa, namun juga kiai pengasuh pesantren yang punya masalah.<br />
Salah satunya, seorang kiai asal Surabaya. Kiai ini sudah puluhan tahun
mengidap penyakit aneh. Awalnya dikira terkena serangan syaraf. Menurut
analisis dokter spesialis syaraf terkenal yang praktik di Jl.
Diponegoro Surabaya, kiai ini, syaraf rahangnya terganggu, sehingga
sulit mengatupkan lidahnya. Kalau berbicara harus dipegang. Pendek kata
penderitaan itu sudah lama.<br />
Sebelum memeriksakan ke dokter
neurolog tersebut, kiai ini melanglang buana berkonsultasi dengan
berbagai ahli, baik ahli medis, maupun paranormal. Tapi hasilnya nol
besar. Bahkan pernah juga berkonsultasi ke KH. Ghofur, pengasuh ponpes
Sunan Drajat Paciran Lamongan.<br />
Juga gagal. Salah seorang
santrinya, pernah menyarankan agar berobat ke suatu daerah di Jabar.
Tapi setelah dijalankan, perkembangannya hanya sesaat. Usai berobat,
hanya sepekan kondisinya sehat, setelah itu kambuh lagi.<br />
Karena
penyakit yang menahun inilah, kemudian timbul syak swasangka,
jangan-jangan penyakit aneh ini, bukan penyakit lahir, karena tak
terdeteksi secara medis, tetapi penyakit kiriman, alias terkena sihir
atau sejenisnya.<br />
Namun kiai ini terus berikhtiar sembari tetap
pasrah. Di tengah-tengah kepasrahan itulah, tiba-tiba timbul wisik-wisik
dari seorang tamu yang agak aneh. Tamu itu menyarankan, agar meminta
barokah ke Ra Lilur.<br />
Tanpa pikir panjang, maka berangkatlah
rombongan kiai itu ke tempat pedepokan Ra Lilur di sebuah desa Banjar
kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. Biasanya orang yang tak pernah
sowan ke Ra Lilur, sulit langsung ditemui. Tapi khusus yang satu ini, Ra
Lilur langsung menyanggongnya. “Lenggi-lenggi pada parlo napa (mari
silakan duduk, ada maksud apa ke sini),” sapanya.<br />
Kiai ini
langsung mengutarakan niatnya. Ia juga menceritakan perjalanannya
berobat ke mana-mana, namun hasilnya nihil. Mendengar keluhan itu, Ra
Lilur langsung memberi tiga buah korma dari dalam rumahnya. “Da’ar pa
tada’ (silakan makan dihabiskan),” kata Ra Lilur. Saat dialog itu tak
begitu cair. Maklum Ra Lilur memang sering memperlihatkan suasana yang
sulit ditebak. Kadang-kadang tertawa, tapi kadang-kadang tak banyak
bicara.<br />
Mungkin saat itu, Ra Lilur paham, betapa menderitanya kiai ini lantaran merasakan sakit menahun.<br />
Usai menyuguhkan tiga korma, Ra Lilur memberi wejangan, agar kiai tadi,
berobat ke seorang dokter kiai di sebuah kawasan sekitar Pasar Turi
Surabaya. Kenapa disebut dokter kiai, karena dokter itu, selain memberi
obat, juga memberi bacaan-bacaan.<br />
Hasilnya? Alhamdulillah, penyakit menahun kiai sederhana itu akhirnya berangsur-angsur sembuh.<br />
Aparat Nangis, Minta Tolong Ditunjukkan Tommy Soeharto<br />
Keanehan Ra Lilur semakin menjadi-jadi. Ini terkait dengan kondisi
nasional yang masih belum menentu. Yang menarik, keanehan Ra Lilur itu
kini banyak mengundang perhatian aparat. Bahkan ada anggota Polri
berpangkat perwira menengah (Pamen) datang ke kiai yang dikenal punya
kasaf itu untuk minta tolong. Si pamen itu rela bepergian tengah malam
dengan sepeda motor menuju desa Banjar untuk menemui Ra Lilur.<br />
Apa tujuan sang Polisi? Ajudan (khaddam) Ra Lilur, H. Husni Madani,
bercerita kepada Taufiqurrahman wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan
Madura tentang keinginan pamen berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi
(AKBP) itu. Menurut Husni ia minta tolong agar ditunjukkan tempat
persembunyian Tommy.<br />
Namun Ra Lilur sulit ditemui. Karena itu pamen
itu menyampaikan maksudnya itu melalui Husni. Diceritakan, sebelum
menyampaikan keinginannya, selama tiga malam berturut-turut petinggi
polri itu melakukan wirid dan mengaji di mushalla milik H. Husni.<br />
“Malah dia (petinggi Polri itu) sampai menangis ketika membaca Al-qur’an,” tuturnya.<br />
Lantas bagaimana tanggapan Ra Lilur ketika ajudannya menyampaikan
keinginan sang tamu? Dengan tegas Ra Lilur mengatakan, untuk memburu
Tommy sangat sulit, karena memang ada yang membuatnya sulit. “Sulit
karena memang dibuat sulit,” jawab Ra Lilur singkat seperti ditirukan H.
Husni. Jawaban itu diberikan Ra Lilur melalui ajudannya.<br />
Dari
jawaban Ra Lilur itu tersirat bahwa Tommy memang ada yang melindungi.
Karena itu mudah dipahami jika beberapa pihak ragu terhadap upaya polisi
menangkap Tommy. Bahkan kini muncul analisis bahwa gerakan aparat yang
mau menangkap Tommy itu sekedar basa-basi belaka, yakni untuk meredam
kekecewaan atau mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan politik
di tubuh Polri sendiri maupun seputar di Mega.<br />
Perilaku Ra Lilur
kini memang kian aneh. Sudah dua minggu ini, Ra Lilur mengunci diri di
sebuah gubuk di atas gunung. Bahkan pintu pagarnya pun digembok.
Sehingga, tamu yang hendak sowan ke Ra Lilur sulit untuk bertemu. Selama
ini hanya ada dua orang khaddam yang bisa menemui Ra Lilur.<br />
Seorang tamu yaitu kiai dari Jember, KH. Nawawi Abdul Jalil, hanya bisa
bertemu dengan ajudan. “Sudah dua minggu kiai tidak ngomong. Beliau
berkomunikasi hanya dengan tulisan tangan saja. Kalau ada tamu, saya
hanya bisa menyampaikan keinginan sang tamu. Tapi kiai hanya memberikan
tulisan atau barang,” papar khaddam yang sudah mengabdi sejak tahun 1989
ini.<br />
Serahkan Dekrit pada Kiai Abdullah Schaal<br />
Keanehan
Ra Lilur memang sulit ditebak. Terutama menyangkut peristiwa politik
negara. Buktinya, jauh sebelum Gus Dur memberikan dekrit ia telah
menyerahkan dekrit kepada dua kiai kharismatik Madura yakni KH. Abdullah
Schaal dan KH. Zubair Muntasor.<br />
Menurut khaddam kepercayaan Ra
Lilur, H. Husni Madani, kiai yang sudah mencapai tahapan mukasafah ini
enam bulan lalu pernah mengeluarkan sebuah dekrit. Dekrit tersebut
berisi persoalan penerapan demokrasi yang tengah diperjuangkan oleh Gus
Dur yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden.<br />
Sayang
selembar kertas dekrit asli tulisan tangan Ra Lilur itu diminta kembali.
Sedangkan KH. Abdullah dan KH. Zubair hanya diberi salinannya
(fotokopi) saja. H. Husni hanya ingat penggalan kalimat yang tersirat
dalam dekrit Ra Lilur. Antara lain, demokrasi sulit dipraktikkan. Yang
terakhir, berisi kalimat berat sama dipikul, setelah ringan tidak
kebagian. “Saya hanya ingat dua kalimat itu, sedangkan yang lain saya
lupa,” katanya.<br />
Mengapa tidak difotokopi lebih? H. Husni
mengatakan, sebenarnya dekrit itu difotokopi lebih dua lembar. Tapi
setelah menghadap Ra Lilur, lembaran yang asli diminta sedangkan yang
dua lembar fotokopi disimpannya.<br />
“Anehnya, dua lembar fotokopi
dekrit itu hilang. Padahal saya ingat dimana saya simpan,” tuturnya
keheranan. “Ya mungkin, kiai tidak kasokan (tidak mengijinkan, red),”
katanya mengira-ngira.<br />
KHadam kepercayaan Ra Lilur menjelaskan,
fotokopi dekrit diberikan kepada KH. Abdullah sebanyak 5 lembar dan 5
lembar lainnya diserahkan kepada KH. Zubair. Dan setiap mengeluarkan
surat, Ra Lilur selalu meminta surat asli tulisan tangannya.<br />
Surati HARIAN BANGSA, Meski Tak Baca Koran<br />
Keanehan-keanehan Ra Lilur yang diberitakan HARIAN BANGSA ternyata
mendapat tanggapan dari cucu Syikhona Kholil Bangkalan Madura itu.
Secarik kertas berisi tulisan tangan dengan lafal arab itu diberikan
begitu saja kepada H. Husni Madani, khaddam (ajudan) kepercayaannya.<br />
Karuan saja Husni kaget. Karena selama ini Ra Lilur tidak pernah keluar
dari biliknya di sebuah pegunungan di Desa Banjar Galis. Kawasan ini
jauh dari kota. Jaraknya sekitar 35 km dari kota Bangkalan. Kondisinya
penuh bebatuan.<br />
Selain itu Ra Lilur sudah lebih dua minggu ini
tidak pernah berkomunikasi melalui lisan alias puasa bicara. Ra Lilur
juga mengunci diri didalam kamarnya. Tak pernah keluar.<br />
Jadi kiai
yang suka berendam di tengah laut itu tak pernah baca koran. Tapi
anehnya, kiai kasaf berumur lebih dari setengah baya ini tahu kalau saat
ini dirinya sedang menjadi salah satu berita di rubrik Religia HARIAN
BANGSA. Lebih aneh lagi, Ra Lilur tahu persis apa saja yang pernah
dimuat tentang dirinya.<br />
Menurut H. Husni, selama ini Ra Lilur
tidak pernah diberi tahu soal pemuatan dirinya di HARIAN BANGSA. Memang
Husni sendiri pernah membaca tulisan tentang Ra Lilur di HARIAN BANGSA.
Tapi dia tidak berani memberikan koran HARIAN BANGSA yang memuat tentang
dirinya itu karena takut tidak setuju dimuat di media massa.<br />
Karena itu ia ketakutan ketika secara tiba-tiba dipanggil Ra Lilur.
“Saya sempat ketar-ketir ketika dipanggil oleh Kiai (Ra Lilur, red).
Karena saat itu kiai langsung bertanya dimana alamat redaksi HARIAN
BANGSA,” tutur H. Husni kepada Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di
Bangkalan.<br />
Bahkan, sambungnya, Ra Lilur, juga menanyakan siapa
wartawan yang menulisnya. “Saya berpikir kiai dukah (marah, red), tapi
ternyata tidak,” papar khaddam kepercayaan Ra Lilur yang sudah mengabdi
puluhan tahun di rumahnya, Desa Banjar Galis.<br />
Jatuh dari Pematang, Minta Dibelikan Kosmetik<br />
Isyarat Ra Lilur seputar perkembangan politik di Indonesia ternyata
masih ada yang menarik untuk disimak. Ini terutama terkait dengan
peristiwa jatuhnya Gus Dur dan naiknya Megawati sebagai Presiden belum
lama ini.<br />
Menurut H. Husni Madani, haddam Ra Lilur, dua bulan
lalu cicit Syaikhona Kholil Bangkalan itu pernah mengalami peristiwa
aneh. Diluar dugaan, ketika berjalan menuju biliknya di atas gunung,
kiai jadab ini tiba-tiba jatuh dari pematang yang cukup tinggi.<br />
“Peristiwa ini terjadi pada malam hari selepas isya. Saat berjalan di
atas pematang, tiba-tiba kiai jatuh. Saking tingginya, sikut kiai sampai
luka,” tutur Husni kepada Taufiqurrahman, wartawan HARIAN BANGSA di
Bangkalan. “Saya heran, soalnya pematangnya lebar dan kiai biasa
berjalan melewatinya,” katanya seraya geleng-geleng kepala.<br />
Saat
itu Husni masih belum berpikir isyarat yang bakal terjadi kelak
dikemudian hari. Dia hanya berpikir, kiai yang sudah mencapai tingkat
mukasafah ini hanya terjatuh biasa. “Saya pikir hanya jatuh biasa. Eh,
ternyata Gus Dur dijatuhkan,” kata Husni dengan logat Madura yang
kental.<br />
Begitu juga naiknya Megawati sebagai Presiden. Peristiwa
Mega jadi Presiden tak luput dari isyarat aneh Ra Lilur. Dijelaskan,
sepuluh hari menjelang sidang istimewa (SI) MPR, Ra Lilur minta
dibelikan tiga meter kain warna merah. Dan keinginan itupun langsung
diiyakan H. Husni.<br />
Keesokan harinya, Ra Lilur kembali meminta
ajudan kepercayaannya itu untuk membeli perlengkapan kosmetik. Ra Lilur
berpesan agar semua kebutuhan kosmetik wanita dibeli lengkap dan
dibungkus rapi.<br />
“Pokoknya, keinginan kiai saya ibaratkan
seseorang yang hendak melamar seorang wanita. Saat itu saya hanya
berpikir kiai punya niat untuk meminangkan salah satu putri saya dengan
seorang lelaki pilihan kiai,” tukasnya.<br />
Ternyata SI memutuskan Megawati sebagai Presiden RI menggantikan Gus Dur.<br />
Lalu bagaimana dengan pembelian kain warna merah sepanjang tiga meter?
Mungkinkah Mega bisa bertahan 3 tahun di kursi Presiden, yang berarti
sampai 2004? Atau mungkin ada isyarat lain yang akan ditunjukkan oleh
kiai jadab yang suka berendam di tengah laut dan mirip Nabi Khidlir ini?
Wallahu a’lam.<br />
Main Drama, Ada di Dua Tempat dalam Waktu Sama<br />
Namun ada yang lebih unik lagi dibalik peristiwa itu. Ceritanya begini.
Salah seorang kiai tidak bisa pada undangan Ra Lilur di resepsi anak
Husni itu. Keesokan harinya, sang kiai datang ke rumah tuan rumah (H.
Husni Madani) untuk minta maaf karena tidak bisa hadir dalam pesta
pernikahan anaknya. Lho, kenapa? Inilah yang ajaib. Ternyata kiai
tersebut mengaku tidak bisa hadir karena kedatangan Ra Lilur ke
rumahnya. Padahal 300 kiai yang diundang menyaksikan bahwa Ra Lilur
sedang pentas main drama.<br />
“Saya heran, lha wong pada malam itu
bersama saya, tapi ternyata ada seorang kiai yang mengatakan Ra Lilur
sedang bertamu ke rumahnya,” kata Husni.<br />
Kejadian serupa juga
terjadi pada salah seorang kerabat Husni di Jakarta. Itu terjadi saat
acara haul KH. Amin Imron. Pada acara tersebut, tiba-tiba Ra Lilur
datang dan mengikuti acara tersebut. Kontan saja tuan rumah keheranan
melihat kehadiran kiai yang jarang muncul di depan publik itu.<br />
Tak hanya itu, Ra Lilur juga bertanya kepada tuan rumah soal foto
dirinya yang dipajang didalam kamar. “Mana foto saya yang dipajang di
dalam kamar,” sergah Ra Lilur seperti ditirukan Husni. Padahal,
sebelumnya Ra Lilur tidak pernah sowan ke rumah kerabat Husni itu. Yang
mengherankan Husni, karena ketika Ra Lilur dikabarkan ada di Jakarta
menghadiri acara haul itu, sebenarnya kiai aneh itu berada di ndalem
(sebutan rumah kiai) di Desa Banjar Galis. Ini berarti, lagi-lagi Ra
Lilur berada di dua tempat dalam waktu bersamaan.<br />
Naik Kendaraan Keliling Surabaya Tanpa Bensin<br />
Keanehan yang ditunjukkan oleh Ra Lilur memang seolah tak pernah habis.
Orang-orang yang pernah menyaksikan langsung perilaku Ra Lilur selalu
dibuat geleng-geleng kepala.<br />
Maklum, banyak peristiwa tak masuk
akal, namun terjadi secara nyata. Suatu ketika, Ra Lilur memanggil
ajudan kepercayaannya, H. Husni Madani. Saat cicit Syaikhona Kholil
Bangkalan itu minta agar Husni menemaninya jalan-jalan di Surabaya.
Permintaan itu langsung diiyakan.<br />
Berikutnya, Ra Lilur minta agar
ajudannya menyewa sebuah mobil berikut sopirnya. Setelah rampung,
keduanya berangkat ke Surabaya. Anehnya, ketika sang sopir hendak
mengisi bensin, Ra Lilur melarang. “Sudah tak usah isi bensin,” kata Ra
Lilur.<br />
Karena tahu siapa Ra Lilur sebenarnya, sang sopir langsung
tancap gas menyeberangi Selat Madura. Ia melesat ke Surabaya. Di kota
pahlawan ini sehari penuh kendaraan yang ditumpangi Ra Lilur melaju.
Tapi uniknya, tak sedikitpun jarum spido penunjuk bensin turun.<br />
“Sepanjang jalan saya terus mengawasi jarum penunjuk bensin. Tapi
bensinnya tetap penuh. Saya jadi heran, lha wong bensin tidak diisi sama
sekali, tapi tidak habis,” tutur Husni heran.<br />
Uniknya lagi,
ketika kembali ke Desa Banjar Galis, Bangkalan Madura, tangki bensin
tetap tidak berubah alias full tang. “Kalau dipikir, bahan bakar
kendaraan itu siapa yang ngisi ya,” kata ajudan kepercayaan kiai jadab
ini. Kejadian seperti itu sering disaksikan Husni. Pernah suatu ketika
Ra Lilur mengajak Husni keliling Kabupaten Bangkalan. Saat itu, Ra Lilur
menyewa sebuah mobil pick up. Sang sopir diminta untuk menuruti
permintaannya.<br />
Seperti halnya kejadian yang lalu, ketika sang
sopir hendak mengisi bahan bakar, Ra Lilur melarang. Lagi-lagi orang
yang mengikuti perjalanan kiai kasaf ini terheran-heran. Karena sejak
berangkat hingga pulang bensinnya tetap pada posisi awal.<br />
Gara-gara Bicara Kasar, Sial, Lantas Meninggal<br />
Ini merupakan peringatan keras kepada siapa saja yang melakukan
tindakan konyol dengan berkata kasar dan membohongi Ra Lilur. Kalau hal
tersebut dilakukan, bisa-bisa naas peristiwa yang dialami seorang sopir
pick up.<br />
Ajudan Ra Lilur, H. Husni mengatakan, sopir itu
diketahui meninggal setelah mengalami sakit yang berkepanjangan. Kabar
itupun terkuak setelah sopir lain menceritakan nasib yang menimpa
temannya. Kisah tersebut berawal ketika Husni bersama Ra Lilur melakukan
perjalanan dari Kecamatan Sepuluh menuju Desa Banjar Galis Bangkalan
Madura. Di tengah perjalanan, motor yang ditumpangi macet karena
mengalami kerusakan pada bagian mesin.<br />
Karena tak bisa
memperbaiki, Husni memutuskan untuk beristirahat seraya menunggu
tumpangan untuk Ra Lilur. Beruntung, setelah beberapa menit
beristirahat, ada sebuah mobil pick up melintas di sebuah jalan desa. Ra
Lilur kemudian meminta agar ajudannya menyetop mobil itu untuk ikut.
Namun setelah dicegat, sang sopir berkata kalau mobilnya tidak dibuat
angkutan. “Lok muwak (tidak mau muat, red),” kata sang sopir dengan
kasar.<br />
Karena ditolak, Husni kembali istirahat sembari menunggu
tumpangan yang lain. Ternyata setelah beberapa meter dari tempat
istirahat, mobil yang dicegatnya tadi mengangkut beberapa karung
kedondong milik pedagang. Setelah kejadian itu, Husni tidak pernah
berpikir apa yang akan terjadi pada sang sopir di balik kata-kata kasar
dan bohong yang diucapkan kepada seorang kiai jadab itu.<br />
Beberapa
bulan berikutnya, Ra Lilur berniat untuk melakukan perjalanan keliling
kota Bangkalan. Seperti biasa, kiai kasaf ini memerintahkan ajudannya
untuk mencari mobil tumpangan.<br />
Tapi anehnya, sebelum diperintah
mencari mobil, Ra Lilur berpesan agar memilih mobil pick up deretan
ketiga dari belakang. “Karena itu perintah kiai, saya tidak bisa
menolaknya,” tuturnya.<br />
Perjalananpun dilakukan, setelah sampai di
daerah pesisir barat Kecamatan Socah, Bangkalan, Ra Lilur berhenti. Ia
langsung melakukan perjalanan ke tengah laut. “Saya tidak tahu kemana
kiai berjalan. Tapi beliau terus berjalan hingga tidak kelihatan,” kata
Husni.<br />
Ditengah penantian tersebut, Husni ngobrol dengan sopir
pick up yang menjadi pilihan Ra Lilur. Ternyata, sang sopir bercerita
panjang lebar soal peristiwa yang pernah dialami temannya yang juga
sopir pick up itu. Dikatakan, setelah sopir pertama menolak permintaan
Ra Lilur dengan kata-kata kasar dan bohong, dia terus mengalami banyak
peristiwa sial. Mula-mula hasil uang dari nyopir itu selalu habis hanya
untuk membayar biaya tilang polisi.<br />
Berikutnya, dia terus
mengalami sakit yang tak kunjung sembuh hingga akhirnya meninggal.
“Mantuan (paman haji, red), sopir pertama yang pegang mobil ini
meninggal setelah menolak permintaan kiai,” kata sopir itu lirih.<br />
Mendengar penjelasan itu, Husni teringat peristiwa yang pernah
dialaminya. Ternyata, Ra Lilur memilih mobil pick up pada deret ketiga
itu merupakan tebusan dari penolakan sopir yang pernah berkata kasar
itu. Karena sopir yang berkata kasar itu dulu juga menyopir mobil yang
sekarang dipakai itu.<br />
<br />
Sumber Artikel: Media Harian Bangsa</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-35950497770245556672015-07-08T09:36:00.000-07:002015-07-08T09:36:49.900-07:00Barokah Malam Lailatul Qodar Pada dasarnya Rasulullah Muhammad saw. banyak beribadahQiyamu
Ramadhan dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam
terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh
tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka.
Walaupun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan
terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah swt.<br />
<br />
Hanya saja, Rasulullah saw. mengisyaratkan dalam sabdanya:<br />
<br />
تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان<br />
<br />
“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” (Bukhari dan Muslim)<br />
Dalam kitab Shahih Al-Bukhari danShahih Muslim disebutkan, dari Aisyah rah., ia berkata:<br />
<br />
كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ هذا لفظ البخاري<br />
<br />
“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah saw.
mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya),
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan
Muslim) <br />
Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah rah. :<br />
<br />
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ رواه مسلم<br />
<br />
“Rasulullah saw. bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan
Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (HR.
Muslim)<br />
Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah rah. :<br />
<br />
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله<br />
<br />
“Bahwasanya Nabi saw. senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir
dari Ramadhan, sampai Allah mewafatkan beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:<br />
<br />
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ<br />
<br />
“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”.(HR. Bukhari<br />
Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari
terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi
bahwa Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah
bersabda :<br />
<br />
أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ
الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ
الْأَوَاخِرِ<br />
<br />
“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian
bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya
untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari
terakhir. ” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:<br />
<br />
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ
فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ
الْبَوَاقِي<br />
<br />
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir,
jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka
janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan
Ramadhan. ” (HR. Muslim)<br />
<br />
Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar :<br />
<br />
لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ<br />
<br />
“(Dia adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud).<br />
Sahabat Ubay bin Ka’ab ra. menegaskan:<br />
<br />
والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين<br />
<br />
Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut.
Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat
padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)<br />
Dengan demikian dapat
diberi kesimpulan bahwa Lailatul Qadaritu ada pada sepuluh akhir
Ramadhan, terutama pada malam tanggal ganjil.<br />
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:<br />
<br />
أَنَّهُ قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ، وَخَمْسٍ
وَعِشْرِيْنَ، وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، وَذَكَرَ أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ
وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً<br />
<br />
“Bahwasanya
Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua
puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan
disebutkan bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan
isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27).”<br />
Para ulama
kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul
qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau
formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H-
505 H) dan Imam Abu Hasan as-Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah
tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan
Lailatul Qadar dan menyesuaikan dengan kaidah ini.<br />
Menurut Imam Al Ghazali, Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadarbisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan :<br />
<br />
1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu makaLailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadhan<br />
2. Jika malam pertama jatuh pada malam Senin maka Lailatul Qadarjatuh pada malam 21 Ramadhan<br />
3. Jika malam pertama jatuh pada malam Kamis maka Lailatul Qadarjatuh pada malam 25 Ramadhan<br />
4. Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadarjatuh pada malam 23 Ramadhan<br />
5. Jika malam pertama jatuh pada malam Selasa atau Jumat makaLailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.<br />
<br />
Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam
kitab-kitab fiqih Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para
tokoh ulama yang telah menemuiLailatul Qadar. Formula ini diceritakan
Al-Ghazali dalam kitabIhya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab Hasyiah
Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; kitab Tafsir Shawi; kitab I’anah
at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah 'Ala
Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya
I'anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul
Badrainkarangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.<br />
Ciri-Ciri Lailatul Qadar<br />
Tidak ada kepastian mengenai kapan datangnya Lailatul Qadar, suatu
malam yang dikisahkan dalam Al-Qur’an "lebih baik dari seribu bulan".
Ada Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, meyebutkan bahwa Nabi pernah
ditanya tentang Lailatul Qadar. Beliau menjawab: “Lailatul Qadar ada
pada setiap bulan Ramadhan." (HR. Abu Dawud).<br />
Namun menurut hadits lainnya yang diriwayatkan Aisyah rah., Nabi Muhammad saw. memerintahkan:<br />
<br />
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ<br />
<br />
Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal ganjil dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari)<br />
Menurut pendapat yang lain,Lailatul Qadal itu terjadi pada 17 Ramadhan,
21 Ramadhan, 24 Ramadhan, tanggal ganjil pada 10 akhir Ramadhan dan
lain-lain.<br />
Diantara hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang
pasti tentang Lailatul Qadar adalah untuk memotivasi umat agar terus
beribadah, mencari rahmat dan ridha Allah kapan saja dan dimana saja,
tanpa harus terpaku pada satu hari saja.<br />
Jika malam Lailatul
Qadar ini diberitahukan tanggal kepastiannya, maka orang akan beribadah
sebanyak-banyaknya hanya pada tanggal tersebut dan tidak giat lagi
beribadah ketika tanggal tersebut sudah lewat.<br />
<br />
Umat Islam hanya ditunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Di antara tanda-tanda datangnyaLailatul Qadar adalah:<br />
<br />
1. Pada hari itu matahari bersinar tidak terlalu panas dengan cuaca sangat sejuk, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim.<br />
2. Pada malam harinya langit nampak bersih, tidak nampak awan sedikit
pun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas. Hal ini
berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad.<br />
Dalam kitab Mu'jam at-
Thabari al-Kabir disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Malam
Lailatul Qadar itu langit bersih, udara tidak dingin atau panas, langit
tidak berawan, tidak ada hujan, bintang tidak nampak dan pada siang
harinya matahari bersinar tidak begitu panas."<br />
<br />
Amalan-amalan untuk Mendapatkan Lailatul Qadar<br />
<br />
Para ulama kita mengajarkan, agar mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar,
maka hendaknya kita memperbanyak ibadah selama bulan Ramadhan,
diantaranya:<br />
<br />
1. Senantiasa shalat fardhu lima waktu berjama'ah.<br />
2. Mendirikan shalat malam atauqiyamul lail (shalat tarawih, tahajud, dll)<br />
3. Membaca Al-Qur'an sebanyak-banyaknya dengan tartil.<br />
4. Memperbanyak dzikir, istighfar dan berdoa.<br />
5. Memperbanyak membaca do’a:<br />
<br />
اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا<br />
<br />
Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah,
senang pada ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-49562978078403022492015-07-08T09:33:00.002-07:002015-07-08T09:33:31.278-07:00Kisah Teladan Sayyidina Ali Karomallahu WajhahBahwasanya di antara kebiasaan cucu rasululluh, Hasan bin Ali bin Abi
Thalib di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur
umum. Seperti dapur umum, pagi, siang, malam rumah itu menghidangkan
makanan untuk semua orang yang berdatangan.<br /> Di zaman itu di Madinah
belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Hasan menyembelih
onta kecil untuk dihidangkan ke para peziarah Madinah atau orang-orang
miskin pada umumnya.<br /> Suatu hari, ada orang Arab Badui (dusun) ya<span class="text_exposed_show">ng
datang dan makan di rumahnya. Sehabis makan, ia tidak langsung pulang,
melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan ke dalam tas.<br /> Melihat keanehan itu, Hasan datang menyapa.<br />
“Kenapa kau mesti membungkusnya? Lebih baik kau datang makan tiap pagi,
siang dan malam di sini. Biar makananmu lebih segar,” kata Hasan.<br />
“Oh, ini bukan untukku pribadi. Tapi untuk orang tua yang ku temui di
pinggir kota tadi. Orang tua itu duduk di pinggir kebun kurma dengan
wajah lusuh dan sedang memakan roti keras. Dia hanya membahasahi roti
itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku membungkus makanan
ini akan kuhidangkan untuknya, biar dia senang.,” jawab orang Badui tsb.<br />
Mendengar jawaban itu, Hasan sang cucu rasul kemudian menangis
tersedu-sedu. Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Anda menangis?
Bukankah tak ada yang salah jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang
di pinggiran kota itu?”<br /> Dijawab oleh Hasan, sembari tersedu,
“Ketahuilah, saudaraku. Lelaki miskin dan lusuh yang kau jumpai itu,
yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah
ayahku: Ali bin Abi Thalib. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang
membuat aku bisa menjamu semua orang setiap hari hadir di rumah ini.<br /> Subhanallah...<br />
Semoga kita termasuk umat yang dirindukan Rasulullah SAW yang selalu
tetap istiqamah mengikuti dan mengamalkan Sunnah - Sunnah Beliau.
Aamiin.</span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-7917926255019585522015-07-08T08:49:00.003-07:002015-07-08T09:30:13.369-07:00Sejarah Hidup Syeikhuna Kyai Haji Muhammad Khollil Bangkalan Madura<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8XfyksBz54snAvUtBGt-B7gbDceTeIq3vuUVk7tC3-CBIj1eU4DfU65fvUAsrEIPvL9nDnr7_2PLPiUhdZ0ZvvelA0bQJE4zYCJJFvID1VIdwsk5fHF76wvUSgFpbyRi93dcOxcpGFyo/s1600/11540990_870007349742520_1029893083818106206_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8XfyksBz54snAvUtBGt-B7gbDceTeIq3vuUVk7tC3-CBIj1eU4DfU65fvUAsrEIPvL9nDnr7_2PLPiUhdZ0ZvvelA0bQJE4zYCJJFvID1VIdwsk5fHF76wvUSgFpbyRi93dcOxcpGFyo/s320/11540990_870007349742520_1029893083818106206_n.jpg" width="232" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Syeikhuna Mumammad Khollil Bin Abdul Lathif Bangkalan</b></td></tr>
</tbody></table>
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"*G","type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption"><br /></span></span>
<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"tn":"*G","type":45}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">KH
Kholil Bangkalan Madura © Hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H
atau 27 Januari 1820 M, Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan,
Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, ujung Barat
Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan yang teramat sangat.
Karena hari itu, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang
sehat, yang diberinya nama Muhammad Kholil, yan<span class="text_exposed_show">g kelak akan terkenal dengan nama Mbah Kholil.<br /> <br />
KH. Abdul Lathif sangat berharap agar anaknya di kemudian hari menjadi
pemimpin umat, sebagaimana nenek moyangnya. Seusai mengadzani telinga
kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, KH. Abdul Lathif memohon
kepada Allah agar Dia mengabulkan permohonannya.<br /> <br /> Mbah Kholil
kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai
pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai
Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak
dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid
Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah
kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak
Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya.<br /> <br />
Oleh ayahnya, ia dididik dengan sangat ketat. Mbah Kholil kecil memang
menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan ilmu, terutama ilmu
Fiqh dan nahwu, sangat luar biasa. Bahkan ia sudah hafal dengan baik
Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda.
Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu
yang lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai
pesantren untuk menimba ilmu.<br /> <br /> Belajar ke Pesantren<br /> <br />
Mengawali pengembaraannya, sekitar tahun 1850-an, ketika usianya
menjelang tiga puluh, Mbah Kholil muda belajar kepada Kyai Muhammad Nur
di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau
pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau
pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok
Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kyai Nur Hasan yang menetap di
Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kyai Nur Hasan ini, sesungguhnya,
masih mempunyai pertalian keluarga dengannya.<br /> <br /> Jarak antara
Keboncandi dan Sidogiri sekitar 7 Kilometer. Tetapi, untuk mendapatkan
ilmu, Mbah Kholil muda rela melakoni perjalanan yang terbilang lumayan
jauh itu setiap harinya. Di setiap perjalanannya dari Keboncandi ke
Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surah Yasin. Ini dilakukannya
hingga ia -dalam perjalanannya itu- khatam berkali-kali.<br /> <br /> Orang yang Mandiri<br /> <br />
Sebenarnya, bisa saja Mbah Kholil muda tinggal di Sidogiri selama
nyantri kepada Kyai Nur Hasan, tetapi ada alasan yang cukup kuat bagi
dia untuk tetap tinggal di Keboncandi, meskipun Mbah Kholil muda
sebenarnya berasal dari keluarga yang dari segi perekonomiannya cukup
berada. Ini bisa ditelisik dari hasil yang diperoleh ayahnya dalam
bertani.<br /> <br /> Akan tetapi, Mbah Kholil muda tetap saja menjadi orang
yang mandiri dan tidak mau merepotkan orangtuanya. Karena itu, selama
nyantri di Sidogiri, Mbah Kholil tinggal di Keboncandi agar bisa nyambi
menjadi buruh batik. Dari hasil menjadi buruh batik itulah dia memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.<br /> <br /> Sewaktu menjadi Santri Mbah Kholil
telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata
Bahasa Arab). Disamping itu beliau juga seorang Hafidz Al-Quran. Beliau
mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca
Al-Quran).<br /> <br /> Ke Mekkah<br /> <br /> Kemandirian Mbah Kholil muda juga
nampak ketika ia berkeinginan untuk menimba ilmu ke Mekkah. Karena pada
masa itu, belajar ke Mekkah merupakan cita-cita semua santri. Dan untuk
mewujudkan impiannya kali ini, lagi-lagi Mbah Kholil muda tidak
menyatakan niatnya kepada orangtuanya, apalagi meminta ongkos kepada
kedua orangtuanya.<br /> <br /> Kemudian, setelah Mbah Kholil memutar otak
untuk mencari jalan kluarnya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke
sebuah pesantren di Banyuwangi. Karena, pengasuh pesantren itu terkenal
mempunyai kebun kelapa yang cukup luas. Dan selama nyantri di Banyuwangi
ini, Mbah Kholil nyambi menjadi “buruh” pemetik kelapa pada gurunya.
Untuk setiap pohonnya, dia mendapat upah 2,5 sen. Uang yang diperolehnya
tersebut dia tabung. Sedangkan untuk makan, Mbah Kholil menyiasatinya
dengan mengisi bak mandi, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah lainnya,
serta menjadi juru masak teman-temannya. Dari situlah Mbah Kholil bisa
makan gratis.<br /> <br /> Akhirnya, pada tahun 1859 M, saat usianya
mencapai 24 tahun, Mbah Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah. Tetapi
sebelum berangkat, Mbah Kholil menikah dahulu dengan Nyai Asyik, anak
perempuan Lodra Putih.<br /> <br /> Setelah menikah, berangkatlah dia ke
Mekkah. Dan memang benar, untuk ongkos pelayarannya bisa tertutupi dari
hasil tabungannya selama nyantri di Banyuwangi, sedangkan untuk makan
selama pelayaran, konon, Mbah Kholil berpuasa. Hal tersebut dilakukan
Mbah Kholil bukan dalam rangka menghemat uang, akan tetapi untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah, agar perjalanannya selamat.<br /> <br /> Pada
tahun 1276 H/1859 M, Mbah Kholil Belajar di Mekkah. Di Mekkah Mbah
Kholil belajar dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani (Guru Ulama Indonesia
dari Banten). Diantara gurunya di Mekkah ialah Syeikh Utsman bin Hasan
Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad
Al-Afifi Al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani. Beberapa
sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi Al-Bantani dan
Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail Al-Bimawi (Bima, Sumbawa).<br /> <br />
Sebagai pemuda Jawa (sebutan yang digunakan orang Arab waktu itu untuk
menyebut orang Indonesia) pada umumnya, Mbah Kholil belajar pada para
Syeikh dari berbagai madzhab yang mengajar di Masjid Al-Haram. Namun
kecenderungannya untuk mengikuti Madzhab Syafi’i tak dapat
disembunyikan. Karena itu, tak heran kalau kemudian dia lebih banyak
mengaji kepada para Syeikh yang bermadzhab Syafi’i.<br /> <br /> Konon,
selama di Mekkah, Mbah Kholil lebih banyak makan kulit buah semangka
ketimbang makanan lain yang lebih layak. Realitas ini –bagi
teman-temannya, cukup mengherankan. Teman seangkatan Mbah Kholil antara
lain: Syeikh Nawawi Al-Bantani, Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, dan
Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadani. Mereka semua tak habis pikir dengan
kebiasaan dan sikap keprihatinan temannya itu.<br /> <br /> Kebiasaan
memakan kulit buah semangka kemungkinan besar dipengaruhi ajaran ngrowot
(vegetarian) dari Al-Ghazali, salah seorang ulama yang dikagumi dan
menjadi panutannya.<br /> <br /> Mbah Kholil sewaktu belajar di Mekkah
seangkatan dengan KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah dan KH.
Muhammad Dahlan. Namum Ulama-ulama dahulu punya kebiasaan memanggil Guru
sesama rekannya, dan Mbah Kholil yang dituakan dan dimuliakan di antara
mereka.<br /> <br /> Sewaktu berada di Mekkah untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, Mbah Kholil bekerja mengambil upah sebagai penyalin
kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada
waktu itulah timbul ilham antara mereka bertiga, yaitu: Syeikh Nawawi
Al-Bantani, Mbah Kholil dan Syeikh Shaleh As-Samarani (Semarang)
menyusun kaidah penulisan Huruf Pegon. Huruf Pegon ialah tulisan Arab
yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf
Pegon tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan
bahasa Melayu.<br /> <br /> Mbah Kholil cukup lama belajar di beberapa
pondok pesantren di Jawa dan Mekkah. Maka sewaktu pulang dari Mekkah,
beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqh, tarekat dan ilmu-ilmu
lainnya. Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah
diperolehnya, Mbah Kholil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di
Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa
kelahirannya.<br /> <br /> Kembali ke Tanah Air<br /> <br /> Sepulangnya dari
Tanah Arab (tak ada catatan resmi mengenai tahun kepulangannya), Mbah
Kholil dikenal sebagai seorang ahli Fiqh dan Tarekat. Bahkan pada
akhirnya, dia pun dikenal sebagai salah seorang Kyai yang dapat
memadukan kedua hal itu dengan serasi. Dia juga dikenal sebagai
al-Hafidz (hafal Al-Qur’an 30 Juz). Hingga akhirnya, Mbah Kholil dapat
mendirikan sebuah pesantren di daerah Cengkubuan, sekitar 1 Kilometer
Barat Laut dari desa kelahirannya.<br /> <br /> Dari hari ke hari, banyak
santri yang berdatangan dari desa-desa sekitarnya. Namun, setelah
putrinya, Siti Khatimah dinikahkan dengan keponakannya sendiri, yaitu
Kyai Muntaha; pesantren di Desa Cengkubuan itu kemudian diserahkan
kepada menantunya. Mbah Kholil sendiri mendirikan pesantren lagi di
daerah Kademangan, hampir di pusat kota; sekitar 200 meter sebelah Barat
alun-alun kota Kabupaten Bangkalan. Letak Pesantren yang baru itu,
hanya selang 1 Kilometer dari Pesantren lama dan desa kelahirannya.<br /> <br />
Di tempat yang baru ini, Mbah Kholil juga cepat memperoleh santri lagi,
bukan saja dari daerah sekitar, tetapi juga dari Tanah Seberang Pulau
Jawa. Santri pertama yang datang dari Jawa tercatat bernama Hasyim
Asy’ari, dari Jombang.<br /> <br /> Di sisi lain, Mbah Kholil disamping
dikenal sebagai ahli Fiqh dan ilmu Alat (nahwu dan sharaf), ia juga
dikenal sebagai orang yang “waskita,” weruh sak durunge winarah (tahu
sebelum terjadi). Malahan dalam hal yang terakhir ini, nama Mbah Kholil
lebih dikenal.<br /> <br /> Geo Sosio Politika<br /> <br /> Pada masa hidup Mbah
Kholil, terjadi sebuah penyebaran Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di
daerah Madura. Mbah Kholil sendiri dikenal luas sebagai ahli tarekat;
meskipun tidak ada sumber yang menyebutkan kepada siapa Mbah Kholil
belajar Tarekat. Tapi, menurut sumber dari Martin Van Bruinessen (1992),
diyakini terdapat sebuah silsilah bahwa Mbah Kholil belajar kepada Kyai
‘Abdul Adzim dari Bangkalan (salah satu ahli Tarekat Naqsyabandiyah
Muzhariyah). Tetapi, Martin masih ragu, apakah Mbah Kholil penganut
Tarekat tersebut atau tidak?<br /> <br /> Masa hidup Mbah Kholil, tidak
luput dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Tetapi, dengan caranya
sendiri Mbah Kholil melakukan perlawanan.<br /> <br /> Pertama: Ia
melakukannya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang ini, Mbah Kholil
mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu,
berwawasan, tangguh dan mempunyai integritas, baik kepada agama maupun
bangsa. Ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang
lahir dari tangannya; salah satu diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari,
Pendiri Pesantren Tebu Ireng.<br /> <br /> Kedua: Mbah Kholil tidak
melakukan perlawanan secara terbuka, melainkan ia lebih banyak berada di
balik layar. Realitas ini tergambar, bahwa ia tak segan-segan untuk
memberi suwuk (mengisi kekuatan batin, tenaga dalam) kepada pejuang.
Mbah Kholil pun tidak keberatan pesantrennya dijadikan tempat
persembunyian.<br /> <br /> Ketika pihak penjajah mengetahuinya, Mbah Kholil
ditangkap dengan harapan para pejuang menyerahkan diri. Tetapi,
ditangkapnya Mbah Kholil, malah membuat pusing pihak Belanda. Karena ada
kejadian-kejadian yang tidak bisa mereka mengerti; seperti tidak bisa
dikuncinya pintu penjara, sehingga mereka harus berjaga penuh supaya
para tahanan tidak melarikan diri.<br /> <br /> Di hari-hari selanjutnya,
ribuan orang datang ingin menjenguk dan memberi makanan kepada Mbah
Kholil, bahkan banyak yang meminta ikut ditahan bersamanya. Kejadian
tersebut menjadikan pihak Belanda dan sekutunya merelakan Mbah Kholil
untuk dibebaskan saja.<br /> <br /> Mbah Kholil adalah seorang ulama yang
benar-benar bertanggung jawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan
maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sadar benar bahwa pada
zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang
tidak seagama dengan yang dianutnya.<br /> <br /> Beliau dan keseluruhan
suku bangsa Madura seratus persen memeluk agama Islam, sedangkan bangsa
Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristiani. Sesuai dengan
keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekkah yang telah berumur lanjut,
tentunya Mbah Kholil tidak melibatkan diri dalam medan perang,
memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok
pesantren yang diasaskannya.<br /> <br /> Mbah Kholil sendiri pernah ditahan
oleh penjajah Belanda karena dituduh melindungi beberapa orang yang
terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. Beberapa tokoh ulama
maupun tokoh-tokoh kebangsaan lainnya yang terlibat memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari
Mbah Kholil.<br /> <br /> Diantara sekian banyak murid Mbah Kholil yang
cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa
Indonesia ialah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng,
Jombang, dan pengasas Nahdlatul Ulama/NU), KH. Abdul Wahab Chasbullah
(pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang), KH. Bisri Syansuri
(pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang), KH. Ma’shum (pendiri
Pondok Pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda KH. Ali Ma’shum), KH.
Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang), dan KH. As’ad Syamsul
`Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Asembagus, Situbondo).<br /> <br /> (Semoga yg baca mendapat aliran Barokah beliau, amin allahumma amin)</span></span></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-16266502010511379142015-07-07T18:48:00.001-07:002015-07-07T18:48:40.226-07:00Warisan Pusaka Berharga Syaichona Cholil Bangkalan (Asy-Syekh Muhammad Khalil Basyaiban Al-Maduriy)Syekh
Kholil wafat pada hari kamis tanggal 29 Ramadhan 1343 H (1925 M) jam 04
pagi. Jenazah beliau dishalati di Masjid Agung Bangkalan pada sore
harinya setelah shalat ashar, kemudian dimakamkan di Pemakaman
Martajasah, Bangkalan.<br /><br />Syekh Kholil banyak meninggalkan “warisan” yang bermanfaat untuk ummat. Diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1.
Pesantren Jangkibuan. Pesantren ini terus aktif sampai kini dan diasuh
oleh keurunan Nyai Khotimah bin Kholil dengan Kiai Thoha. Pesantren ini
diberi nama “Pesantren Al-Muntaha Al-Kholili”.<br /><br />2. Pesantren
Kademangan. Sepeninggal Syekh Kholil, pesantren ini diasuh oleh
keturunan beliau sendiri. Saya mendapatkan tiga nama urutan pengasuh
Pesantren Kedemangan, yaitu Kiai Abdul Fattah bin Nyai Aminah binti Nyai
Muthmainnah binti Imron bin Kholil, kemudian Kiai Fakhrur Rozi bin Nyai
Romlah binti Imron bin Kholil, kemudian Kiai Abdullah Sachal bin Nyai
Romlah binti Imron bin Kholil. Sampai kini (2007) Pesantren Kademangan
diasuh oleh Kiai Abdullah Sachal.<br /><br />3. Kitab “As-Silah fi
Bayanin-nikah”. Sebuah kitab tentang pernikahan, meliputi segi hukum dan
adab. Dicetak oleh Maktabah Nabhan bin Salim Surabaya.<br /><br />4.
Rangkaian Shalawat. Dihimpun oleh KH. Muhammad Kholid dalam kitab
“I’anatur Roqibin” dan dicetak oleh Pesantren Roudlotul Ulum, Sumber
Wringin, Jember. Jawa Timur.<br /><br />5. Dzikir dan wirid. Dihimpun oleh KH. Mushthofa Bisri, Rembang, Jawa Tengah, dalam sebuah kitab berjudul “Al-Haqibah”. [*]<br /><br /><br /> <br /><br />KAROMAH SYEKH KHOLIL<br /><br /> <br /><br />Pada
bab III, buku “Surat Kepada Anjing Hitam” menceritakan 29 cerita
karomah Syekh Kholil, namun saya kutib yang 16 saja. Dalam buku itu
ditulis:<br />Pengertian Karomah<br /><br />Istilah karomah berasal dari
bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia[1]. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang mengistilahkan karomah dengan keramat diartikan suci dan
dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena
ketaqwaanya kepada Tuhan. [Dept. P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka Jakarta, halaman 483]<br /><br />Ajaran Islam[2] memaksudkan
sebagai “Khariqun lil adat”[3], yaitu kejadian yang luar biasa pada
seorang wali Allah. Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi mengartikan kata
karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang
tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. [Thohir bin Sholeh
Al-Jazairi, Jawahirul Kalamiyah, terjemahan Jakfar Amir, Penerbit Raja
Murah Pekalongan, hal. 40]<br /><br />Sedangkan, Imam Qusyairi menjelaskan
karomah sebagai penampakan karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap
dan kelakuan seseorang. Barangsiapa yang tidak benar sikap dan
kelakuannya, maka tidak dapat menunjukkan kekaromahannya. Dan Allah yang
maha Qodim memberi tahu kepada kita agar membedakan orang yang benar
dan mana yang batil. [Abul Qosim Abdul Karim Hawazim Qusyairi Naisabury,
Risaltul Qusyairiyah, Darul Khoir, halaman 353]<br /><br />Dengan demikian,
istilah karomah dapat disimpulkan sebagai kejadian yang luar biasa pada
seseorang yang merupakan anugerah dari Allah dikarenakan
ketaqwaanya.[4]<br /><br />1. PENCURI TIMUN TIDAK BISA DUDUK<br /><br /> <br /><br />Diantara
karomahnya adalah pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan
sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri
maling. Begitu peristiwa itu terus menerus. Akhirnya petani timun itu
tidak sabar lagi, setelah bermusuyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke
Kiai Kholil. Sesampainya di rumah Kiai Kholil, sebagaimana biasanya
Kiai sedang mengajarkan kitab nahwu[5]. Kitab tersebut bernama Jurmiyah,
suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula.<br /><br />“Assalamu’alaikum, Kiai,” ucap salam para petani serentak.<br /><br />“Wa’alaikum salam, “ Jawab Kiai Kholil.<br /><br />Melihat banyaknya petani yang datang. Kiai bertanya :<br /><br />“Sampean ada keperluan, ya?”<br /><br />“Benar,
Kiai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami
mohon kepada Kiai penangkalnya.” Kata petani dengan nada memohon penuh
harap.<br /><br />Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kiai kebetulan sampai
pada kalimat “qoma zaidun” yang artinya “zaid telah berdiri”. Lalu serta
merta Kiai Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf “qoma zaidun”.<br /><br />“Ya.., Karena pengajian ini sampai ‘qoma zaidun’, ya ‘qoma zaidun’ ini saja pakai penangkal.” Seru Kiai dengan tegas dan mantap.<br /><br />“Sudah, pak Kiai?” Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda Tanya.<br /><br />“Ya
sudah.” Jawab Kiai Kholil menandaskan. Mereka puas mendapatkan
penangkal dari Kiai Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka
masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Kiai Kholil.<br /><br />Keesokan
harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah
masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di
hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus menerus tidak bisa
duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela
diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin
melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan,
namun hasilnya sis-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat
pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak.<br /><br />Satu-satunya
jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani
untuk sowan ke Kiai Kholil lagi. Tiba di kediaman Kiai Kholil, utusan
itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang
sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri
itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang
selama ini menjadi sasaran empuk pencurian. Maka sejak saat itu, petani
timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima
kasih kepada Kiai kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu
timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para
santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh
pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun.[6]<br /><br />2. DIDATANGI MACAN<br /><br /> <br /><br />Diantara
karomahnya, pada suatu hari di bulan Syawal. Kiai Kholil tiba-tiba
memanggil santri-santrinya. “Anak-anakku, sejak hari ini kalian harus
memperketat penjagaan pondok pesantren. Pintu gerbang harus senantiasa
dijaga, sebentar lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini.” Kata
Kiai Kholil agak serius.<br /><br />Mendengar tutur guru yang sangat
dihormati itu, segera para santri mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah
timur Bangkalan memang terdapat hutan-hutan yang cukup lebat dan angker.
Hari demi hari, penjagaan semakin diperketat, tetapi macan yang
ditungu-tunggu itu belum tampak juga. Memasuki minggu ketiga, datanglah
ke pesantren pemuda kurus, tidak berapa tinggi berkulit kuning langsat
sambil menenteng kopor seng. Sesampainya di depan pintu rumah Kiai
Kholil, lalu mengucap salam “Assalamu ‘alaikum,” ucapnya agak pelan dan
sangat sopan.<br /><br />Mendengar salam itu, bukan jawaban salam yang
diterima, tetapi Kiai malah berteriak memanggil santrinya, “Hey santri
semua, ada macan.. macan.., ayo kita kepung. Jangan sampai masuk ke
pondok.” Seru Kiai Kholil bak seorang komandan di medan perang.<br /><br />Mendengar
teriakan Kiai kontan saja semua santri berhamburan, datang sambil
membawa apa yang ada, pedang, clurit, tongkat, pacul untuk mengepung
pemuda yang baru datang tadi yang mulai nampak kelihatan pucat. Tidak
ada pilihan lagi kecuali lari seribu langkah. Namun karena tekad ingin
nyantri ke Kiai Kholil begitu menggelora, maka keesokan harinya mencoba
untuk datang lagi. Begitu memasuki pintu gerbang pesantren, langsung
disongsong dengan usiran ramai-ramai. Demikian juga keesokan harinya.
Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang mundur ini memasuki
pesantren secara diam-diam pada malam hari. Karena lelahnya pemuda itu,
yang disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya tertidur di bawah
kentongan surau.<br /><br />Secara tidak diduga, tengah malam Kiai Kholil
datang dan membantu membangunkannya. Karuan saja dimarahi habis-habisan.
Pemuda itu dibawa ke rumah Kiai Kholil. Setelah berbasa-basi dengan
seribu alasan. Baru pemuda itu merasa lega setelah resmi diterima
sebagai santri Kiai Kholil. Pemuda itu bernama Abdul Wahab Hasbullah.
Kelak kemudian hari santri yang diisyaratkan macan itu, dikenal dengan
nama KH. Wahab Hasbullah, seorang Kiai yang sangat alim, jagoan
berdebat, pembentuk komite Hijaz, pembaharu pemikiran. Kehadiran KH
Wahab Hasbullah di mana-mana selalu berwibawa dan sangat disegani baik
kawan maupun lawan bagaikan seekor macan, seperti yang diisyaratkan Kiai
Kholil.[7]<br /><br />3. KETINGGALAN KAPAL LAUT<br /><br />Kejadian ini pada
musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju
Makkah, semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap,
tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya :<br /><br />“Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,” ucap istrinya dengan memelas.<br /><br />“Baik,
kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari
anggur,” jawab suaminya sambil bergegas di luar kapal.<br /><br />Setelah
suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak
ditemui penjual anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar
untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh
akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami
mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke
kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai
ke ajungan kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh.
Sedih sekali melihat kenyataan ini. Duduk termenung tidak tahu apa yang
mesti diperbuat.<br /><br />Disaat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada
seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat:
“Datanglah kamu kepada Kiai Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang
menimpa dirimu !” ucapnya dengan tenang.<br /><br />“Kiai Kholil?” pikirnya.<br /><br />“Siapa
dia, kenapa harus kesana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari
kapal?” begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya.<br /><br />“Segeralah
ke Kiai kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu
alami, insya Allah.” Lanjut orang itu menutup pembiocaraan.<br /><br />Tanpa
pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke
Bangkalan. Setibanya di kediaman Kiai Kholil, langsung disambut dan
ditanya :<br /><br />“Ada keperluan apa?”<br /><br />Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Kiai Kholil.<br /><br />Tiba-tiba Kiai berkata :<br /><br />“Lho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!”<br /><br />Lalu suami itu kembai dengan tangan hampa.<br /><br />Sesampainya
di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang
menyuruh ke Kiai Kholil lalu bertanya: ”Bagaimana? Sudah bertemu Kiai
Kholil ?”<br /><br />“Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan” katanya dengan nada putus asa.<br /><br />“Kembali
lagi, temui Kiai Kholil !” ucap orang yang menasehati dengan tegas
tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Kiai
Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ke tiga
kalinya, Kiai Kholil berucap, “Baik kalau begitu, karena sampeyan ingin
sekali, saya bantu sampeyan.”[8]<br /><br />“Terima kasih Kiai,” kata sang suami melihat secercah harapan.<br /><br />“Tapi ada syaratnya.” Ucap Kiai Kholil.<br /><br />“Saya akan penuhi semua syaratnya.” Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh.<br /><br />Lalu
Kiai berpesan: “Setelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan
jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah
meninggal. Apakah sampeyan sanggup?” pesan dan tanya Kiai seraya menatap
tajam.<br /><br />“Sanggup, Kiai, “ jawabnya spontan.<br /><br />“Kalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,” Kata Kiai Kholil.<br /><br />Lalu
sang suami melaksanakan perintah Kiai Kholil dengan patuh. Setelah
beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya
dirinya sudah berada di atas kapal lalu yang sedang berjalan. Takjub
heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya.
Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya
mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di
salah satu ruang kapal.<br /><br />“Ini anggurnya, dik. Saya beli anggur
jauh sekali” dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi
apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya
dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali
ini dialami selam hidupnya. Terbayang wajah Kiai Kholil. Dia baru
menyadarinya bahwa beberapa saat yang alalu, sebenarnya dia baru saja
berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar
biasa.<br /><br />4. SANTRI MIMPI DENGAN WANITA.<br /><br /> <br /><br />Dan
diantara karomahnya, pada suatu hari menjelang pagi, santri bernama
Bahar dari Sidogiri merasa gundah, dalam benaknya tentu pagi itu tidak
bisa sholat subuh berjamaah. Ketidak ikutsertaan Bahar sholat subuh
berjamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Semalam
Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan
Bahar. Sebab wanita itu adalah istri Kiai Kholil, istri gurunya[9].<br /><br />Menjelang subuh, terdengar Kiai Kholil marah besar sambil membawa sebilah pedang seraya berucap:<br /><br />“Santri kurang ajar.., santri kurang ajar..“[10]<br /><br />Para
santri yang sudah naik ke masjid untuk sholat berjamaah merasa heran
dan tanda tanya, apa dan siapa yang dimaksud santri kurang ajar itu.
Subuh itu Bahar memang tidak ikut sholat berjamaah, tetapi bersembunyi
di belakang pintu masjid.<br /><br />Seusai sholat subuh berjamaah, Kiai Kholil menghadapkan wajahnya kepada semua santri seraya bertanya :<br /><br />“Siapa santri yang tidak ikut berjamaah?” Ucap Kiai Kholil nada menyelidik.<br /><br />Semua
santri merasa terkejut, tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti
itu. Para santri menoleh ke kanan-kiri, mencari tahu siapa yang tidak
hadir. Ternyata yang tidak hadir waktu itu hanyalah Bahar. Kemudian Kiai
Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah
diketemukan lalu dibawa ke masjid. Kiai Kholil menatap tajam-tajam
kepada bahar seraya berkata:<br /><br />“Bahar, karena kamu tidak hadir
sholat subuh berjamaah maka harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di
belakang pesantren dengan petok ini” Perintah Kiai Kholil. Petok adalah
sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput. Setelah menerima perintah
itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus. Dapat diduga bagaimana
Bahar menebang dua rumpun bambu dengan suatu alat yang sangat sederhana
sekali, tentu sangat kesulitan dan memerlukan tenaga serta waktu yang
lama sekali. Hukuman ini akhirnya diselesaikan dengan baik[11].<br /><br />“Alhamdulillah, sudah selesai, Kiai.” Ucap Bahar dengan sopan dan rendah hati.<br /><br />“Kalau begitu, sekarang kamu makan nasi yang ada di nampan itu sampai habis.” Perintah Kiai kepada Bahar.<br /><br />Sekali
lagi santri Bahar dengan patuh menerima hukuman dari Kiai Kholil.
Setelah Bahar melaksanakan hukuman yang kedua, santri Bahar lalu disuruh
makan buah-buahan sampai habis yang ada di nampan yang telah tersedia.
Mendengar perintah ini santri Bahar melahap semua buah-buahan yang ada
di nampan itu. Setelah itu santri Bahar diusir oleh Kiai Kholil seraya
berucap:<br /><br />“Hai santri, semua ilmuku sudah dicuri oleh orang ini.”
Ucap Kiai Kholil sambil menunjuk ke arah Bahar. Dengan perasaan senang
dan mantap santri Bahar pulang meninggalkan pesantren Kiai Kholil menuju
kampung halamannya.<br /><br />Memang benar, tak lama setelah itu, santri
yang mendapat isyarat mencuri ilmu Kiai Kholil itu, menjadi Kiai yang
sangat alim, yang memimpin sebuah pondok pesantren besar di Jawa Timur.
Kia beruntung itu bernama Kiai Bahar, seorang Kiai besar dengan ribuan
santri yang diasuhnya di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa
Timur.<br /><br />5. KIAI KHOLIL MASUK PENJARA<br /><br /> <br /><br />Diantara karomahnya dikisahkan:<br /><br />Beberapa
pelarian pejuang kemerdekaan dari Jawa bersembunyi di Pesantren Kiai
Kholil. Kompeni Belanda rupanya mencium kabar itu. Tentara Belanda
berupaya keras untuk menangkap para pejuang kemerdekaan yang bersembunyi
itu. Rencana penangkapan diupayakan secepat mungkin, setelah yakin
bersembunyi di pesantren, tentara belanda memasuki pesantren Kiai
Kholil. Seluruh pojok pesantren digerebek. Ternyata tidak menemukan
apa-apa. Hal itu membuat kompeni marah besar. Karena kejengkelannya,
akhirnya membawa pimpinan pesantren, yaitu Kiai Kholil untuk ditahan.
Dengan siasat ini, mereka berharap ditahannya Kiai Kholil, para pejuang
segera menyerahkan diri. Ketika Kiai Kholil dimasukkan ke dalam tahanan,
maka beberapa perisriwa ganjil mulai muncul. Hal ini membuat susah
penjajah Belanda. Mula-mula ketika Kiai Kholil masuk ke dalam tahanan,
semua pintu tahanan tidak bisa ditutup. Dengan demikian pintu tahanan
dalam keadaan terbuka terus menerus. Kompeni Belanda harus berjaga siang
dan malam secara terus menerus. Sebab jika tidak, maka tahanan bisa
melarikan diri. Pada hari berikutnya, sejak Kiai Kholil ditahan, ribuan
orang Madura dan Jawa berdatangan untuk menjenguk dan mengirim makanan
ke Kiai Kholil. Kejadian ini membuat kompeni merasa kewalahan mengatur
orang sebanyak itu. Silih berganti setiap hari terus menerus. Akhirnya,
kompeni membuat larangan berkunjung ke Kiai Kholil. Pelarangan itu,
rupanya tidak menyelesaikan masalah. Masyarakat justru datang setiap
harinya semakin banyak. Para pengunjung yang bermaksud berkunjung ke
Kiai Kholil bergerombol di sekitar rumah tahanan. Bahkan, banyak yang
minta ditahan bersama Kiai Kholil. Sikap nekad para pengunjung Kiai
Kholil ini jelas membuat Belanda makin kewalahan. Kompeni merasa
khawatir, kalau dibiarkan berlarut larut suasana akan semakin parah.
Akhirnya, daripada pusing memikirkan hal yang sulit dimengerti oleh akal
itu, kompeni belanda melepaskan Kiai Kholil begitu saja.<br /><br />Setelah
kompeni mengeluarkan Kiai Kholil dari penjara, baru semua kegiatan
berjalan sebagaimana biasanya. Demikian juga dengan pintu penjara, sudah
bisa ditutup kembali serta para pengunjung yang berjubel disekitar
penjara, kembali pulang kerumahnya masing-masing.<br /><br />6. RESIDEN BELANDA<br /><br /> <br /><br />Dan
diantara karomahnya, suatu hari, Residen Belanda yang ditempatkan di
Bangkalan mendapat surat yang cukup mengejutkan dari pemerintah Colonial
Belanda di Jakarta. Surat tersebut berisi tentang pemberhentian dirinya
sebagai Residen di Bangkalan. Padahal jabatan itu masih diinginkan
dalam beberapa saat. Residen itu berkata dengan Residen belanda yang
lainnya. Hati nurani Residen yang satu ini tidak pernah menyetujui
penjajahan oleh negaranya. Untuk mempertahankan posisinya, Residen
belanda yang simpati kepada bangsa Indonesia mau berkorban apa saja
asalkan tetap memangku jabatan di Bangkalan, Kebetulan sang Residen
mendengar kabar bahwa di Bangkalan ada orang yang pandai dan sakti
mandraguna[12]. Tanpa pikir panjang lagi, sang Residen segera pergi
untuk menemui orang yang diharapkan kiranya dapat membantu mewujudkan
keinginannya itu.<br /><br />Maka, berangkatlah sang Residen itu ke Kiai
Kholil dengan ditemani beberapa kolegannya. Sesampainya di kediaman Kiai
Kholil, sang Residen Belanda langsung menyampaikan hajatnya itu. Kiai
Kholil tau siapa yang dihadapinya itu, lalu dijawab dengan santai seraya
berucap :<br /><br />“Tuan, selamat.., selamat.., selamat..” Ucapnya dengan
senyuman yang khas. Residen Belanda merasa puas terhadap jawaban Kiai
Kholil dan setelah itu berpamitan pulang.<br /><br />Selang beberapa hari
setelah kejadian itu, sang Residen menerima surat dari pemerintah
Belanda yang isinya pencabutan kembali surat keputusan pemberhentian
atas dirinya. Betapa senangnya menerima surat itu. Dengan demikian,
dirinya masih tetap memangku jabatan di daerah Bangkalan.<br /><br />Sejak
peristiwa itu, Kiai kholil diberi kebebasan melewati seluruh daerah
Bangkalan. Bahkan, Kiai Kholil bisa menaiki dokar seenaknya melewati
daerah terlarang di Keresidenan Bangkalan tanpa ada yang merintanginya.
Baik residen maupun aparat Belanda semuanya menaruh hormat kepada Kiai
Kholil. Seorang Kiai yang dianggap memiliki kesaktian luar biasa.<br /><br />7. SURAT KEPADA ANJING HITAM<br /><br /> <br /><br />Musim
haji telah tiba. Sebagaimana biasanya, penduduk daerah Bangkalan yang
akan menunaikan ibadah haji terlebih dahulu sowan kepada Kiai Kholil.
Fulan calon jamah haji Bangkalan. Menjelang keberangkatannya, terlebih
dahulu menyempatkan sowan ke Kiai Kholil. Kiai, ketika melihat diantara
tamu terdapat si Fulan, maka segera menyuruh mendekat.<br /><br />“Fulan,
ini surat. Sesampainya di Masjidil Haram, berikan surat ini kepada
anjing hitam.” Pesan Kiai kepada si Fulan dengan datar.<br /><br />“Ya,
Kiai. Saya akan menyampaikan surat ini.” Jawab si Fulan tanpa berani
menatap dan bertanya kenapa Kiai menyuruh demikian. Sesusai sowan kepada
Kiai, Fulan langsung pulang ke rumahnya. Berbagai kecamuk dan
pertanyaan dibenakknya.<br /><br />Hari keberangkatan pun tiba. Dengan niat
yang ikhlas, Fulan berangkat ke tanah suci. Sesampainya di Makkah, Fulan
menunaikan Ibadah hajinya dengan baik. Sungguhpun demikian, Fulan belum
tenang kalau amanat yang dipesankan Kiai Kholil belu dilaksanakan.
Segera fulan pergi ke halaman Masjidil Haram, terdorong karena patuhnya
kepada Kiai Kholil, ingin segera menyampaikan pesan yang sangat aneh
ini. Tapi bagaimana caranya?<br /><br />Tak disangka, ditengah keasyikannya
merenung itu. Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, didepannya sudah
berdiri seekor anjing hitam. Tanpa pikir panjang lagi, Fulan segera
meraih surat yang ada di sakunya. Seketika itu juga, disodorkannya surat
itu kepada anjing hitam. Telinga anjing itu bergerak-berak, lalu
menggigit surat itu pelan-pelan. Beberapa saat anjing itu menatap tajam
wajah si Fulan seolah-olah ingin mengungkapkan rasa terima kasih.
Setelah itu dengan langkah tenang dan wibawa, sang anjing hitam itu
meninggalkan Fulan yang masih terpana. Dipandangnya anjing itu hingga
tidak terlihat lagi dari pandangan mata Fulan.<br /><br />Fulan merasa lega.
Sebab, amanat yang tidak dipahami itu sudah ditunaikan. Waktu pun
bergulir hingga selesailah ibadah Rukun Islam yang kelima itu. Semua
jamaah haji seantero dunia pulang ketanah airnya masing-masing begitu
pula dengan fulan pulang ke Bangkalan.<br /><br />Bagi fulan, sungguhpun
sudah selesai ibadah haji, namun kecamuk surat misterius itu masih
melekat di benaknya. oleh sebab itu, setibanya di Bangkalan, pertama
kali yang ditemuinya adalah Kiai Kholil.<br /><br />“Sudah disampaikan surat saya, Fulan?” Kata Kiai menyambut kedatangan Fulan.<br /><br />“Sudah, Kiai.” Tegas fulan lega. “Tapi, Kiai..” Kata fulan agak tersendat-sendat<br /><br />“Ada
apa Fulan?” Kata Kiai Kholil tanpa menunjukkan ekspresi yang aneh.
“Kalau boleh Tanya, kenapa Kiai mengirim surat kepada anjing hitam?”
Tanya si Fulan terheran-heran.<br /><br />“Fulan, yang kamu temui itu bukan
sembarang anjing. Dia adalah salah seorang wali Allah yang menyamar
sebagai anjing hitam yang menunaikan Ibadah haji tahun ini.” Jelas sang
Kiai.<br /><br />Mendengar keterangan Kiai Kharismatik itu, si Fulan baru
memahami dan menyadari apa yang ada dibalik peristiwa itu. Dan sifulan
pun hanya bisa menganggut sambil mengenang saat sang anjing berhadapan
dengan dirinya.<br /><br />8. ORANG ARAB DAN MACAN TUTUL<br /><br /> <br /><br />Dan
diantara karomahnya, suatu hari menjelang sholat magrib. Seperti
biasanya Kiai Kholil mengimami jamaah sholat bersama para santri
Kedemangan. Bersamaan dengan Kiai Kholil mengimami sholat, tiba-tiba
kedatangan tamu berbangsa Arab. Orang Madura menyebutnya Habib[13].<br /><br />Seusai
melaksanakan sholat, Kiai Kholil menemui tamu-tamunya, termasuk orang
Arab yang baru datang itu. Sebagai orang Arab yang mengetahui kefasihan
Bahasa Arab[14], habib tadi menghampiri Kiai Kholil seraya berucap :<br /><br />“Kiai, bacaan Al-Fatihah antum (anda) kurang fasih.” Tegur Habib.<br /><br />“O.. begitu?!” Jawab Kiai Kholil dengan tenang.<br /><br />Setelah
berbasa-basi beberapa saat. Habib dipersilahkan mengambil wudlu untuk
melaksanakan sholat magrib. “Tempat wudlu ada di sebelah masjid itu,
Habib. Silahkan ambil wudlu di sana.” Ucap Kiai sambil menunjukkan arah
tempat wudlu. Baru saja selesai wudlu, tiba-tiba sang Habib dikejutkan
dengan munculnya macan tutul. Habib terkejut dan berteriak dengan bahasa
Arabnya, yang fasih untuk mengusir macan tutul yang makin mendekat itu.
Meskipun Habib mengucapkan Bahasa Arab sangat fasih untuk mengusir
macan tutul, namun macan itu tidak pergi juga.<br /><br />Mendengar
ribut-ribut di sekitar tempat wudlu Kiai Kholil datang menghampiri.
Melihat ada macan yang tampaknya penyebab keributan itu, Kiai Kholil
mengucapkan sepatah dua patah kata yang kurang fasih. Anehnya, sang
macan yang mendengar kalimat yang dilontarkan Kiai Kholil yang nampaknya
kurang fasih itu, macan tutul bergegas menjauh.<br /><br />Dengan kejadian
ini, Habib paham bahwa sebetulnya Kiai Kholil bermaksud memberi
pelajaran kepada dirinya, bahwa suatu ungkapan bukan terletak antara
fasih dan tidak fasih, melainkan sejauh mana penghayatan makna dalam
ungkapan itu.<br /><br />9. TONGKAT KIAI KHOLIL DAN SUMBER MATA AIR<br /><br /> <br /><br />Dan
diantara karomahnya, pada suatu hari. Kiai Kholil berjalan ke arah
selatan Bangkalan. Beberapa santri menyertainya. Setelah berjalan cukup
jauh, tepatnya sampai di desa Langgundi, tiba-tiba Kiai Kholil
menghentikan perjalanannya. Setelah melihat tanah di hadapannya, dengan
serta merta Kiai Kholil menancapkan tongkatnya ke tanah. Dari arah
lobang bekas tancapan Kiai Kholil, memancarlah sumber air yang sangat
jernih. Semakin lama semakin besar. Bahkan karena terus membesar, sumber
air tersebut akhirnya menjadi kolam yang bisa dipakai untuk minum dan
mandi. Lebih dari itu; sumber mata airnya dapat menyembuhkan pelbagai
macam penyakit[15].<br /><br />Kolam yang bersejarah itu, sampai sekarang
masih ada. Orang Madura menamakannya Kolla Al-Asror Langgundi. Letaknya
sekitar 1 km sebelah selatan kompleks pemakaman Kiai Kholil Bangkalan.
Banyak orang yang datang dari jauh hanya sekedar untuk minum dan mandi.
Mereka yakin bahwa air yang ada di sumber mata air di Langgundi itu,
adalah jejak karomah-karomah Kiai Kholil yang diyakini membawa berkah.<br /><br />[1]
“Karaamah” merupakan mashdar dari “karuma”, maka “karaamah” berarti
kemuliaan, yakni kemuliaan yang diberikan oleh Allah pada seorang shaleh
yang dicintai-Nya.[2] Sebernarnya karomah hanyalah sebuah istilah,
sebagaimana mu’jizat diistilahkan untuk Nabi.[3] Khoriqun lil’adah: luar
biasa. Sebenarnya banyak hal luar biasa yang terkadang kurang dianggap
luar biasa oleh kebanyakan orang, sehingga banyak karomah yang dimiliki
oleh para ulama tapi tidak dipandang sebagai karomah. Misalnya karya
ilmiyah keislaman. Suatu contoh Al-Imam An-Nawawi dan Al-Imam
As-Suyuthi, dengan umur yang relatif sedikit mereka telah mampu menulis
kitab puluhan ribu halaman pada zaman belum ada alat tulis yang cukup.
Dengan kondisi seperti itu, akal kita tidak akan mampu menggambarkan
bagaimana mereka menulis kitab sebanyak itu, dan itu berarti semua itu
adalah luar biasa. Maka tentu saja keluarbiasaan itu sangat layak untuk
disebut karomah, bahkan lebih layak daripasa sekedar bisa terbang dan
sebagainya. Dari itu dalam catatan kaki ini saya lebih menekankan pada
pemahaman bahwa karomah berupa karya ilmu dan pendidikan itu lebih utama
daripada karomah yang “aneh-aneh”, dan Syekh Kolil memiliki “karomah
utama” itu. Saya tidak mau ada yang mengatakan bahwa Syekh Kholil hanya
dikagumi oleh orang awam yang suka dengan cerita-cerita aneh. Syekh
kholil memiliki keistimewaan yang patut dikagumi oleh kaum ulama,
intelektual, budayawan dan kalangan apapun yang mendahulukan ilmu dan
pendidikan. Syekh Kholil memiliki prestasi yang tidak masuk akal dalam
dunia pendidikan, ribuan pesantren didirikan oleh ribuan ulama hasil
didikan beliau. Angka yang tidak masuk akal itu menjadi lebih
menakjubkan karena yang dihitung adalah wujud kesuksesan dalam
pendidikan dan da’wah Islam, prestasi yang paling tinggi dalam dunia
ibadah dengan angka yang luar biasa. Inilah karomah tertinggi Syekh
Kholil, sehingga seandainya beliau tidak memiliki karomah yang aneh-aneh
maka hal itu sama sekali tidak mengurangi bukti “kewalian” beliau.
Dengan ribuan pesantren itu kita tidak perlu mencari cerita aneh beliau
untuk membuktikan bahwa beliau adalah kekasih Allah.<br /><br />[4] Saifur Rachman, Surat kepada Anjing Hitam, Pustaka Ciganjur cetakan pertama tahun 1999, halaman 31-32.<br /><br />[5]
Maksudnya kebetulan Syekh Kholil sedang mengajar kitab nahwu. Sebagian
orang menganggap pelajaran nahwu itu sebagai pelajaran tersulit,
sehingga terkesan bahwa orang yang paling alim adalah yang paling ahli
nahwu. Padahal nahwu hanyalah pelajaran bahasa yang berarti pelajaran
tahap awal bagi yang ingin dapat membaca dan berbicara bahasa Arab.
Ketika Syekh Kholil sering disebut-sebut sebagai ahli Nahwu, maka
sebagian orang yang menganggap ilmu nahwu tidak terlalu rumit merasa
Syekh Kholil tidak luar biasa jika hanya karena ilmu nahwu. Maka dari
itu, saya ingin tegaskan bahwa ilmu nahwu bagi Syekh Kholil bukan “ilmu
pamungkas”. Beliau mendapatkan derajat tinggi bukan karena beliau
dikenal dengan ilmu nahwunya, karena ilmu nahwu sifatnya hanya ilmu alat
dan perantara. Beliau mendapatkan derajat tiggi karena ilmu yang utama,
yaitu ilmu mengenal Allah dan syari’at-Nya. Ketika diceritakan bahwa
Syekh Kholil sangat pakar dalam ilmu nahwu, maka kita dapat menyimpulkan
bahwa kalau ilmu alatnya saja beliau begitu menekuni sampai paham
setiap permasalahannya dan hafal di luar kepala, maka apalagi dengan
ilmu syari’atnya, tentulah beliau lebih luas lagi dalam ilmu syari’at
yang beliau anggap sebagai tujuan utama.<br /><br />[6] Ada yang bertanya
mengapa Syekh Kholil tidak menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa
ma’tsurat saja, mengapa beliau menggunakan kalimat yang justru tidak ada
hubungannya dengan permasalahan, tidakkah itu termasuk bid’ah? Maka
untuk pertanyaan itu saya jawab dengan berikut:<br /><br />1. Syekh Kholil
sedang membahas lafazh “qoma zaidun” maka beliau bermaksud bergurau
dengan santri-santri beliau yang sedang tegang mempelajari ilmu nahwu,
karena tamu-tamu itu adalah para petani yang tidak mengerti arti “qoma
zaidun”. Dari sini kita dapat menilai karakter Syekh Kholil, berarti
beliau seorang ulama yang berwibawa dan terkadang humoris, sebuah
karakter yang disukai banyak orang.<br /><br />2. “Qoma zaidun” yang
diucapkan Syekh kholil adalah merupakan bahasa kinayah, di mulut beliau
menyebut “zaidun” akan tetapi di hati beliau bermaksud “pencuri timun”,
sedangkan jumlah fi’il-fa’il dimaksudkan “jumlah du’aiyyah”. Maka
artinya adalah “semoga pencuri timun itu berdiri.”<br /><br />3. Para petani
dibiarkan membaca “qoma zaidun” karena mereka memang tidak mengerti
bahasa Arab, maka sudah pasti ketika mereka membaca “qoma zaidun” maka
di hati mereka bermaksud berdoa sebagaimana doa Syekh Kholil. Maka
ketika para petani membaca “qoma zaidun”, sebenarnya bacaan itu berarti
mengamin doa Syekh Kholil, seolah-olah mereka berkata “saya berdoa
sebagaimana doa Syekh Kholil”. Dan wajarlah kalau Allah-pun mendengar
doa Syekh Kholil yang diamini oleh para petani itu.<br /><br />Dengan
demikian, maka tidak ada kejanggalan dari cerita diatas untuk dihujat
sebagai bid’ah. Ini adalah analisa saya, berangkat dari husnuzhon saya
kepada ulama semisal Syekh Kholil. Sesuai dengan ajaran Rasulullah:<br /><br />كُنْ كَالْمُؤْمِنِ يَطْلُبُ الْمَعَاذِرَ، وَلاَتَكُنْ كَالْمُنَافِقِ يَطْلُبُ الْمَعَايِبَ<br /><br />“Jadilah
sebagai orang mukmin yang selalu mencari alasan baik. Dan janganlah
menjadi sebagai orang munafiq yang suka mencari aib.”<br /><br />[7] Banyak
terjadi perlakuan aneh dari Ulama zaman dahulu, baik pada santri maupun
tamu. Dalam cerita diatas kita dapat menebak bahwa apa yang dilakukan
Syekh Kholil adalah merupakan firasat dan memberi ujian. Syekh memiliki
firasat tentang pemuda Wahab Hasbullah, kemudian beliau bermaksud
menguji kesungguhan pemuda itu untuk belajar pada beliau. Hal seperti
ini dapat terjadi antara guru dan murid yang memiliki hubungan kecintaan
kepercayaan yang kuat. Makanya tidak ada seorang kiai yang menguji
diluar kemuampuan muridnya, terbukti sang murid lulus walaupun terkadang
ujiannya tidak masuk akal. Bagi orang yang belum pernah merasakan
kecintaan dan kepercayaan yang kuat terhadap guru, hal seperti ini bisa
saja dianggap berlebihan. Akan tetapi fakta membuktikan bahwa semua
ulama besar tidak sekedar dibesarkan oleh ilmu yang dipelajari dari
gurunya, melainkan lebih dibesarkan oleh keberkahan berkat cinta dan
percaya yang amat kuat kepada gurunya.<br /><br />[8] Suami itu sebenarnya
tidak paham yang dimaksud minta tolong kepada Syekh Kholil, dia pikir
Syekh Kholil dapat menolongnya secara tehnis, sedangkan yang dimaksud
oleh orang yang menunjukkan tadi adalah meminta doa kepada beliau.
Ketika suami itu datang kepada Syekh Kholil minta tolong maka Syekh
Kholil memberi saran untuk menghubungi pihak pelabuhan. Kedatangan sang
suami kepada Syekh Kholil sampai tiga kali bukan karena Syekh Kholil
pelit atau tidak tahu apa yang harus beliau lakukan, makanya saya kurang
sreg dengan kalimat “karena sampeyan ingin sekali, saya bantu
sampeyan.” Saya rasa itu hanya gubahan penulis atau perawi. Syekh Kholil
pasti tahu sejak awal bahwa sang suami itu ingin sekali menyelesaikan
masalahnya, beliau tidaklah baru menyadari setelah kedatangan yang
ketiga. Siapa yang mengaggap problem sang suami itu tidak serius?! Syekh
Kholil tidak langsung berdoa sejak kedatangan pertama karena memang
sang suami itu tidak minta doa, dan sebagai orang yang tawadhu’, beliau
tidak langsug menawarkan doa, karena menawarkan doa bisa saja terkesan
menganggap dirinya punya doa manjur. Dari situ kita dapat melihat
ketawadhu’an Syekh Kholil, baik di hadapan Allah maupun di hadapan
manusia. Hal ini berbeda dengan “kiai dukun” yang justru pasang iklan
seoalah-olah berkata: “Mintalah doa pada saya, karena doa saya manjur.”
Inilah yang membedakan antara “kiai wali” dengan “kiai dukun”, yaitu
tawadhu’ di hadapan Allah dan di hadapan manusia.<br /><br />[9] Bermimpi
seseorang wanita tidak harus sering atau habis memikirkannya sebelum
tidur, maka jangan sampai mengira bahwa mungkin saja Kiai Bahar
memikirkan istri gurunya sebelum tidur.<br /><br />[10] Kemarahan Syekh
Kholil bukan karena Kiai Bahar bersalah sebab mimpi itu, melainkan
semacam hardikan agar Kiai Bahar melupakan mimpi itu, agar tidak diingat
lagi walaupun untuk menyesalinya.<br /><br />[11] Tugas itu sebenarnya
bukan hukuman, Syekh Kholil menyebutnya hukuman untuk tidak membuat
bingung santri-santri yang lain, sehingga di mata mereka, Bahar dihukum
karena tidak shalat berjamaah. Adapun sebenarnya itu adalah ujian
sebagaimana yang juga sering diberikan pada murid lainnya.<br /><br />[12] Sakti mandraguna menurut paham sang Residen, karena ia tidak mengerti soal wali dan karomah.<br /><br />[13]
Ada suatu kesalahan yang banyak dipahami oleh orang awam, baik di
Madura maupun di Jawa, mereka pikir semua orang Arab itu “Habib”. Habib
adalah julukan yang diberikan oleh orang Yaman terhadap keturunan
Rasulullah. Kemudian julukan ini menjadi populer juga di berbagai
negara, walaupun sebenarnya hanya lebih populer di kalangan Habib dari
Yaman sendiri atau yang mengenalnya. Dalam menjuluki Habib, orang Madura
atau Jawa -yang paham maksudnya- sebenarnya hanya ikut-ikutan orang
Yaman saja, itu juga dipakaikan pada Habib yang berasal dari Yaman atau
yang masih kental ke”Yaman”anya. Orang Madura atau Jawa sebenarnya tidak
punya julukan khusus untuk keturunan Rasulullah secara umum, maka dari
itu mereka tidak menjuluki Syekh Kholil dan sebagainya dengan “Habib”
walaupun tahu bahwa mereka juga cucu Rasulullah. Bagi Mereka, Habib
adalah curu Rasululullah yang di Arab atau yang masih menggunakan
kebangsaan Arab. Dalam cerita ini, mengingat sebagian orang Madura
menganggap semua orang Arab itu Habib, maka hendaknya dimaklumi bahwa
Habib dalam cerita ini belum tentu Habib yang sebenarya, mungkin saja
orang Arab biasa. Kalaupun ternyata memang Habib sebenarnya, hendaknya
dimaklumi bahwa cerita ini tidak menyimpulkan bahwa ada seorang bahngsa
Sayyid dikalahkan seorang bangsa Madura, karena sebenarnya Syekh Kholil
juga bangsa Sayyid yang telah njawani sejak dari leluhurnya.<br /><br />[14]
Sebenarnya tidak semua orang Arab fasih tajwidnya, baik yang di
Indonesia maupun yang di Arab sekalipun, kecuali yang memang belajar
tajwid. Saya jadi teringat waktu ngobrol dengan Sayyid Anis Bin Syihab
Malang, beliau berkata dengan nada berkelakar: “Watak orang Arab itu
memang PD-an, kalau mereka datang ke kampung-kampung kemudian disuruh
jadi imam langsung aja maju, padahal baca Qur’annya masih bagus orang
Jawa.” Yakni orang Jawa kampung yang pada umumnya belajar tajwid sejak
kecil.<br /><br />[15] Apabila air itu benar-benar terbukti pernah
menyembuhkan penyakit seseorang, maka ada dua kemungkinan bagaimana
proses kemujaraban air itu. Pertama, mungkin air itu memang mengandung
zat yang berguna untuk penyembuhan, maka berarti air itu dapat
menyembuhkan secara medis, walaupun tidak ada yang megerti tentang hal
itu. Namun bukan berarti tidak ada hubungannya dengan karomah Syekh
Kolil, melainkan ketika Syekh Kholil menemukan sumber itu maka berarti
beliau telah melakukan hal yang luar biasa. Kedua, mungkin air itu hanya
air biasa, namun air itu menjadi mujarab berkat Syekh Kholil. Adapun
prosesnya adalah dengan tabarruk, yakni memohon berkah kepada Allah
dengan perantara benda bekas orang shaleh. Ketika seseorang datang dan
meminum air Kolla Al-Asror, mereka berkeyakinan bahwa Kolla itu adalah
peninggalan Syekh Kholil yang mereka yakini sebagai orang shaleh kekasih
Allah. Mereka bertabarruk dengan air kolla itu sebagaimana yang
dibenarkan oleh Syari’at Islam.<br /><br />Masalah Tabarruk<br /><br />Masalah
ini perlu saya bahas agar tidak ada yang salah paham mengenai cerita
diatas. Tabarruk adalah bagian daripada tawassul, yaitu mengambil
perantara didalam berdoa kepada Allah. Yang dimaksud mengambil perantara
adalah merayu Allah dengan menyebut-nyebut orang yang dicintai Allah.
Ketika seseorang bertawassul dengan Nabi, misalnya, maka seolah-olah ia
berkata: “Ya Allah, kalau Nabi saja aku cintai karena beliau kekasih-Mu,
maka apalagi Engkau, tentu Engkau lebih aku cintai. Maka berkat cinta
ini kabulkanlah doaku”. Itulah yang dimaksud tawassul. Adapun tabarruk
adalah bertawassul dengan menyentuh benda-benda yang berhubungan dengan
kekasih Allah. Maka tabarruk masih dalam rentetan tawassul. Ketika
seseorang bertabarruk dengan baju bekas orang shaleh, misalnya, maka
seolah-olah ia berkata: “Ya Allah, kalau baju bekas orang shaleh saja
aku cintai, apalagi orang shaleh yang punya baju. Dan karena aku
mencintai orang shaleh itu karena dia adalah kekasih-Mu, maka apalagi
Engkau, tentu Engkau lebih aku cintai. Maka berkat cinta ini kabulkanlah
doaku.”<br /><br />Orang yang menentang tawassul dan tabarruk itu
sebenarnya disebabkan karena ia tidak mengerti tentang dua hal, yaitu
tidak mengerti maksudnya dan tidak mengerti bahwa Syari’at Islam
mengajarkan tawassul dan tabarruk sebagai salah satu cara beribadah.<br /><br />Tawassul diajarkan dalam Syari’at Islam, diantara dalil-dalilnya adalah sebagai berikut:<br /><br />1. Allah SWT berfiran:<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ..<br /><br />“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan ambillah perantara kepadaNya..” (Q.S. Al-Maidah : 35)<br /><br />2. Allah SWT berfirman:<br /><br />أُولـئِكَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ يَبْتَغُوْنَ إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ<br /><br />“Mereka adalah orang-orang yang berdoa dengan mengambil perantara kepada Tuhan mereka.” (Q.S. Al-Isra’ : 57).<br /><br />3. Allah berfirman:<br /><br />.. وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهِ ..<br /><br />“..
Dan adalah mereka sebelumnya telah memohon (kepada Allah) akan
kemenangan atas orang-orang kafir. Dan ketika datang apa yang mereka
kenal itu merekapun kemudian mengingkarinya. ..” (Q.S. Al-Baqarah : 89)<br /><br />Kata
Sahabat Abdullah bin Abbas, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ktasir
dalam Tafsirnya, Yang dimaksud ayat itu adalah orang Yahudi Khaibar,
ketika berperang dengan orang-orang Ghathfan, mereka terdesak dan
kemudian berdoa kepada Allah berta-wassul dengan Nabi akhir zaman. Akan
tetapi setelah Rasulullah muncul mereka malah mengingkari beliau.
Riwayat ini menyimpulkan bahwa Allah membenarkan orang yang bertawassul
dengan orang shaleh walaupun ia belum lahir, apabila kelahiranya telah
dikabarkan oleh Allah.<br /><br />4. Ketika memakamkan ibu Sayyidina Ali bin
Abi Thalib yang bernama Fathimah binti Asad, Rasulullah turun sendiri
ke liang lahat kemudian memuji Allah dan berdoa:<br /><br />اِغْفِرْ
لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ
عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِيْ ..<br /><br />“Ampunilah
ibuku, Fathimah binti Asad, dan tuntunlah ia akan hujjahnya (jawaban
pertanyaan kubur) dan lapangkanlah tempatya, dengan kebenaran Nabi-Mu
dan Nabi-Nabi sebelumku..” (H.R. Ath-Thabrani dan Ad-Dailami,
dinyatakkan shahih oleh Al-Haitsami)<br /><br />Hadits ini menyimpulkan
bahwa tawassul dengan orang shaleh yang telah meninggal itu juga
diajarkan oleh Rasulullah, karena para Nabi yang ditawassuli oleh beliau
telah meninggal semua.<br /><br />5. Al-Imam Ath-Thabrani meriwayatkan
dalam kedua kitabnya, “Al-Mu’jam Al-Kabir” (9/17) dan “Al-Mu’jam
Ash-Shaghir” (hal. 201), bahwa Sahabat Utsman bin Hunaif meriwayatkan,
bahwa suatu ketika ada seseorang yang datang menemui Khalifah Utsman bin
Affan, orang itu datang dengan suatu keperluan, akan tetapi (mungkin
karena sibuk dengan suatu masalah) Khalifah tidak menaggapinya. Maka
Utsman bin Hunaif berkata kepadanya:<br /><br />“Berwudhu’lah dan shalat dua raka’at, kemudian bacalah:<br /><br />اَللّهُمَّ
إِنِّيْ أَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّيْ أَتَوَجَّهُ بِكَ
إِلى اللهِ فِيْ حَاجَتِيْ لِتُقْضى لِيْ<br /><br />Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepadamu dengan Nabi kami, Muhammad
Nabi rahmat. Wahai Nabi Muhammad, denganmu aku menghadap Tuhanku dalam
urusan keperluanku ini agar dipenuhinya.<br /><br />Kemudian kembalilah menemui Khalifah.”<br /><br />Orang
itupun melakukan himbauan Utsman bin Hunaif kemudian kembali mendatangi
Khalifah Utsman bin Affan. Begitu menemui pengawal ia langsung dibawa
masuk dan Khalifah mempersilahkan dia duduk di dekatnya, iapun ditanya
apa keperluannya dan Khalifahpun langsung memenuhinya. Seberanjaknya
dari Khalifah, orang itu langsung menemui Utsman bin Hunaif dan berkata:
“Semoga Allah membalas jasamu dengan baik. Semula Khalifah sama sekali
tidak mempedulikanku, bahkan tidak mau menoleh sedikitpun paadaku,
sampai engkau membantuku dengan berbicara padanya.” Orang itu mengira
Utsman bin Hunaif telah memberi rekomendasi pada Khalifah Utsman bin
Affan. Maka Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, aku tidak berbicara
apa-apa pada Khalifah, akan tetapi aku pernah menyaksikan Rasulullah SAW
ketika didatangi seseorang mengadukan matanya yang buta. Rasulullah
berkata: “Kalau kau mau maka kau bisa bersabar, dan kalau kau mau maka
aku akan mendoakanmu.” Orang itu menjawab: “Ya Rasulallah, kebutaan ini
menyulitkan saya, karena saya tidak punya siapa-siapa untuk menuntun
saya.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Berwudhu’lah dan shalatlah dua
raka’at kemudia berdoalah .. dst.” Yaitu doa diatas. Utsman bin Hunaif
melanjutkan dan berkata: “Orang itupun melakukan apa yang diajarkan
Rasulullah SAW. Dan demi Allah, tidak beberapa lama kemudian orang
itupun kembali dengan keadaan dapat melihat, seolah-olah matanya tidak
pernah sakit sama sekali.”<br /><br />Riwayat ini menyimpulkan dua hal:<br /><br />Pertama,
bahwa bertawassul dengan orang shaleh yang hidup dan memanggil namanya
dari jauh itu tidak apa-apa, walaupun yang ditawassuli tidak mendengar
panggilannya, karena dalam riwayat diatas Utsman bin Hunaif berkata
“tidak beberapa lama orang itupun kembali dengan keadaan dapat melihat”,
maka berarti orang itu membaca doa tawassul yang ada kalimat “ya
Rasulullah”nya tidak di hadapan Rasulullah SAW.<br /><br />Kedua, bahwa
bertawassul dengan orang shaleh yang telah meninggal dunia itu tidak
apa-apa, karena cerita diatas terjadinya pada zaman Khalifah Utsman bin
Affan dan Rasulullah SAW telah meninggal dunia.<br /><br />6. Al-Bukhari dan
Muslim meriwayatkan tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua
karena tiba-tiba ada batu besar terjatuh dari atas gunung dan menutup
pintu gua itu. Kemudian mereka bertawassul dengan menyebut amal shaleh
mereka masing-masing, sehingga batu itupun bergeser dan terbukalah pintu
gua. Hadits ini menyimpulkan bahwa bertawassul dengan amal shaleh juga
diajarkan oleh Rasulullah SAW.<br /><br />7. Al-Bukhari, Muslim dan Abu
Dawud meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah mencukur rambut untuk
tahallul haji, kemudian rambut itu beliau serahkan pada Sahabat Thalhah
untuk dibagikan pada Sahabat-sahabat yang lain. Maka para sahabatpun
berebut rambut Rasulullah, tentu saja untuk ngalap berkah (tabarruk),
karena rambut tidak bisa dimakan. Diantara mereka ada yang mencelup
rambut Rasulullah ke dalam air kemudian airnya diminumkan pada orang
sakit.<br /><br />8. Al-Hafizh Ibnu Hajar meriwayatkan dalam kitabya,
“Al-Mathalib Al-‘Aliyah” (4/90), bahwa Sahabat Khalid bin Al-Walid
berebut rambut Rasulullah ketika bercucukur untuk tahallul umroh,
kemudian rambut itu segera ia selipkan di kopiahnya. Khalid berkata:
“Dalam memimpin setiap pertempuran aku selalu menang tanpa cedera
sedikitpun apabila aku memakai kopiah yang ada rambut Rasulullah itu.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dan Abu Ya’la serta
dinyatakan shahih oleh Al-Haitsami dan Al-Bushiri.<br /><br />9. Al-Imam
Muslim meriwayatkan, bahwa Asma’ binti Abi Bakar memiliki jubah
Rasulullah dan beliau berkata: “Jubah ini dulunya ada pada Aisyah,
setelah ia meninggal akupun mewarisinya. Jubah itu pernah dipakai oleh
Rasulullah SAW. Maka kamipun suka merendam jubah itu ke dalam air dan
airnya kami minumkan pada orang sakit untuk mengharap kesembuhan.<br /><br />Ketiga
hadis terakhir ini menyimpulkan bahwa Rasulullah membenarkan tabarruk
dengan benda bekas orang shaleh. Dan masih banyak lagi Hadits-hadits
shahih yang meriwayatkan tentang bagaimana para Sahabat bertabarruk
dengan benda-benda bekas Nabi yang lain, seperti potongan kuku, bekas
air wudhu dan sebagainya.<br /><br />Kesimpulannya, tawasul dan tabarruk itu
diajarkan oleh syari’at. Tawassul boleh dengan Amal shaleh, dengan
Nabi, Malaikat dan orang-orang shaleh, baik mereka belum lahir, masih
hidup maupun telah meninggal dunia. Sejak zaman Sahabat Nabi, semua
ulama sepakat akan hal itu, tidak ada yang berbeda pendapat sampai
muncullah seorang bernama Ibnu Taimiyah, iapun banyak menimbulkan
masalah dengan pendapat-pendapat kontrofersialnya, termasuk pendapatnya
bahwa tawassul dengan orang yang telah meninggal itu termasuk jenis
syirik. Dalam hal ini Ibnu Taimiyah pernah melakukan kebohongan dengan
mengatakan bahwa tidak ada ulama yang membolehkan tawassul dengan orang
yang telah meninggal, seperti yang ia tulis dalam kitab “At-Tawassul
wal-Wasilah” (hal.24). Padahal dalam kitabnya yang lain, yaitu
“Al-Fatawa Al-Kubra” (1/351), Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Al-Imam
Ahmad bin Hanbal dalam salah satu riwayatnya membolehkan tawassul dengan
Nabi.<br /><br />Diantara Hadits tawassul, mereka hanya mau menerima
riwayat Utsman bin Hunaif saja sebagai Hadits yang benar-benar shahih,
itupun mereka tidak mau menerima pendapat Utsman yang bertawassul dengan
Rasulullah setelah beliau wafat. Mereka hanya mau menerima bahwa
Rasulullah mengajarkan tawassul ketika beliau masih hidup.<br /><br />Untuk itu saya kemukakan beberapa hal berikut:<br /><br />a.
Kalau mereka menolak Hadits-hadits yang lain yang telah dishahihkan
oleh ulama ahli Hadits semacam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Al-Asqalani,
Al-Qusthallani dan sebagainya, maka kita tinggal memilih saja, kita
lebih percaya terhadap keahlian siapa dalam ilmu Hadits. Siapa Ibnu
Taimiyah dibanding mereka? Dia digelari “Syaikhul Islam” hanya oleh
pengikut fanatiknya saja, sementara hampir semua ulama besar justru
pernah menasehati umat agar tidak tertipu oleh pendapat-pendapatnya.
Apakah kita akan percaya pernyataan Ibnu Taimiyah dan mencampakkan
nama-nama besar itu yang masing-masing mereka bergelar “Al-Hafizh” yang
berarti telah hafal sedikitnya sepuluh ribu Hadits dengan sanadnya?
Apakah kita lebih percaya pada Ibnu Taimiyah yang banyak memberi
pernayataan “plin-plan” dalam berbagai kitabnya? Dalam segi ketelitian
berargumentasi, Ibnu Taimiyah sudah jelas nampak kacau balau, ia tidak
memenuhi syarat walaupun untuk disebut sebagai “peneliti”, apalagi untuk
disebut sebagai “ahli Hadits! Lantas bagaimana mungkin kita mau
memegang omongannya!<br /><br />b. Ketika mereka (Ibnu Taimiyah dan
pegikutnya) menyatakan haram atau syirik terhadap tawassul dengan orang
meninggal, maka berarti mereka menganggap sesat dan syirik terhadap
perbuatan Utsman bin Hunaif, berarti Sahabat Nabi ada yang sesat dan
syirik. Beranikah mereka katakan itu di hadapan Rasulullah?<br /><br />c.
Kita tidak usah membicarakan Hadits yang lain. Kalaupun hanya riwayat
Utsman bin Hunaif yang shahih, bahwa Rasulullah mengajarkan tawassul
sewaktu beliau hidup, riwayat ini sama sekali tidak menyimpulkan bahwa
tawassul dengan Nabi itu hanya berlaku selama beliau hidup. Seandainya
memang tawassul dengan orang meninggal itu sesat maka tentu Rasulullah
adalah orang yang paling hawatir umat beliau tersesat, maka tentu beliau
akan berpesan pada orang yang diajari tawassul itu agar “tawassul
dengan Nabi” tidak dipakai setelah beliau wafat. Kenyataannya Rasulullah
menyuruh tawassul dengan diri beliau tanpa mengkhususkan selama beliau
hidup. Maka barang siapa mengkhususkan sesuatu yang tidak dikhususkan
oleh Rasulullah, maka ia jelas-jelas telah melakukan bid’ah yang sesat.<br /><br />d.
Mereka berdalih dengan sebuah riwayat shahih bahwa Khalifah Umar bin
Khaththab pernah bertawassul dengan Sayyidina Abbas bin Abdul
Muththalib, paman Nabi, pada saat shalat istisqa’ setelah Nabi wafat.
Mereka, pikir, kalau memang tawassul dengan orang meninggal itu boleh
maka tentu Khalifah Umar akan bertawassul dengan Nabi. Paham ini
sebenarnya sangat dangkal dan nampak sekali kesan pemaksaannya hanya
demi untuk mendukung pendapat mereka. Coba kita perhatikan berita
kalimat ini: “Umar bertawassul dengan Abbas, waktu tawassulnya setelah
Nabi wafat”. Jujur saja, kalimat ini memberi dua kesimpulan, yang
pertama sifatnya pasti dan yang kedua sifatnya hanya mungkin. Pertama,
berarti boleh bertawassul dengan selain Nabi. Yang kedua, bisa jadi Umar
menganggap tidak boleh bertawassul dengan orang meninggal, makanya
beliau bertawassul dengan Abbas yang masih hidup. Kemungkinan yang kedua
ini hanya “bisa jadi”, artinya bisa juga tidak. Nah, dalam kaidah Ushul
Fiqih, memutuskan suatu hukum itu harus berdasarkan nash (dalil) yang
tidak memiliki banyak kemungkinan kesimpulan. Kaidah mengatakan:<br /><br />عِنْدَ وُجُوْدِ الاِحْتِمَالِ سَقَطَ الاِسْتِدْلاَلُ<br /><br />“Ketika ada kemungkinan maka gururlah penggunaan dalil.”<br /><br />Jadi,
orang yang mengerti Ushul Fiqih akan merasa malu untuk menjadikan
riwayat Umar ini sebagai hujjah untuk mengharamkan tawassul dengan orang
yang telah meninggal.<br /><br />e. Mereka mengaggap tawassul dengan orang
yag telah meninggal sebagai syirik, kalau dengan orang yang masih hidup
maka tidak. Lantas apa bedanya? Bertawassul dengan seseorang itu karena
melihat status orang yang ditawassuli, karena kita mengaggap dia sebagai
kekasih Allah. Nah, status kekasih Allah itu tidak berubah setelah ia
meninggal. Sebagian mereka berkata bahwa orang yang telah meninggal itu
tidak bisa memberi manfaat sebagaimana orang yang masih hidup.” Yang
lain berkata: “Allah itu Maha Dekat dan Mendengar, mengapa kita tidak
langsung saja berdoa kepada Allah tanpa perantara!” Maka pernyataan itu
semakin memperjelas kesahpahaman mereka. Berarti, menurut mereka,
tawassul itu minta pada orang yang ditawassuli. Ini sudah jelas keluar
dari arti “bertawassul dengan seseorang”. Dari segi bahasa saja mereka
telah salah memahami arti tawassul. Secara bahasa, tawassul itu artinya
memohon dengan merengek atau merayu. Maka bertawassul dengan seseorang
itu artinya meminta kepada Allah dengan sebuah rayuan berupa menyebut
orang yang dicintai Allah. Sama dengan merayu Zaid bin Umar, misalnya,
dengan berkata “Saya penggemar orang tua Anda, maka demi dia, tolonglah
saya.” Coba perhatikan, siapa yang dimintai diatara Zaid dan Umar itu?
Zaid, Umar atau dua-duanya? Kalau ada yang bilang berarti minta pada
Umar atau pada dua-duanya Zaid dan Umar, berarti orang itu belum bisa
disebut “bisa berbahasa dengan benar”.<br /><br />Itulah beberapa hal yang
semoga dapat membantu mereka untuk memahami arti tawassul. Baragkali
mereka memang kurang punya sopan santun sehingga tidak menghormati
ulama-ulama ahli Hadits dan sembarangan menyebut mereka sesat.
Setidak-tidaknya agar mereka tidak buru-buru menganggap sesat dan syirik
terhadap mereka<br /><br />Syirik yang sebenarnya<br /><br />Syirik yang
sebenarnya adalah ketika kita meminta pada seseorang, baik yang diminta
itu masih hidup atau sudah mati, dengan berkeyakinan bahwa dia mampu
memberi dengan kemampuan mutlak sebagaimana kemampuan yang dimiliki
Allah. Coba kita tanya pada orang yang bertawassul dengan para wali itu,
seawam apapun mereka tidak pernah meyakini bahwa para wali yang
ditawassuli itu mampu memberi dengan kemampuan mutlak sebagaimana
kemampuan yang dimiliki Allah. Demikian pula dengan tabarruk, ketika
mereka menyentuh, mencium dan meminum air rendaman benda bekas orang
shaleh, mereka tidak pernah menganggap benda itu memiliki kekuatan
sebagaimana kekuatan yang dimiliki Allah. Mereka hanya berharap dengan
itu Allah tersentuh untuk mengabulkan doa mereka, atau berharap untuk
mendapat ridha Allah. Hal ini sama dengan perihal orang yang mencium
hadiah pemberian Anda di hadapan Anda. Coba apa yang Anda pikirkan
tentang orang itu? Menurut Anda apa yang ia tuju dengan mencium hadiah
itu di hadapan Anda? Anda pasti berfikir bahwa dia melakukan itu untuk
membuat Anda senang. Demikian pulalah yang terjadi pada orang yang
bertabarruk, mereka berharap Allah senang dengan tabarruk itu, karena
yang mereka tabarruki adalah orang atau benda bekas orang yang dicintai
Allah. Itulah yang terjadi pada umumnya kaum muslimin yang bertabarruk.
Kecuali orang awam yang memang masih dalam pengaruh kepercayaan kuno pra
Islam. Dan untuk orang seperti ini tentu saja kita wajib memberi
pengarahan.<br />
<br />
Semoga bermanfaat. Wassalam... Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-50050748305031591282011-12-06T01:11:00.001-08:002011-12-06T01:12:33.107-08:00ILMU HADITS ( Musthola'ah Hadits )Mengenal Ilmu Hadits
<br />
<br />
<br />
Definisi Musthola'ah Hadits
<br />
<br />
HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.
<br />
<br />
ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.
<br />
<br />
TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak
mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau
diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.
<br />
<br />
SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan
yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman
dan mati dalam keadaan islam.
<br />
<br />
TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama
atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam
keadaan islam.
<br />
<br />
MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits.
<br />
<br />
<br />
Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits
<br />
<br />
Rawi, yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam
suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang
atau gurunya. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi
atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits.
<br />
<br />
<br />
Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi
<br />
As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu :
<br />
1. Ahmad
<br />
2. Bukhari
<br />
3. Turmudzi
<br />
4. Nasa'i
<br />
5. Muslim
<br />
6. Abu Dawud
<br />
7. Ibnu Majah
<br />
<br />
As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad
<br />
<br />
Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Bukhari dan Muslim
<br />
<br />
Al Arba'ah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu : Semua nama
yang tersebut diatas (As Sab'a) selain Ahmad, Bukhari dan Muslim.
<br />
<br />
Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu : Semua
nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan
Ibnu Majah.
<br />
<br />
Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu : Bukhari dan Muslim
<br />
<br />
Al Jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh perawi / As Sab'ah).
<br />
<br />
Matnu'l Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang
berakhir pada sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sahabat ataupun tabi'in. Baik isi
pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun perbuatan sahabat yang
tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .
<br />
<br />
Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu'l hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .
<br />
<br />
<br />
Gambaran Sanad
<br />
<br />
Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan sebagai berikut:
Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam didengar oleh sahabat
(seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan
kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan pula
kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga
dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud,
dll.
<br />
<br />
Contoh:
<br />
Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata
diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh
C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan
kepada saya oleh Nabi Muhammad.
<br />
<br />
Awal Sanad dan akhir Sanad
<br />
<br />
Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada permulaannya (awal) dan
ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad
adalah A dan akhir sanad adalah D.
<br />
<br />
<br />
Klasifikasi Hadits
<br />
<br />
Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah:
<br />
Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil,
sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak
janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang
samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.
<br />
Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang
dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits
Shohih dan Hadits Hasan.
<br />
Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil,
tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan
tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan
termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal
yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.
<br />
Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih
dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dhoif banyak
macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain,
disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan
yang tidak dipenuhinya.
<br />
<br />
Syarat-syarat Hadits Shohih
<br />
<br />
Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :
<br />
<br />
Rawinya bersifat Adil
<br />
<br />
Sempurna ingatan
<br />
<br />
Sanadnya tidak terputus
<br />
<br />
Hadits itu tidak berillat dan
<br />
<br />
Hadits itu tidak janggal
<br />
<br />
Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil, yaitu :
<br />
<br />
Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiat.
<br />
<br />
Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun.
<br />
<br />
Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan.
<br />
<br />
Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara'.
<br />
<br />
<br />
Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya
<br />
<br />
Hadits Maudhu': adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta
yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik
hal itu disengaja maupun tidak.
<br />
<br />
Hadits Matruk: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.
<br />
<br />
Hadits Munkar: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya
atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Di dalam satu jurusan
jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan,
misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah
sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Ma'ruf dan yang
lebih lemah dinamakan hadits Munkar.
<br />
<br />
Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all): adalah hadits yang tampaknya baik,
namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada
cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan
menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal tidak. Hal ini hanya bisa
diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits.
<br />
<br />
Hadits Mudraj (saduran): adalah hadits yang disadur dengan sesuatu
yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.
<br />
<br />
Hadits Maqlub: adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan.
<br />
<br />
Hadits Mudltharrib: adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain
terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan,
dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan).
<br />
<br />
Hadits Muharraf: adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi
disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya.
<br />
<br />
Hadits Mushahhaf: adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
<br />
<br />
Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya
terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau
perempuan.
<br />
<br />
Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh
seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih,
lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain
sebagainya, dari segi pentarjihan.
<br />
<br />
Hadits Mukhtalith: adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya,
disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang
kitab-kitabnya.
<br />
<br />
Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi
<br />
<br />
Hadits Muallaq: adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.
<br />
<br />
Hadits Mursal: adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in.
<br />
<br />
Hadits Mudallas: adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang
diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat demikian
disebut Mudallis.
<br />
<br />
Hadits Munqathi': adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat,
disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak
berturut-turut.
<br />
<br />
Hadits Mu'dlal: adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang
atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama
tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in.
<br />
<br />
Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya
<br />
<br />
Hadits Mauquf: adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat
saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik
sanadnya bersambung atau terputus.
<br />
<br />
Hadits Maqthu': adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari
seorang tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung
atau tidak.
<br />
<br />
<br />
Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif ?
<br />
<br />
Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu'
tanpa menyebutkan kemaudhu'annya. Adapun kalau hadits dhoif itu bukan
hadits maudhu' maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya
diriwayatkan untuk berhujjah. Berikut ini pendapat yang ada yaitu:
<br />
<br />
Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam
hadits dhoif, baik untuk menetapkan hukum, maupun untuk memberi sugesti
amalan utama. Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul 'Araby.
<br />
<br />
Pendapat Kedua Membolehkan, kendatipun dengan melepas sanadnya dan
tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya, untuk memberi sugesti,
menerangkan keutamaan amal (fadla'ilul a'mal dan cerita-cerita, bukan
untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan
untuk menetapkan aqidah-aqidah).
<br />
<br />
Para imam seperti Ahmad bin hambal, Abdullah bin al Mubarak berkata:
"Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal, haram dan hukum-hukum,
kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya. Tetapi bila kami
meriwayatkan tentang keutamaan, pahala dan siksa kami permudah dan kami
perlunak rawi-rawinya."
<br />
<br />
Karena itu, Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang
membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadla'ilul amal. Ia
memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif, yaitu:
<br />
<br />
Hadits dhoif itu tidak keterlaluan. Oleh karena itu, untuk
hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta, tertuduh dusta,
dan banyak salah, tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadla'ilul
amal.
<br />
<br />
Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih dibawah
satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan
hasan)
<br />
<br />
Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa
hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi, tetapi tujuan
mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka.
<br />
<br />
<br />
Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi :
<br />
<br />
[1] Hadits Mutawatir: adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca
indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat
kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.
<br />
<br />
Syarat syarat hadits mutawatir
<br />
<br />
Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan
tanggapan panca indra. Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus
benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri.
<br />
<br />
Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong/dusta.
<br />
<br />
Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama
dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya. Kalau suatu hadits
diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in
demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits
mutawatir.
<br />
<br />
[2] Hadits Ahad: adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir.
<br />
<br />
Klasifikasi hadits Ahad
<br />
<br />
Hadits Masyhur: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.
<br />
<br />
Hadits Aziz: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi,
walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja,
kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya.
<br />
<br />
Hadits Gharib: adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang
yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad
itu terjadi.
<br />
<br />
<br />
Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi
<br />
<br />
Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan
melalui ilham atau impian, yang kemudian nabi menyampaikan makna dari
ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.
<br />
<br />
Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi
<br />
<br />
Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat :
<br />
<br />
Qala ( yaqalu ) Allahu
<br />
<br />
Fima yarwihi 'anillahi Tabaraka wa Ta'ala
<br />
<br />
Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas.
<br />
<br />
Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur'an:
<br />
<br />
Semua lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah mukjizat dan mutawatir, sedang hadits qudsi tidak demikian.
<br />
<br />
Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur'an, tidak berlaku pada
hadits qudsi. Seperti larangan menyentuh, membaca pada orang yang
berhadats, dll.
<br />
<br />
Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an memberikan hak pahala kepada pembacanya.
<br />
<br />
Meriwayatkan Al-Qur'an tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya, sedang hadits qudsi tidak demikian.
<br />
<br />
<br />
Bid'ah
<br />
<br />
Yang dimaksud dengan bid'ah ialah sesuatu bentuk ibadah yang
dikategorikan dalam menyembah Allah yang Allah sendiri tidak
memerintahkannya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tidak
menyontohkannya, serta para sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam tidak menyontohkannya.
<br />
<br />
Kewajiban sebagai seorang muslim adalah mengingatkan amar ma'ruf
nahi munkar kepada saudara-saudara seiman yang masih sering mengamalkan
amalan-amalan ataupun cara-cara bid'ah.
<br />
<br />
Alloh berfirman, dalam QS Al-Maidah ayat 3, "Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." Jadi tidak
ada satu halpun yang luput dari penyampaian risalah oleh Nabi. Sehingga
jika terdapat hal-hal baru yang berhubungan dengan ibadah, maka itu
adalah bid'ah.
<br />
<br />
"Kulu bid'ah dholalah..." semua bid'ah adalah sesat (dalam masalah
ibadah). "Wa dholalatin fin Naar..." dan setiap kesesatan itu adanya
dalam neraka.
<br />
<br />
Beberapa hal seperti speaker, naik pesawat, naik mobil, pakai pasta
gigi, tidak dapat dikategorikan sebagai bid'ah. Semua hal ini tidak
dapat dikategorikan sebagai bentuk ibadah yang menyembah Allah. Ada tata
cara dalam beribadah yang wajib dipenuhi, misalnya dalam hal sembahyang
ada ruku, sujud, pembacaan al-Fatihah, tahiyat, dst. Ini semua adalah
wajib dan siapa pun yang menciptakan cara baru dalam sembahyang, maka
itu adalah bid'ah. Ada tata cara dalam ibadah yang dapat kita ambil
hikmahnya. Seperti pada zaman Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
menggunakan siwak, maka sekarang menggunakan sikat gigi dan pasta gigi,
terkecuali beberapa muslim di Arab, India, dst.
<br />
<br />
Menemukan hal baru dalam ilmu pengetahuan bukanlah bid'ah, bahkan
dapat menjadi ladang amal bagi umat muslim. Banyak muncul hadits-hadits
yang bermuara (matannya) kepada hal bid'ah. Dan ini sangat sulit sekali
untuk diingatkan kepada para pengamal bid'ah.
<br />
<br />
<br />
Apakah yang menyebabkan timbulnya Hadits-Hadits Palsu?
<br />
<br />
Didalam Kitab Khulaashah Ilmil Hadits dijelaskan bahwa kabar yang datang pada Hadits ada tiga macam:
<br />
<br />
Yang wajib dibenarkan (diterima).
<br />
Yang wajib ditolak (didustakan, tidak boleh diterima) yaitu Hadits
yang diadakan orang mengatasnamakan Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam.
<br />
Yang wajib ditangguhkan (tidak boleh diamalkan) dulu sampai jelas
penelitian tentang kebenarannya, karena ada dua kemungkinan. Boleh jadi
itu adalah ucapan Nabi dan boleh jadi pula itu bukan ucapan Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam (dipalsukan atas nama Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam).
<br />
Untuk mengetahui apakah Hadits itu palsu atau tidak, ada beberapa cara, diantaranya:
<br />
<br />
Atas pengakuan orang yang memalsukannya. Misalnya Imam Bukhari
pernah meriwayatkan dalam Kitab Taarikhut Ausath dari 'Umar bin Shub-bin
bin 'Imran At-Tamiimy sesungguhnya dia pernah berkata, artinya: Aku
pernah palsukan khutbah Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Maisaroh bin Abdir Rabbik Al-Farisy pernah mengakui bahwa dia sendiri
telah memalsukan Hadits hadits yang berhubung-an dengan Fadhilah Qur'an
(Keutamaan Al-Qur'an) lebih dari 70 hadits, yang sekarang banyak
diamalkan oleh ahli-ahli Bid'ah. Menurut pengakuan Abu 'Ishmah Nuh bin
Abi Maryam bahwa dia pernah memalsukan dari Ibnu Abbas beberapa Hadits
yang hubungannya dengan Fadhilah Qur'an satu Surah demi Surah. (Kitab
Al-Baa'itsul Hatsiits).
<br />
<br />
Dengan memperhatikan dan mempelajari tanda-tanda/qorinah yang lain
yang dapat menunjukkan bahwa Hadits itu adalah Palsu. Misalnya dengan
melihat dan memperhatikan keadaan dan sifat perawi yang meriwayatkan
Hadits itu.
<br />
<br />
Terdapat ketidaksesuaian makna dari matan (isi cerita) hadits
tersebut dengan Al-Qur'an. Hadits tidak pernah bertentangan dengan apa
yang ada dalam ayat-ayat Qur'an.
<br />
<br />
Terdapat kekacauan atau terasa berat didalam susunannya, baik
lafadznya ataupun ditinjau dari susunan bahasa dan Nahwunya
(grammarnya).
<br />
<br />
<br />
Sebab-sebab terjadi atas timbulnya Hadits-hadits Palsu
<br />
<br />
Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran Islam.
Misalnya dari kaum Orientalis Barat yang sengaja mempelajari Islam untuk
tujuan menghancurkan Islam (seperti Snouck Hurgronje).
<br />
<br />
Untuk menguatkan pendirian atau madzhab suatu golongan tertentu.
Umumnya dari golongan Syi'ah, golongan Tareqat, golongan Sufi, para Ahli
Bid'ah, orang-orang Zindiq, orang yang menamakan diri mereka Zuhud,
golongan Karaamiyah, para Ahli Cerita, dan lain-lain. Semua yang
tersebut ini membolehkan untuk meriwayatkan atau mengadakan
Hadits-hadits Palsu yang ada hubungannya dengan semua amalan-amalan yang
mereka kerjakan. Yang disebut 'Targhiib' atau sebagai suatu ancaman
yang yang terkenal dengan nama 'At-Tarhiib'.
<br />
<br />
Untuk mendekatkan diri kepada Sultan, Raja, Penguasa, Presiden, dan lain-lainnya dengan tujuan mencari kedudukan.
<br />
<br />
Untuk mencari penghidupan dunia (menjadi mata pencaharian dengan menjual hadits-hadits Palsu).
<br />
<br />
Untuk menarik perhatian orang sebagaimana yang telah dilakukan oleh
para ahli dongeng dan tukang cerita, juru khutbah, dan lain-lainnya.
<br />
<br />
<br />
Hukum meriwayatkan Hadits-hadits Palsu
<br />
<br />
Secara Muthlaq, meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram
bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu palsu.
<br />
<br />
Bagi mereka yang meriwayatkan dengan tujuan memberi tahu kepada
orang bahwa hadits ini adalah palsu (menerangkan kepada mereka sesudah
meriwayatkan atau mebacakannya) maka tidak ada dosa atasnya.
<br />
<br />
Mereka yang tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau
mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak
ada dosa atasnya. Akan tetapi sesudah mendapatkan penjelasan bahwa
riwayat atau hadits yang dia ceritakan atau amalkan itu adalah hadits
palsu, maka hendaklah segera dia tinggalkannya, kalau tetap dia amalkan
sedang dari jalan atau sanad lain tidak ada sama sekali, maka hukumnya
tidak boleh (berdosa - dari Kitab Minhatul Mughiits).
<br />
<br />
(Sumber Rujukan: Kitab Hadits Dhaif dan Maudhlu - Muhammad
Nashruddin Al-Albany; Kitab Hadits Maudhlu - Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah;
Kitab Mengenal Hadits Maudhlu - Muhammad bin Ali Asy-Syaukaaniy; Kitab
Kalimat-kalimat Thoyiib - Ibnu Taimiyah (tahqiq oleh Muhammad Nashruddin
Al-Albany); Kitab Mushtholahul Hadits - A. Hassan).<br />
<br />
Semoga Bermanfaat -<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com</a>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-80604248817067960512011-12-06T01:06:00.001-08:002011-12-06T01:06:54.222-08:00Bahayanya Bicara Agama Tanpa Ilmu.:Memahami ilmu agama merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
<br />طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
<br />Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu
Majah no:224, dan lainnya dari Anas bin Malik. Dishahihkan oleh Syeikh
Al-Albani]
<br />Dan agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Alloh di dalam
kitabNya, Al-Qur’anul Karim, dan disabdakan oleh RosulNya di dalam
Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya
adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Alloh dan RosulNya.
<br />Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu:
<br />
<br />1.Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.
<br />Alloh Ta’ala berfirman:
<br />قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا
بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ
مَا لاَ تَعْلَمُونَ
<br />Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu
ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33)
<br />
<br />Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata:
“Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang
diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada
kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan
perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang
paling tinggi.
<br />Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa
ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk
berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih
besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan
agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat
‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan,
penerbit:Dar Ibnil Qayyim]
<br />
<br />2. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah.
<br />Allah Ta’ala berfirman:
<br />وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ
وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ
يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
<br />Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. An-Nahl (16): 116)
<br />
<br />3.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
<br />Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
<br />إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى
إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
<br />Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya
sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’.
Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun,
orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para
pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga
mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. (HSR. Bukhari no:100,
Muslim, dan lainnya)
<br />
<br />Hadits ini menunjukkan bahwa “Barangsiapa tidak berilmu dan menjawab
pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias
(membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Alloh
halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan
dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan
akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi Wa
Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh
Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi)
<br />
<br />4.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu.
<br />Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rohimahulloh berkata: “Barangsiapa
berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti
hawa-nafsunya, dan Allah telah berfirman:
<br />وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
<br />Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa
nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun
(Al-Qashshash:50)” (Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh
Ath-Thahawiyah, hal: 393)
<br />
<br />5.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.
<br />Allah berfirman:
<br />يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمُُ
<br />Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujuraat: 1)
<br />
<br />Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rohimahulloh berkata: “Ayat
ini memuat adab terhadap Alloh dan RosulNya, juga pengagungan,
penghormatan, dan pemuliaan kepadanya. Alloh telah memerintahkan kepada
para hambaNya yang beriman, dengan konsekwensi keimanan terhadap Alloh
dan RosulNya, yaitu: menjalankan perintah-perintah Alloh dan menjauhi
larangan-laranganNya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah
Alloh dan Sunnah RosulNya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar
mereka tidak mendahului Alloh dan RosulNya, sehingga janganlah mereka
berkata, sampai Alloh berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai
Alloh memerintah”. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1)
<br />
<br />6.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan.
<br />Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan
mengajak kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa
orang-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah sholallohu ‘alaihi
wassallam:
<br />مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ
تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا
إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ
تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
<br />Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada
kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang
mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR.
Muslim no:2674, dari Abu Hurairah)
<br />
<br />7.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawab.
<br />Alloh Ta’ala berfirman:
<br />وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
<br />Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)
<br />Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu
Katsir rohimahulloh berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan
adalah: bahwa Alloh Ta’ala melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu
(berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan
khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)
<br />
<br />8.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan.
<br />Syeikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami t menyatakan: “Fashal: Tentang
Haramnya berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa
tentang agama Allah dengan apa yang menyelisihi nash-nash”. Kemudian
beliau membawakan sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman
Allah di bawah ini:
<br />وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ اللهُ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
<br />Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. 5:44)
<br />
<br />9.Berbicara agama tanpa ilmu menyelisihi jalan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
<br />Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rohimahulloh menyatakan di dalam aqidah
Thahawiyahnya yang masyhur: “Dan kami berkata: “Wallahu A’lam (Allah
Yang Mengetahui)”, terhadap perkara-perkara yang ilmunya samar bagi
kami”. [Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393]
<br />
<br />10.Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan.
<br />Allah berfirman:
<br />إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
<br />Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan
keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS.
2:169)
<br />
<br />Keterangan ini kami akhiri dengan nasehat: barangsiapa yang ingin
bebicara masalah agama hendaklah dia belajar lebih dahulu. Kemudian
hendaklah dia hanya berbicara berdasarkan ilmu. Wallohu a’lam bish
showwab. Al-hamdulillah Rabbil ‘alamin.<br />
<br />
<br />
Semoga Bermanfaat -<br />
<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com</a>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-52907255573716691952011-12-06T01:03:00.001-08:002011-12-06T01:06:48.882-08:00Kitab - Kitab Para Nabi Dalam Pandangan Islam.: Sebagai pencari ilmu tidaklah lengkap jika tidak memahami kitab kitab
yang diturunkan pada sebagian Nabi Allah , berikut informasi singkat
tentang kitab yang wajib kita imani.
<br />
<br />
KITAB-KITAB ALLAH SWT (Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa, Zabur, Taurat, Injil, Al Quran)
<br />
<br />
Pengertian Kitab-Kitab Allah swt
<br />
<br />
Al Kutub secara bahasa berarti kitab-kitab Allah. Sedangkan secara
istilah adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah swt kepada
rasul-rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah bagi seluruh umat manusia
agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
<br />
<br />
Kewajiban Manusia Terhadap Kitab-Kitab Allah swt
<br />
<br />
Beriman bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah swt.
<br />
Beriman kepada kitab-kitab yang sudah kita kenal namanya seperti shuhuf Ibrahim dan Musa, Zabur, Taurat, Injil, dan Al Quran.
<br />
Membenarkan seluruh berita-berita yang terdapat di dalam Al Quran,
juga berita-berita yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu yang
belum diganti atau diselewengkan.
<br />
Mengerjakan seluruh hukum yang terdapat di dalam kitab-kitab
tersebut yang belum dinasakh oleh Al Quran serta rela dan tunduk pada
hukum tersebut, sebagaimana firman allah swt di dalam Al Quran yang
artinya:
<br />
“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril
itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta
berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah : 97)
<br />
<br />
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS.
Al Maidah : 48)
<br />
<br />
Dalil-dalil Yang Mewajibkan Iman Kepada Kitab-Kitab Allah swt
<br />
<br />
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya..”
(QS. An Nisaa : 136)
<br />
<br />
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.” (QS. Al Maidah : 44)
<br />
<br />
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan
Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah : 46)
<br />
<br />
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Quran)
itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat
(keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Faathir : 31)
<br />
<br />
<br />
Kitab-Kitab Samawi Yang Disebutkan Di dalam Al Quran
<br />
<br />
1. Shuhuf Ibrahim
<br />
<br />
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat
dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”
(QS. Al A’la : 14-19)
<br />
<br />
“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam
lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji?” (QS. An Najm : 36-37)
<br />
<br />
2. Shuhuf Musa
<br />
<br />
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan
beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat
dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”
(QS. Al A’la : 14-19)
<br />
<br />
“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-
lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan
janji?” (QS. An Najm : 36-37)
<br />
<br />
3. Taurat
<br />
<br />
“Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat)
dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar
kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah : 53)
<br />
<br />
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil,” (QS. Ali Imran : 3)
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir.” (QS. Al Maidah : 44)
<br />
<br />
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun
kepada manusia.” Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat)
yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya,
padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu
tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”,
kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah
mereka bermain-main dalam kesesatannya” (QS. Al An’am : 91)
<br />
<br />
“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.” (QS. Ali Imran : 48)
<br />
<br />
4. Zabur
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak,
Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami
berikan Zabur kepada Daud.” (QS. An Nisaa : 163)
<br />
<br />
“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum
kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang
nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna” (QS. Al
Baqarah : 184)
<br />
<br />
“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis
dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang
saleh.” (QS. Al Anbiyaa : 105)
<br />
<br />
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di
bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al
Israa’ : 55)
<br />
<br />
5. Injil
<br />
<br />
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat
dan Injil,” (QS. Ali Imran : 3)
<br />
<br />
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan
Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Maidah : 46)
<br />
<br />
“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.” (QS. Ali Imran : 48)
<br />
<br />
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Fath :
29)
<br />
<br />
6. Al Quran
<br />
<br />
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,” (QS. Al Baqarah : 2)
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)
<br />
<br />
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”
(QS. Al Furqaan : 1)
<br />
<br />
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir
menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar
Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar
orang yang gila.” Dan Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi
seluruh umat.” (QS. Al Qalam : 51-52)
<br />
<br />
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada
mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula
oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah
ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman
kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy)
dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat
yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al
Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS. Huud : 17)
<br />
<br />
“Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi
(Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan
hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya,
(diturunkan) dari Tuhan semesta alam.” (QS. Yunus : 37)
<br />
<br />
“Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada
telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi
mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang
jauh.” (QS. Fushshilat : 44)
<br />
<br />
<br />
Nama-Nama Lain Al Quran
<br />
<br />
1. Al Furqon
<br />
<br />
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”
(QS. Al Furqaan : 1)
<br />
<br />
2. At Tanzil
<br />
<br />
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),” (QS. Asy
Syu’araa : 192-193)
<br />
<br />
3. Adz Dzikru
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
<br />
<br />
4. Al Kitab
<br />
<br />
“Haa miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dhukaan : 1-3)
<br />
<br />
5. Al Quran
<br />
<br />
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, ” (QS.
Al Israa’ : 9)
<br />
Sifa-Sifat Al Quran
<br />
<br />
1. Nuur
<br />
<br />
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
<br />
<br />
2. Mubin
<br />
<br />
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
<br />
<br />
3. Huda
<br />
<br />
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus :
57)
<br />
<br />
4. Syiifa
<br />
<br />
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus :
57)
<br />
<br />
5. Rahmah
<br />
<br />
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus :
57)
<br />
<br />
6. Mau’idzah
<br />
<br />
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus :
57)
<br />
<br />
7. Basyir
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak
akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”
(QS. Al Baqarah : 19)
<br />
<br />
8. Nazir
<br />
<br />
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak
akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”
(QS. Al Baqarah : 19)
<br />
<br />
9. Mubarok
<br />
<br />
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS. Shaad : 38)
<br />
<br />
<br />
Kedudukan Al Quran
<br />
<br />
Al Quran adalah manhaj tarbiyah islamiyah
<br />
Al Quran sebagai kitab syari’ah
<br />
Al Quran sebagai petunjuk jalan dalam kehidupan ini
<br />
Al Quran sebagai penyeru kepada penghayatan (taddabur) ayat-ayat Allah swt di dalam Al Quran atau alam ini
<br />
Al Quran sebagai mashdar ma’rifah (referensi) sejarah yang mulia
<br />
Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah
<br />
<br />
Mengetahui hikmah Allah swt dalam syara’ atau hukumnya sehingga menetapkan hukum sesuai dengan tabiat dan keadaan setiap umat
<br />
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS.
Al Maidah : 48).<br />
<br />
Semoga Bermanfaat - <br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com</a>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-46255525070925169192011-12-06T01:00:00.001-08:002011-12-06T01:01:19.641-08:00Takhnik Bayi Sunnah Rasulullah Sholallohu `Alaihi Wassalam.:<br />
Tahnik artinya mengunyahkan kurma ke mulut bayi yang baru lahir dengan
cara mengerakkannya ke kanan dan ke kiri secara lembut. Ini merupakan
sunnah sebagaimana tersebut dalam beberapa hadits. Dianjurkan agar yang
melakukan tahnik adalah orang yang memiliki keutamaan, dikenal sebagai
orang yang baik dan berilmu. Dan hendaklah ia mendo’akan kebaikan
(barakah) bagi bayi tersebut.<br />
Dalam Islam, anak tidak hanya dipelihara sejak setelah lahir semata, bahkan bahkan sejak seseorang berfikir akan menikah!!!<br />
<br />
Nabi Shalallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda agar kita memilih
pasangan atau isteri yang shalihah (baik). Islam telah memberikan
perhatian yang besar untuk keselamatan keturunan dan anggota keluarga
agar menjadi kuat, tidak hanya secara akhlaq, bahkan dalam hal genetika
tubuh dan kejiwaan. Pemeliharaan ini terus berjalan sampai mencapai masa
kehamilan dan ketika hendak melahirkan, melahirkan, menyusui, dan
tahapan pendidikan, serta perkembangan berikutnya. Diantara bukti
perhatian Islam terhadap anak pada masa kelahiran adalah masalah Tahnik.<br />
<br />
Sejumlah hadits tentang tahnik<br />
Iman Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr<br />
Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung
Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan
hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di
sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan beliau. Beliau
meminta kurma lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu,
maka yang pertama kali masuk ke kerongkongannya adalah ludah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan
kurma dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah
kepadanya (bayi tersebut).” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (5469 Fathul
Bari), Muslim (2146, 2148 Nawawi), Ahmad (6247) dan At-Tirmidzi (3826)]<br />
Dalam shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy,
“Anakku lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama
Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” dalam riwayat Imam
Bukhari ada tambahan: “maka beliau Shalallaahu ‘alaihi wasallam
mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan
kembali kepadaku.”<br />
<br />
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari Abu Musa, dia berkata,<br />
<br />
وُلِدَ لِى غُلاَمٌ فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيمَ وَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ<br />
<br />
“Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku
membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah
kurma.”[Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (5467 Fathul Bari) Muslim (2145
Nawawi), Ahmad (4/399), Al-Baihaqi dalam Al-Kubra (9/305) dan Asy-Syu’ab
karya beliau (8621, 8622)]<br />
<br />
Al-Bukhari menambahkan, “Dan beliau
mendo’akan keberkahan baginya seraya menyerahkannya kembali kepadaku.”
Dan dia adalah anak tertua Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu.<br />
<br />
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu,<br />
dia berkata:<br />
<br />
كَانَ ابْنٌ ِلأَبِي طَلْحَةَ يَشْتَكِي، فَخَرَجَ أَبُو طَلْحَةَ
فَقُبِضَ الصَّبِيُّ فَلَمَّا رَجَعَ أَبُو طَلْحَةَ قَالَ: مَا فَعَلَ
الصَّبِيُّ؟ قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ: هُوَ أَسْكَنُ مِمَّا كَانَ.
فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ الْعَشَاءَ، فَتَعَشَّى ثُمَّ أَصَابَ مِنْهَا،
فَلَمَّا فَرَغَ قَالَتْ: وَارِ الصَّبِيَّ. فَلَمَّا أَصْبَحَ أَبُو
طَلْحَةَ أَتَى رَسُولَ اللهِ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ: أَعْرَسْتُمُ
اللَّيْلَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: اَللّهُمَّ بَارِكْ لَهُمَا.
فَوَلَدَتْ غُلاَمًا قَالَ لِي أَبُو طَلْحَةَ: اِحْمَلْهُ حَتَّى تَأْتِيَ
بِهِ النَّبِيَّ فَقَالَ: أَمَعَهُ شَيْءٌ؟ قَالُوا: نَعَمْ تَمَرَاتٌ.
فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ فَمَضَغَهَا ثُمَّ أَخَذَ مِنْ فِيهِ فَجَعَلَهَا
فِي الصَّبِيِّ وَحَنَّكَهُ بِهِ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللهِ.<br />
<br />
“Seorang anak Abu Thalhah merasa sakit. Lalu Abu Thalhah keluar rumah
sehingga anaknya itu pun meninggal dunia. Setelah pulang, Abu Thalhah
berkata, ‘Apa yang dilakukan oleh anak itu?’ Ummu Sulaim menjawab, ‘Dia
lebih tenang dari sebelumnya.’ Kemudian Ummu Sulaim menghidangkan makan
malam kepadanya. Selanjutnya Abu Thalhah mencampurinya. Setelah selesai,
Ummu Sulaim berkata, ‘Tutupilah anak ini.’ Dan pada pagi harinya, Abu
Thalhah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya
memberitahu beliau, maka beliau bertanya, “Apakah kalian bercampur tadi
malam?’ ‘<br />
Ya,’ jawabnya. Beliau pun bersabda, ‘Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada keduanya.’<br />
Maka Ummu Sulaim pun melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu Abu
Thalhah berkata kepadaku (Anas bin Malik), ‘Bawalah anak ini sehingga
engkau mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’<br />
Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah bersamanya ada sesuatu
(ketika di bawa kesini?’ Mereka menjawab, ‘Ya. Terdapat beberapa buah
kurma.’<br />
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil buah
kurma itu lantas mengunyahnya, lalu mengambilnya kembali dari mulut
beliau dan meletakkannya di mulut anak tersebut kemudian mentahniknya
dan memberinya nama ‘Abdullah.”<br />
[HR. Muttafaq ‘alaih]<br />
<br />
Dari
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Aku pergi membawa
Abdullah bin Abi Thalhah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika ia baru dilahirkan. Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang ketika itu sedang mencat seekor untanya dengan ter. Beliau
bersabda kepadaku “Adakah kurma bersamamu?”. Aku jawab, “Ya (ada)”.
Beliau lalu mengambil bebeberapa kurma dan memasukkannya ke dalam mulut
beliau, lalu mengunyahnya sampai lumat. Kemudian beliau mentahniknya,
maka bayi itu membuka mulutnya.<br />
<br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memasukkan kurma<br />
yang masih tersisa di mulut beliau ke mulut bayi tersebut, maka
mulailah bayi itu menggerak-gerakan ujung lidahnya (merasakan kurma
tersebut). Melihat hal itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Kesukaan orang Anshar adalah kurma”. Lalu beliau menamakannya
Abdullah.”<br />
[Dikeluarkan oleh Al-bukhari (5470 Fathul Bari), Muslim
(2144 Nawawi), Abu Daud (4951), Ahmad (3/105-106) dan lafadh ini
menurut riwayat Ahmad dan diriwayatkan juga oleh Al-baihaqi dalam
Asy-Syu’ab (8631)]<br />
<br />
Hadits-hadits di atas kiranya cukup untuk
menerangkan sunnahnya tahnik ini dan kiranya cukup untuk menghasung kita
bersegera melaksanakannya.<br />
Berkata Imam Nawawi dalam Syarhu Muslim
(14/372): “Dalam hadits-hadits ini ada faidah, di antaranya: Dianjurkan
mentahnik anak yang baru lahir, dan ini merupakan sunnah dengan ijma’.
Hendaknya yang mentahnik adalah orang yang shalih dari kalangan
laki-laki atau wanita. Tahnik dilakukan dengan kurma dan ini mustahab,
namun andai ada yang mentahnik dengan selain kurma maka telah terjadi
perbuatan tahnik, akan tetapi tahnik dengan kurma lebih utama. Faidah
lain diantaranya menyerahkan pemberian nama untuk anak kepada orang yang
shalih,<br />
maka ia memilihkan untuk si anak nama yang ia senangi.” [Dinukil dengan sedikit perubahan]<br />
<br />
Akan tetapi tidak ada diriwayatkan dari sunnah kecuali tahnik denan
kurma sebagaimana telah lewat penyebutannya tentang tahnik Ibrahim bin
Abi Musa, Abdullah bin Az-Zubair dan Abdullah bin Abu Thalhah, maka
tidak pantas mengambil yang lain.<br />
<br />
Penjelasan Ilmiah<br />
Ulama
telah berbicara tantang hikmah yang terkandung dalam tahnik dan ada
beberapa pendapat yang mereka sebutkan dan mereka berselisih (berbeda
pendapat tentang hikmahnya). Namun tidak ada satu pun dari mereka yang
memiliki sandaran dalil syar’i.<br />
Berkata Imam Al-Aini dalam Umdatul
Qari: “Bila engkau bertanya apa hikmah tahnik? Aku jawab: Berkata
sebagian mereka: Tahnik dilakukan sebagai latihan makan bagi bayi hingga
ia kuat. Sungguh aneh ucapan ini dan betapa lemahnya … dimana letaknya
waktu makan bagi bayi dibanding waktu tahnik yang dilakukan ketika anak
baru dilahirkan, sedangkan secara umum anak baru dapat makan-makanan
setelah berusia kurang lebih dua tahun.<br />
Sebenarnya hikmah tahnik
adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si anak dengan keimanan, karena
kurma adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan seorang mukmin dan juga karena manisnya.<br />
<br />
Lebih-lebih bila yang mentahnik itu seorang yang memiliki keutamaan,
ulama dan orang shalih, karena ia memasukkan air ludahnya ke dalam
kerongkongan bayi. Tidaklah engkau lihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tatkala mentahnik Abdullah bin Az-Zubair, dengan barakah air
ludah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Abdullah telah menghimpun
keutamaan dan kesempurnaan yang tidak dapat digambarkan. Dia seorang
pembaca Al-Qur’an, orang yang menjaga kemuliaan diri dalam Islam dan
terdepan dalam kebaikan.<br />
[Umdatul Qari bi Syarhi Shahih Al-Bukhari (21/84) oleh Al-Aini]<br />
<br />
Kami katakan: Ini adalah ludahnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adapun selain beliau maka tidak boleh bertabarruk<br />
dengan air ludahnya.<br />
<br />
Ilmu kedokteran telah menetapkan faedah yang besar dari tahnik ini,
yaitu memindahkan sebagian mikroba dalam usus untuk membantu pencernaan
makanan. Namun sama saja, apakah yang disebutkan oleh ilmu kedokteran
ini benar atau tidak benar, yang jelas tahnik adalah sunnah mustahab
yang pasti dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah
pegangan kita bukan yang lainnya dan tidak ada nash yang menerangkan
hikmahnya. Maka Allah lah yang lebih tahu hikmahnya.<br />
<br />
Sesungguhnya kandungan zat gula “glukosa” dalam darah bayi yang baru
lahir adalah sangat kecil, dan jika bayi yang lahir beratnya lebih kecil
maka semakinkecil pula kandungan zat gula dalam darahnya.<br />
<br />
Oleh
karena itu, bayi prematur (lahir sebelum dewasa), beratnya kurang dari
2,5 kg, maka kandungan zat gulanya sangat kecil sekali, dimana pada
sebagian kasus malah kurang dari 20 mg/100ml darah. Adapun anak yang
lahir dengan berat badan di atas 2,5 kg maka kadar gula dalam darahnya
biasanya di atas 30 mg/100 ml.<br />
Kadar semacam ini berarti (20 atau 30
mg/100 ml darah) merupakan keadaan bahaya dalam ukuran kadar gula dalam
darah. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya berbagai penyakit:<br />
Bayi menolak untuk menyusui;<br />
Otot-otot melemas;<br />
Berhenti secara terus-menerus aktivitas pernafasan dan kulit bayi menjadi kebiruan;<br />
Kontraksi atau kejang-kejang;<br />
Dan terkadang bisa juga menyebabkan sejumlah penyakit yang berbahaya dan lama, seperti:<br />
-Insomnia;<br />
-Lemah otak;<br />
-Gangguan syaraf;<br />
-Gangguan pendengaran,<br />
penglihatan, atau keduanya;<br />
-Kejang-kejang secara berkepanjangan dan kronis.<br />
<br />
Apabila hal-hal di atas tidak segera ditanggulangi atau diobati maka
bisa menyebabkan kematian. Padahal obat untuk itu adalah sangat mudah,
yaitu memberikan zat gula yang berbentuk glukosa melalui infus, baik
lewat mulut, maupun pembuluh darah.<br />
<br />
Pembahasan<br />
Sesungguhnya perbuatan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam men-tahnik
bayi-bayi yang baru lahir dengan kurma setelah dilumatkan dan kemudian
memasukkannya ke mulut bayi, kemudian men-tahnik-nya (mengolehkan
lumatan kurma di langit-langit mulut) adalah memiliki hikmah yang agung.
Sebab, kurma memiliki kandungan gula “glukosa” dalam jumlah yang
banyak, khususnya setelah dilumatkan dimulut sehingga bercampur dengan
air liur, diman air liur mengandung sejumlah enzim khusus yangbisa
mengubah glukosa menjadi gula asal. Air liur juga bisa melumatkan
zat-zat gula. Sehingga bayi yang baru lahir bias mencerna kurma lembut
itu dengan baik.<br />
Dan karena mayoritas atau bahkan semua bayi
membutuhkan zat gula dalam bentuk “glukosa” seketika setelah lahir, maka
memberikan kurma yang sudah dilumat bias menjauhkan sang bayi -dengan
izin Allah Subhannahu wa Ta’ala – dari kekurangan kadar gula yang
berlipat-lipat.<br />
Sesungguhnya disunnahkannya tahnik kepada bayi
adalah obat sekaligus tindakan preventif yang memiliki fungsi penting
yang sangat, dan ini adalah mukjizat kenabian Muhammad Shalallaahu
alaihi wasalam secara medis dimana sejarah kemanusiaan tidak pernah
mengetahui hal itu sebelumnya, bahkan kini manusia tahu bahayanya
kekurangan kadar glukosa dalam darah bayi.<br />
<br />
Dan sesungguhnya bayi yang baru<br />
lahir, apalagi jika lahir premature, tanpa diragukan lagi sangat
membutuhkan solusi cepat, yaitu memberikan zat gula. Dan rumah
sakit-rumah sakit pun kini memberikan kepada bayi dan anak-anak glukosa
agar dihisap oleh sang bayi atau anak kecil langsung setelah lahir,
kemudian baru setelah itu, mulailah sang ibu menyusuinya.<br />
<br />
Sesungguhnya hadits-hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam yang mulia
yang berkenaan dengan tahnik menjadi pintu pembuka cakrawala pengetahuan
dunia dalam hal menjaga dan merawat anak atau bayi, khususnya bayi
lahir premature.<br />
<br />
Prematur adalah diantara penyakit yang sangat
berbahaya, karena sang bayi memiliki kandungan kadar gula glukosa yang
sangat kecil dalam darahnya. Jika diberikan kepadanya zat gula yang siap
diserap olehnya, maka itu adalah solusi yang terbaik dan selamat dalam
keadaan darurat semacam ini. Tahnik kurma juga sekaligus menjadi
mukjizat kenabian Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam secara medis,
padahal hal itu tidak pernah diketahui sebelumnya, baik pada zaman
beliau hidup ataupun pada zaman-zaman sekarang, kecuali setelah
dilakukannya sejumlah penelitian pada abad 20-an ini.<br />
<br />
Pelajaran Penting Tentang Tahnik<br />
<br />
Pertama: Para ulama sepakat tentang disunnahkannya (dianjurkannya)
mentahnik bayi yang baru lahir dengan kurma. Jadi tahnik dilakukan di
hari pertama.<br />
<br />
Kedua: Jika tidak mendapati kurma untuk mentahnik, maka bisa digantikan dengan yang lainnya yang manis-manis.<br />
<br />
Ketiga: Cara mentahnik adalah orang yang mentahnik mengunyah kurma
hingga agak cair dan mudah ditelan, lalu ia membuka mulut si bayi, lalu
ia menggosokkan kunyahan kurma tadi di langit-langit mulutnya sehingga
si bayi akan mencernanya ke dalam kerongkongannya.<br />
<br />
Keempat:
Hendaknya yang melakukan tahnik adalah orang sholih sehingga bisa
diminta do’a keberkahannya, terserah yang mentahnik tersebut laki-laki
atau perempuan.<br />
Jika orang sholih tersebut tidak hadir, maka hendaklah bayi tersebut yang didatangkan ke orang sholih tersebut.<br />
<br />
Mengenai yang mentahnik boleh seorang wanita sebagaimana dijelaskan
oleh Ibnul Qayyim bahwa Imam Ahmad bin Hambal ketika lahir salah satu
bayinya, beliau menyuruh seorang wanita untuk mentahnik bayinya tersebut<br />
Ada ulama yang memberi penjelasan urutan makanan yang dijadikan bahan
untuk mentahnik: tamr (kurma kering); kalau tidak ada, barulah rothb
(kurma basah); kalau tidak ada, barulah makanan manis yaitu yang jadi
pilihan adalah madu; dan setelah itu adalah makanan yang tidak disentuh
api.<br />
<br />
Wallahu A'lam<span class="fcg"> — Semoga Bermanfaat.</span><br />
<span class="fcg"><br /></span><br />
<span class="fcg"><a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com</a></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-61040148685553896432011-12-03T07:48:00.001-08:002011-12-03T07:48:46.658-08:00Dua Belas Golongan Yang Di Do`akan Malaikat.:<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>12 Golongan yg
didoakan Malaikat Bismillahi Rahmanirahiim 1. Orang yg tidur dalam keadaan
bersuci. "Barangsiapa yg tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan
bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa
'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(HR I<span class="textexposedhide">...</span><span class="textexposedshow">mam Ibnu
Hibban dari Abdullah bin Umar) 2. Orang yg sedang duduk menunggu waktu shalat.
"Tidaklah salah seorang diantara kalian yg duduk menunggu shalat, selama
ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya
Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia' (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah,
Shahih Muslim 469) 3. Orang-orang yg berada di shaf barisan depan di dalam
shalat berjamaah. "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat
kepada (orang - orang) yg berada pada shaf - shaf terdepan" (Imam Abu
Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib) 4. Orang-orang yg menyambung
shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada
orang-orang yg menyambung shaf-shaf" (Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah,
Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah) 5. Para malaikat
mengucapkan 'aamin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. "Jika
seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka
ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan
dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yg masa lalu" (HR
Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 782) 6. Orang yg duduk di tempat
shalatnya setelah melakukan shalat. "Para malaikat akan selalu bershalawat
( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat
shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para
malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (HR Imam Ahmad
dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106) 7. Orang-orang yg melakukan shalat
shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. "Para malaikat berkumpul pada saat
shalat shubuh lalu para malaikat ( yg menyertai hamba) pada malam hari (yg
sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada
siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat
'ashar dan malaikat yg ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik
(ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal,
lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?',
mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami
tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah
mereka pada hari kiamat'" (HR Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no.
9140) 8. Orang yg mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
"Doa seorang muslim untuk saudaranya yg dilakukan tanpa sepengetahuan
orang yg didoakannya adalah doa yg akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang
malaikat yg menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya
dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun
mendapatkan apa yg ia dapatkan' (HR Imam Muslim dari Ummud Darda', Shahih
Muslim 2733) 9. Orang-orang yg berinfak. "Tidak satu hari pun dimana pagi
harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah
satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yg
berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yg
pelit'" (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari
1442 dan Shahih Muslim 1010) 10. Orang yg sedang makan sahur.
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada
orang-orang yg sedang makan sahur" Insya Allah termasuk disaat sahur untuk
puasa"sunnah" (HR Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari
Abdullah bin Umar) 11. Orang yg sedang menjenguk orang sakit. "Tidaklah
seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat
untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore
dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (HR Imam Ahmad dari 'Ali bin
Abi Thalib, Al Musnad 754) 12. Seseorang yg sedang mengajarkan kebaikan kepada
orang lain. "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan
keutamaanku atas seorang yg paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya
penghuni langit dan bumi, bahkan semut yg di dalam lubangnya dan bahkan ikan,
semuanya bershalawat kepada orang yg mengajarkan kebaikan kepada orang
lain" (HR Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily).</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span class="textexposedshow">Semoga bermanfaat.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com</a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span class="textexposedshow"> </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></b></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-76541078623489898882011-12-02T14:25:00.001-08:002011-12-02T14:27:39.781-08:00Delapan Perhiasan makhluk.:<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">Ada 8 perkara yang merupakan perhiasan bagi 8 perkara yg lain :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">1.
Memelihara diri dr meminta-minta merupakan perhiasan dr kefakiran.</span></b><br />
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">2. Bersyukur kpd
Allah merupakan perhiasan bagi nikmat yg telah diberikanNya.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">3. Sabar adalah
perhiasan bagi musibah. </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">4. Tawadhu' adalah perhiasan bagi (kemuliaan) nasab. </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">5.
Santun adalah perhiasan bagi ilmu. </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">6. Rendah hati adalah perhiasan bagi seorang
pelajar (murid). </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">7. Tidak menyebut pemberian merupakan perhiasan bagi kebaikan. </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">8. Khusyu' adalah perhiasan bagi shalat.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">(Abu Bakar As shiddiq)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/"><b>http://sahabat-muslim99.blogspot.com</b></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-24267794952017789162011-12-02T14:21:00.001-08:002011-12-02T14:23:07.478-08:00Ancaman Wanita Yang Membuka Auratnya.:<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">ANCAMAN
WANITA YANG MEMBUKA AURAT</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua golongan dari
penduduk neraka yg belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk
seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian
tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yg miring.
Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).</span></b><br />
<br />
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com </a></span></b></div>
<br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><br /></span></h6>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-42655222129223478712011-12-02T14:17:00.001-08:002011-12-02T14:20:23.978-08:00Penyakit Hati.:<div style="text-align: center;">
<u><b><span class="messageBody" data-ft="{"type":3}">PENYAKIT HATI DENDAM DAN DENGKI</span></b></u></div>
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><br />
Para pengunjung blog Sahabat Muslim yang di rahmati Allah Ta`Ala, Insya Allah, kita akan membahas tentang penyakit hati
”dendam & dengki” terinspirasi dari bbm nya Ust. Jefri Al Buchori
(uje). Dendam dan dengki adalah penyakit hati yg akan menggerogoti amal
kita & hanya orang2 bodohlah yg mau memelihara dendam & dengki
dalam hati mereka. Berikut saya kutip bbmnya :<br /> <br /> Wahai diri_ku..<br /> <br /> Rosul_mu pernah berkata ;<br /> <br /> "Bahwasanya dendam dan dengki itu bisa menghanguskan amal ibadahmu"<br /> <br />
Berarti sayang sekali rukukmu, sujudmu, dzikirmu, sedekahmu dan semua
ibadah2 mu yg selama ini engkau lakukan jika dibarengi dg dendam dan
dengki yg sengaja engkau pelihara selama ini..<br /> <br /> Masih lebih baik jika engkau memelihara binatang buas daripada memelihara dendam dan dengki dlm dirimu..<br /> <br /> Wahai diri_ku..<br /> <br /> Hanya sebentar saja dirimu tinggal di dunia ini..<br /> <br /> Dunia hanyalah sebuah alam pelintasan ruh saja..<br /> <br /> Sungguh takkan ada ketentraman dlm pedihnya sakarotul maut bagi dirimu yg masih menyimpan dendam dan dengki..<br /> <br /> "Tdk akan ada masa depan bagi para pendengki dan pendendam"<br /> <br /> Ampuni hamba Yaa Robb dari ketidak mampuan mendidik diri..<br /> <br />
Sahabat2ku, dendam dan dengki, adalah penyakit hati yang harus kita
waspadai dan harus kita hilangkan dari hati kita, karena selain hal
tersebut merusak amal, sesungguhnya orang yang mempunyai dendam dan
dengki dalam hatinya, adalah orang yang sangat menderita dan menanggung
beban berat yang harus dipikulnya, yaitu rasa dendam dan dengkinya itu.</span><br />
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><br />
Seandainya kita tdk mau memaafkan orang lain & menghapuskan rasa
marah, dendam & benci kita pada orang yg pernah menyakiti kita, maka
perasaan negatif itu menjadi beban berat bagi kita, karena sangat
melelahkan memendam rasa sakit hati, kecewa, jengkel, marah & dendam
kepada orang yang menyakiti hati kita. Terkadang kita tidak tahu
apakah orang yang menyakiti hati kita itu sadar ataukah tidak, mungkin
orang itu tidak merasa menyakiti hati kita (tidak sengaja menyakiti),
maka hidupnya tenang-tenang saja.<br /> <br /> Sedangkan kita
yang menaruh dendam dan sakit hati, justru menyiksa diri sendiri. Kalau
perasaan-perasaan negatif seperti ini kita pelihara, maka akan menjadi
beban yang memberatkan hidup kita. Karena kita menjadi tidak tenang,
tersiksa dengan rasa marah dan benci dan perasaan seperti ini akan
menggerogoti tubuh dan menimbulkan berbagai macam penyakit-penyakit
fisik ringan sampai berat, seperti sakit perut, sakit kepala, darah
tinggi, insomnia, bahkan mag dan jantung. Mengapa kita harus menyiksa
diri dengan memendam kemarahan dan kebencian? Mengapa kita tidak coba
memaafkan dan menghapus kebencian dihati kita<br /> <br /> Dendam
dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah mengandung permusuhan didalam
batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya,
menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan
mencelakakan orang yang di dendami. Berbahagialah bagi orang yang
berlapang dada, berjiwa besar dan pemaaf. Tidak ada sesuatu yang
menyenangkan dan menenangkan hati kita, kecuali hidup dengan hati yang
bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari
rasa dendam, dengki yang akan menggerogoti hati kita. Seseorang yang
hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat
sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan
karunia itu ada pula pada dirinya.<br /> <br /> Dengki merupakan
salah satu penyakit hati yang mesti dihindari. Dengki merujuk kepada
kebencian dan kemarahan yang timbul akibat perasaan cemburu atau iri
hati yang amat sangat. Ia amat dekat (berhubungan) dengan unsur jahat,
tidak berkenan, benci dan perasaan dendam yang terpendam. Ada juga yang
mendefinisikan dengki sebagai suatu perbuatan atau tindakan hati yang
tidak senang melihat kesenangan (nikmat) orang lain serta berharap agar
kesenangan (nikmat) orang lain akan hilang atau lenyap atau berpindah
kepadanya.<br /> <br /> Orang yang dengki perilakunya sering
tidak terkendali. cenderung terjebak dalam tindakan merusak nama baik,
mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu
ia membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang
yang didengkinya. Dan bisa mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas
pihaknya. Namun kehendak Allah tidaklah demikian . Rasulullah saw
bersabda: Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda, “tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang
muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak
kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina)
itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-nya. Dan tidak seorang pun
yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga
dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang
(yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya.” (HR.
Ahmad, Abu Dawuddan Ath-Thabrani)<br /> <br /> Rasulullah saw
bersabda, “janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk
suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan
jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian
hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya
yang lain, ia tidak menzaliminya, tidak mempermalukannya, tidak
mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di
sini, seraya Nabi saw menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas
seseorang disebut melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara
muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain adalah haram
darahnya, hartanya dan kehormatannya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)<br /> <br />
Rasulullah saw. Bersabda: “Hindarilah dengki karena dengki itu memakan
(menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu
bakar” (HR. Abu Dawud)<br /> <br /> Allah SWT berfirman:
“Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai sebuah dari
kejahatan makhluk Nya,” kemudian Dia berfirman, “Dan dari kejahatan
orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. AI Falaq (113): 1, 2 dan 5).<br /> <br /> BERIKUT CARA MENGHINDARKAN DIRI DARI DENGKI :<br /> <br />
Berusaha membuang sifat dengki tersebut dengan cara ridha terhadap
takdir dan ketentuan serta mencintai kebaikan dan kelebihan yang
dimiliki orang lain sebagaimana kita mencintai dirin sendiri,
sebagaimana sabda Nabi saw “Tidak beriman salah seorang dari kalian
sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk
dirinya sendiri”(HR.Al-Bukhari) <br /> <br /> 1. Memohon perlindungan kepada Allah dari sifat dengki dan iri hati, serta banyak berzikir kepada Allah<br />
2. Duduk diam sejenak, mata tertutup. Selamilah rasa dengki yang
timbul dalam diri kita. Telusuri sampai ke akar-akarnya. Apa yang
membuat timbulnya dengki? Keberhasilan orang itukah? Kepemilikan diakah?
Kesejahteraan diakah? Jika kita melakukan penyelaman/pemikiran dengan
penuh kesadaran, kita akan meyadari bahwa sesungguhnya, semua itu adalah
karunia Allah untuknya. Kita harus menyadari bahwa Allah berhak memberi
kemulian, kekayan, keberhasilan, ketenaran dll, kepada siapa saja yang
dikehenakiNya dan itu adalah hak Allah SWT sepernuhnya. Hingga kita bisa
menyadari bahwa sesungguhnya orang yang kita dengki itu, memang berhak
atas semua itu, karena itu karunia Allah untuknya. Allah SWT berfirman:
”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS. Ali ’Imran [3] :26)<br /> 3. Jangan pernah
membanding-bandingkan kepandaian atau kelebihan yang kita miliki dengan
orang lain dan jangan pernah mencari-cari kekurangan orang lain<br />
4. Agar kita terhindar dari penyakit hati iri hati dan dengki sebaiknya
selalu bersikap rendah hati, tidak merasa lebih dari orang lain. Orang
yang rendah hati kalaupun misalnya ia tahu bahwa ia memiliki banyak
kelebihan dibanding orang lain ia tidak akan merasa bangga apalagi
membanggakan kelebihannya. Setiap kelebihan yang dimilikinya akan
dinikmatinya dengan penuh rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Yang
Maha Pencipta yang telah memberikan kelebihan dan keberuntungan
tersebut terhadap dirinya. Begitu pula dengan kekurangan yang ada pada
diri, sebaiknya diterima dengan ikhlas, sehingga kekurangan yang ada
pada diri, tidak mengakibatkan rendah diri dan menjadi iri hati serta
dengkidi saat melihat orang lain memiliki kelebihan yang tidak
dimilikinya. Percayalah bahwa dibalik kekurangan pada seseorang pastilah
ada pula kelebihan yang dimilikinya <br /> 5. Sadarilah, dengki itu
sangat melelahkan, orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri hati
dan dengki akan menanggung beban berat yang tidak seharusnya. Karena
setiap kali ia melihat orang yang didengkinya dengan semua
kesuksesannya, hati dan persaannya menderita dan hatinya semakin penuh
dengan dengki, marah, benci, curiga, kesal, kecewa, resah, dan
perasaan-perasaan negatif lainnya. Sungguh sangat tidak enak menjalani
kehidupan seperti itu. <br /> <br /> Apabila kita ada menjumpai
orang yang mendengki pada kita, maka sikapilah hal tsb dengan baik dan
bijak, KARENA RASA IRI, DENGKI SESEORANG KEPADA KITA SEBETULNYA ADALAH
BENTUK DARI PENGAKUAN AKAN DIRI DAN EKSISTENSI KITA, hanya bentuknya
lain. Hadapi dengan sabar dan doakan, bila bisa, dekati dan rangkul dia
menjadi teman kita, bila memungkinkan atau bisa dilakukan, beri
pemahaman agama (dengan cara yang baik, secara tidak langsung, tentang
bahaya dengki). Jangan balas kedengkiannya dengan kedengkian juga,
karena itu membuat kita tidak ada bedanya dengan dia, tapi balaslah
kedengkiannya dengan doa dan kebaikan.<br /> <br /> ADAPUN CARA
MENGATASI DENDAM adalah dengan memaafkan secara tulus. Pemahaman kita
tentang memaafkan berbeda-beda, ada dari kita yang memaafkan seseorang
tapi perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah
dalam hatinya dan perlu waktu lama baginya untuk bisa kembali menjalin
hubungan baik dengan orang yang telah menyakitinya.<br /> <br /> Tapi ada
juga yang bisa memaafkan dengan tulus. Mereka yang memaafkan dengan
tulus inilah, hamba Allah yang sungguh-sungguh beriman dengan
sebenar-benarnya, dan mengikuti perintah Allah untuk memaafkan. Ketika
memaafkan, mereka tidak memikirkan besar atau kecilnya kesalahan, mereka
juga tidak mengingat-ingat lagi perbuatan orang yang telah
menyakitinya. Mereka menyadari bahwa seseorang dapat saja sangat
menyakiti mereka dengan atau tanpa sengaja.<br /> <br /> Orang
yang bisa memaafkan dengan tulus ini tahu, bahwa segala sesuatu terjadi
menurut kehendak Allah dan berjalan sesuai takdir-Nya, karena itulah
mereka berserah diri kepada Allah, menyerahkan semua permasalahan kepada
Allah. Hingga mereka tidak pernah terbelenggu dan tersiksa oleh amarah,
sakit hati, dan semua itu akan membuatnya jadi memaafkan kesalahan
orang lain, dan mereka lakukan itu, semata-mata karena Allah. Mereka
memaafkan karena Allah.<br /> <br /> Sahabat2ku, ingatlah hidup
didunia ini hanya sementara, karena itu sangat merugi bila kita mengisi
hidup kita ini hanya dengan suatu penyakit hati yang hanya akan
menghancurkan semua amal kita. Jadilah orang yang pemaaf, karena sangat
banyak keutamaannya jika kita menjadi orang yang pemaaf.<br /> <br />
Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw tentang akhlak
yang baik, maka Rasulullah saw membacakan firman Allah, “Jadilah engkau
pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199).
Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin
hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir
kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)<br /> <br />
Allah SWT berfirman "..... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan" (QS Ali 'Imran [3] ; 134). <br /> <br /> " .....DAN
HENDAKLAH MEREKA MEMA'AFKAN DAN BERLAPANG DADA. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang " (QS. An Nuur [24] ; 22)<br /> <br /> Allah tidak
menambahkan pada orang yang memaafkan, melainkan kemuliaannya." (HR.
Muslim). Dalam hadist lain disebutkan: " Ada tiga hal yang apabila
dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya dan ditaburi
rahmat-Nya serta dimasukkan-Nya kedalam surga-Nya yaitu : apabila diberi
ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila
marah ia menahan diri (tak jadi marah) ." (HR. Hakim dan ibnu hibban)<br /> <br />
Setelah semua uraian diatas, mari kita tanyakan dengan jujur pada diri
kita, apakah kita termasuk orang yang pemaaf dan tidak pendendam?
Apakah kita termasuk orang yang dengki dengan keberhasilan orang lain?
Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan jujur dan lakukanlah
perbaikan, bila ternyata kita temukan bahwa diri kita masih ada penyakit
hati dendam dan dengki. </span><br />
<br />
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}">Semoga bermanfaat. </span><br />
<br />
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}"><a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com </a></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-40909211201256081762011-12-02T14:00:00.001-08:002011-12-02T14:17:13.775-08:00Agar terkena penyakit `Ain dan sihir.:<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}">
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></h6>
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">MENCEGAHAN
AGAR TIDAK TERKENA PENGARUH 'AIN DAN SIHIR :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">1.
Penguatan jiwa dg tauhid.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">2.
Berbaik sangka dan bertawakkal kpd Allah.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">3.
Menjauhi orang yg dikenal memiliki 'ain (pandangan mata jahat) dan sihir. </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">4.
Berzikir kpd Allah dan tabrik (mengucapkan barakallah kpd org yg dicurigai
memiliki 'ain.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">5.
Memakan 7 biji kurma 'ajwah dari Madinah.</span></b><br />
<br />
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">6. Memohon perlindungan Allah dr
gangguan jin, sihir, 'ain.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br />
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">TANDA-TANDA
terkena 'AIN atau yang lainnya. Jika seseorang sehat dari penyakit jasmani,
maka gejalanya secara umum :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">1.
Pusing yg berpindah-pindah.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">2.
Wajah pucat.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">3.
Banyak keluar keringat dan sering kencing.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">4.
Tidak nafsu makan.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">5.
Kesemutan, kepanasan atau kedinginan pada bagian tubuh.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">6.
Detak jantung tdk teratur.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">7.
Rasa sakit yg selalu berpindah-pindah pada bawah punggung dan bahu.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">8.
Merasa sedih dan tertekan.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">9.
Susah tidur di malam hari.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">10.
Emosi yg berlebihan, Rasa takut (paranoid) dan marah yg tdk wajar.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">11.
Sering bersendawa dan menarik nafas panjang (dada sesak).</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">12.
Sering menyendiri, tdk bersemangat, malas, banyak tidur, dan masalah-masalah
kesehatan lain yg sebabnya bukan karena bukan faktor medis.</span></b><br />
<br />
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">Pengobatan
'AIN, jika diketahui bahwa penyakit itudisebabkan 'ain maka dg izin Allah
pengobatannya dg salah satu cara berikut :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">1.
Jika pelaku 'ain diketahui, anda meminta dia mandi atau wudhu', kemudian
mengambilbekas air yg digunakan, selanjutnya gunakan air tsb unt mandi.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">2.
Jika pelakunya tdk diketahui, maka penyembuhannya dengan RUQYAH, DOA dan HIJAMAH
(Bekam).</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">AIN
adalah penyakit dari jin, terjadi karena izin Allah pd org yg terkena 'ain,
sebabnya krn memuji dan mengagumi pelaku 'ain ketika saat para setan hadir
ketika itu, tanpa adanya tameng/penangkis (zikir,sholat dll) disebut dg 'AIN
karena 'ain (mata) adalah alat untuk mensifati, bukan karena mata yg membuat
bahaya, hal ini didasarkan pada dalil bahwa orang buta dapat menyebabkan ain
pada orang lain.</span></b><br />
<br />
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">PEMBAGIAN
SIHIR MENURUT AR RAHIB :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;">Menurut Ar Rahib sihir itu dipergunakan untuk beberapa
pengertian, yang antara lain :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;"><br />
Pertama : Sihir yang berarti suatu tipuan dan ilusi yang tidak mempunyai
hakikat sama sekali, seperti apa yang dilakukan para pesulap yang mengecoh
pandangan dari apa yang sedang dilakukannya karena kecekatan tangan. Allah
berfirman : “ Musa menjawab, ‘lemparkanlah (lebih dahulu)’ maka tatkala mereka
melemparkan, mereka menyihir (menyulap) mata orang dan menjadikan orang banyak
itu ketakutan”. (QS. Al ‘Araf : 116).</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;"><br />
Kedua : Sihir yang berlangsung dengan meminta bantuan setan dengan cara melakukan
pendektan kepada mereka. Allah berfirman : “hanya setan-setan itu sajalah yang
kafir (mengerjakan sihir). Mengerjakan sihir kepada manusia..”(QS. Al Baqarah :
102).</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16pt;"><br />
Ketiga : Sihir gendam, yaitu orang yang mengklaim punya kekuatan yang mampu
merubah bentuk dan tabiat sesuatu, seperti merubah manusia menjadi keledai,
kodokdll. Padahal sebenarnya tidak ada hakikatnya bagi orang-orang yang
meneliti.</span></b></div>
</div>
</div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span class="commentbody"><b><span style="font-size: 16pt;">`Ain secara bahasa artinya mata, banyak penyakit atau
musibah, kecelakaan atau kematian disebabkan oleh ''ain'' ini. dalam hadits
Rasul bersabda : Kebanyakan org yg meninggal dr umatku setelah qadha' Allah dan
qadar-Nya adalah disebabkan oleh ain. Jadi ain itu adalah : Pandangan mata
karena dengki atau bahkan ta'jub lalu setan menungganginya sehingga terjadi
hal-hal yg tidak diinginkan. wallahu 'alam.</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<span class="commentbody"><b><span style="font-size: 16pt;">Semoga bermanfaat. </span></b></span><br />
<br />
<span class="commentbody"><b><span style="font-size: 16pt;"><a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com/ </a></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: justify;">
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-13096208660901921622011-03-23T15:36:00.001-07:002011-03-23T15:36:41.171-07:00Al Hafidz Al Imam Ma'ruf Al Khirqiyyu.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Berkata Al Hafidz Al Imam Ma'ruf Al Khirqiyyu : siapa saja yg mengumpulkan sodaranya dan memberikan hidangan, lalu ia menerangi dng cahaya (lampu), & iam memakai pakaian yg bru, memakai wangi2an untk mengagungkan MAULID NABI SAW, kelak ia akan dkumpulkan dngn golongan yg pertama yaitu para anbiya, shuhada, wassholihiin dan orang tsb berada dtempat yg tinggi di syurga.<br />
<br />
Subhannallah.<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/"> http://sahabat-muslim99.blogspot.com/</a></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-24277377953581384562011-03-23T15:35:00.001-07:002011-03-23T15:35:28.712-07:00Syair Seorang Ulama.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> syair ulama :<br />
<br />
Dengan ilmu, tempuhlah apa yang ditempu ilmu<br />
Dan darinya singkaplah segala pemahaman di sisinya<br />
Di dalamnya terdapat penyingkap hati dari kebutaan<br />
Dan pelindung bagi agama yang perkaranya penting<br />
Kulihat kebodohan menghinakan orang-orangnya <br />
Sedangkan ilmu mengangkat kaumnya<br />
Ia terhitung kecil dalam suatu kaum, padahal ia yang terbesar dari mereka<br />
Pemaham ucapan dan hukum berjalan darinya<br />
Apakah ada harapan, bagi orang yang beruban kepalanya<br />
Dan ia menghabiskan masa muda, dalam kegagapan lagi kebodohan<br />
Ia berejalan pada pagi dan sore hari sepanjang ttahun menjadi teman perutnya<br />
Bertumpuk-tumpuk dalam isi perutnya lemak dan daging<br />
Jika orang bodoh ditanya tentang keadaannya<br />
Mengalir keringat dingin kebodohan diwajahnya yang memuliakannya<br />
Apakah kedua matamu pernah melihat pemandanagan yang lebih jelek<br />
Daripada seseorang yang tak memiliki ilmu dan kesntunan<br />
Bergaullah bersama ulama dan bersahabatlah dengan yang terbaik dari mereka<br />
Persahabatan dengan mereka adalah agama dan pergaulan dengan mereka keberuntungan<br />
Jangan kau palingkan matamu dari mereka, karena<br />
Mereka adalah bintang -bintang yang jika tenggelam satu bintang terbitlah yang lain<br />
Demi ALLAH, jika bukan karena Allah tak jelaslah petunjuk <br />
Dan tak berkeliplah bintang untuk kita dari ketersembunyiannya di langit....<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com/ </a><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-8944163520217545252011-03-23T15:34:00.000-07:002011-03-23T15:34:12.369-07:00ROSULULLOH MUHAMMAD SAW, SANG MUTIARA.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">ALLOHUMMA SOLLIY 'ALA SAYYIDINA WA MAULANA MUHAMMAD...<br />
BACALAH dan RENUNGKANLAH...!<br />
<br />
Rosululloh Muhammad SAW, ia manusia mutiara yg memilih hidup sebagai jelata Tidak pernah makan kenyang lebih dari tiga hari, karena sesudah hari kedua ia tak punya makanan lagi. Ia menjahit bajunya sendiri dan menambal sandalnya sendiri. Panjang rumahnya 4,80 m, lebar 4,62 m. Ia manusia yang paling dicintai Tuhan dan paling mencintai Tuhan, tetapi oleh Tuhan orang kampung Thaif diizinkan melemparinya dengan batu yang membuat jidatnya berdarah. Ia bahkan dibiarkan oleh Tuhan sakit sangat panas badan oleh racun Zaenab wanita Yahudi. Muhammad SAW dijamin surganya, tetapi ia selalu takut kepada Tuhan sehingga menangis di setiap sujudnya.<br />
<br />
Sayyidina Umar bin Khaththab r.a. menemui Rasulullah SAW di kamar beliau, lalu beliau mendapati Rosululloh tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah lapuk. Jejak tikar itu membekas di belikat... beliau, sebuah bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan jalur kulit samakan membekas di kepala beliau. Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit).<br />
<br />
Air mata syyidina ‘Umar bin Khaththab r.a. meleleh. Ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi pimpinan tertinggi umat Islam itu. Rasulullah SAW melihat air mata ‘Umar r.a. yang berjatuhan, lalu bertanya “Apa yang membuatmu menangis, Ibnu Khaththab?”<br />
<br />
‘Umar r.a. menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan Kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”<br />
<br />
Lalu Rasulullah SAW menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?”<br />
<br />
‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)<br />
<br />
Dalam riwayat lain disebutkan: ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini.” Lalu, Rasulullah SAW menjawab dengan khusyuk dan merendah diri, “Apa urusanku dengan dunia? perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)<br />
<br />
Anas bin Malik, pelayan Rasulullah pernah memperlihatkan kepadaku (Zaid bin Tsabit) tempat minum Rasulullah yang terbuat dari kayu keras yang dipatri dengan besi, dengan gelas kayu itulah Rasulullah minum air, perasan kurma, madu dan susu. (HR.Tarmidzi)<br />
<br />
Sedangkan perabotan lain yang tampak adalah baju besi yang biasa dipakai saat beliau perang. Akan tetapi tak lama sebelum beliau meninggal, baju itu digadaikan kepada seorang Yahudi dengan 30 sha' gandum. Seperti yang diceritakan Aisyah, ketika beliau wafat, baju itu berada di tangan Yahudi dan belum ditebusnya.<br />
<br />
Anas bin Malik berkata, "Tidak pernah Rasulullah duduk menghadapi meja makan yang penuh hidangan, sampai beliau wafat. Dan tidak pernah beliau makan roti enak dan lembut sampai wafat" (HR.Bukhari)<br />
<br />
Kehidupan sehari-hari di rumah Rasulullah dipenuhi dengan kedamaian, ketentraman, dan keharmonisan, walaupun rumah itu jauh dari kemewahan dan keberadaan.<br />
<br />
ALLOHUMMA SOLLIY "ALA SAYYIDINA WA MAULANA MUHAMMAD....<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com/ </a> </div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-46877867710218659182011-03-23T15:32:00.001-07:002011-03-23T15:32:45.835-07:00AL HABIB AHMAD BIN UMAR BIN SUMAITH.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">AL HABIB AHMAD BIN UMAR BIN SUMAITH BERKATA DALAM SYAIRNYA :<br />
<br />
Tak ada yang seperti ilmu sama sekali<br />
Pergilah kepadanya dan datangilah<br />
Dalam majelis ilmu terdapat rahasia<br />
Dengannya dosa kita digugurkan<br />
Barangsiapa menuntut ilmu kan beruntung<br />
Mencapai tingkatan yang tak terturunkan<br />
Rezeki mendatanginya ( orang berilmu) mudah<br />
Walau kelaparan meliputi manusia<br />
Dan ilmu perisai kuat<br />
Dari kejelekan yang datang menyerangnya<br />
Bagi pencarinya dengan niat<br />
Yang tak bercampur dengan sesuatu<br />
Wahai dia yang bodoh akan kedudukannya, dengarkanlah<br />
Tak ada yang seperti ( ilmu ) tak ada dan tak ada<br />
Jika kau menginginkannya keberuntungan darinya<br />
Dan memberikan rezeki kepadamu<br />
Maka jadilah, bergegas di pagi hari seperti burung gagak <br />
Dan bershabat seperti kucing<br />
Lalu bersbarlah seperti anjing<br />
Itulah syarat bagi keberhasilanmu....<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com/ </a> </div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-57925986931310605132011-03-23T15:31:00.000-07:002011-03-23T15:31:01.097-07:00Kisah Rasulullah SAW dan dua orang sahabatnya.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> " Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.<br />
<br />
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.<br />
<br />
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”<br />
<br />
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.<br />
<br />
Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.<br />
<br />
Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”<br />
<br />
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”<br />
<br />
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.<br />
<br />
Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”<br />
<br />
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”<br />
<br />
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.<br />
<br />
Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”<br />
<br />
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.<br />
<br />
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.<br />
<br />
“Apa ini?!” tanya Rasulullah<br />
<br />
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.<br />
<br />
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.<br />
<br />
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”<br />
<br />
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”<br />
<br />
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”<br />
<br />
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”<br />
<br />
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!<br />
<br />
Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!”<br />
<br />
“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”<br />
<br />
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!”<br />
<br />
Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”<br />
<br />
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!”<br />
<br />
“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka.<br />
<br />
Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.<br />
<br />
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”<br />
<br />
…<br />
<br />
Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”<br />
<br />
Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”<br />
<br />
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.<br />
<br />
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka.<br />
<br />
Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah, “Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu.” (HR. Bukhari)<br />
semoga menjadi ibrah(pelajaran) untuk kita semua dan menumbuhkan lg ketaqwaan kepada Allah ta.ala.<br />
<a href="http://www.blogger.com/goog_682962169"><br />
</a><br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com/ </a><br />
</div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-28726033378348178782011-03-23T15:28:00.001-07:002011-03-23T15:28:47.337-07:00Belajarlah Mencintai Jilbabmu.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh<br />
<br />
Duhai jilbab yang masih terlipat, jadilah perisai dan tabir untuk diriku, Mengukir simbol kehormatan dan kesucianku, Menjelmalah laksana rumah berjalan untukku, Dan kusematkan setangkai cinta untukmu…<br />
Jadikanlah jilbab seperti bagian dari dirimu, yang jika tanpanya, engkau merasa tidak sempurna. Jadikanlah dia penutup auratmu yang lebih baik dari sekedar pakaianmu. Jadikanlah dia sebagai lambang rasa malumu yang akan memancarkan wibawamu. Jadikanlah dia sebagai simbol kehormatan dan kesucianmu yang harus engkau jaga sebaik-baiknya. Maka dengan begitu, engkau akan mencintainya tanpa engkau sadari bahwa engkau telah mencintainya.<br />
<br />
Yang Cantik yang Berjilbab<br />
<br />
Tak ada ajaran yang lebih memuliakan wanita daripada Islam. Dalam Islam, wanita ditempatkan sebagai makhluk yang sangat mulia. Dan Islam sangat menjaga kehormatan juga kesucian seorang wanita. Namun, di belantara fitnah saat ini, wanita yang berkomitmen untuk menjaga kesucian dirinya karena masih menjadi kaum minoritas, seringkali mendapat cemoohan, sindiran, dan cibiran dari kaum mayoritas yang awam. Bahkan, ada yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang –dengan tidak disadari oleh akal sehatnya telah menjerumuskan kaum wanita kepada lembah kehinaan yang bersampul keadilan. Wal’iyyadzubillah.<br />
Mereka berteriak-teriak di jalanan, di media-media massa dan elektronik mengenai kesetaraan gender, keadilan terhadap hak asasi manusia, dan harkat serta martabat kaum wanita. Mereka menginginkan para wanita mereka berpakaian seronok supaya diterima oleh masyarakat –yang rusak akalnya–, mereka mencoba mengafiliasi budaya barat dengan budaya timur agar mereka dinobatkan sebagai wanita modern, wanita masa kini, wanita fashionable. Ketahuilah olehmu wahai saudariku, mereka inilah setan berwujud manusia yang pernah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya, artinya,<br />
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia…” (Qs. Al-An’aam: 112)<br />
Allah Ta’ala memaksudkan perkataan yang indah dalam ayat di atas adalah perkataan yang sebenarnya bathil, tetapi pemiliknya menghiasi perkataan tersebut semampunya, kemudian melontarkannya kepada pendengaran orang-orang yang tertipu, sehingga akhirnya mereka terpedaya. (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa)<br />
<br />
Wanita shalihah yang kecantikannya ibarat mutiara yang terbenam dalam lumpur, masih menjadi kaum minor di kalangan masyarakat yang sudah mulai terpengaruh dengan eksistensi kaum liberal, permisif dan hedonis masa kini. Merekalah para wanita perindu Surga yang selalu nyaman tinggal di istananya. Merekalah para bidadari yang bersembunyi di balik tabir, kain longgar, dan lebarnya kerudung. Ketika orang mendatanginya, ia begitu khawatir jika keindahannya terlihat, dan dia tidak mungkin menjumpai tamunya dalam busana ala kadarnya yang bisa menampakkan ’simpanan berharga’nya. Mereka masih dan akan selalu menjadi misteri bagi para lelaki asing di luar sana. Tetapi mereka berubah bagai bidadari jika bertemu dengan kekasih hati yang telah menjadi suaminya.<br />
<br />
Tahukah engkau siapa kekasih hati sang bidadari..? Hanyalah lelaki shalih yang berani mendamba dirinya dan hanya lelaki shalih yang memiliki nyali mempersuntingnya sekaligus meminangnya menjadi belahan hati. Sedangkan lelaki hidung belang, miskin agama, dan kurang bermoral hanya akan mendekati ‘daging-daging’ yang dijual bebas di pasaran. Para wanita yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan, di mal-mal, di tempat-tempat dugem, dan yang sejenisnya. Sekalipun mereka tidak merasa atau tidak berniat ‘menjual diri’ mereka, akan tetapi pada hakikatnya jika mereka mau menyadari, merekalah ‘mangsa’ empuk para serigala manusia yang kelaparan. Maka saudariku, manakah yang lebih engkau sukai, si cantik yang diobral murah? Ataukah si shalihah yang penuh rahasia?<br />
<br />
Fenomena Jilbab Gaul, Berpakaian Tapi Telanjang<br />
Belakangan ini, merebak trend jilbab gaul atau kudung gaul. Anggotanya mulai dari anak-anak remaja hingga ibu-ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan pengajian. Kalau mereka ditanya, “Jilbab apa ini namanya?” Mereka akan menjawab dengan dengan pede-nya, “Jilbab gaul..!”<br />
Jilbab gaul ini digandrungi karena alasan modisnya. Peminatnya adalah para wanita yang sudah terlanjur berjilbab tapi tetap ingin tampil modis dan trendi. Mereka ingin celana jeans, kaos-kaos ketat dan pakaian-pakaian minim mereka masih bisa terpakai, meskipun mereka sudah berjilbab. Walhasil, para desainer kawakan yang minim akan ilmu agama, mencoba mengotak-atik ketentuan jilbab syar’i dan mewarnainya sesuka hati dengan berkiblat kepada trend mode di wilayah barat. Mereka tidak segan-segan membawakan semboyan, “Jilbab modis dan syar’i” atau “Jilbab muslimah masa kini, modis dan trendi” atau semboyan-semboyan lain yang membuat kacau pikiran dan hati para gadis remaja.<br />
Sekarang, mari kita simak peringatan yang pernah disampaikan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu:<br />
<br />
(1) suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia;<br />
(2) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk.<br />
<br />
Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” ( Muslim dan Ahmad)<br />
Siapakah itu wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang? Mereka adalah para wanita yang pakaiannya tipis, transparan dan ketat, sehingga kemolekan tubuhnya terlihat. Mereka berpakaian secara zhahir (nyata), namun sebenarnya mereka bertelanjang. Karena tidak ada bedanya ketika mereka berpakaian maupun ketika mereka tidak berpakaian, sebab pakaian yang mereka kenakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, yakni menutupi aurat. Dan mereka adalah wanita-wanita yang menyimpang dari keta’atan kepada Allah dalam hal menjaga kemaluan serta menutupi diri mereka dari para lelaki yang bukan mahramnya. (Al-Jannatu Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa)<br />
Tentu engkau tidak ingin menjadi salah satu wanita yang disebutkan dalam hadits di atas bukan? Tentu engkau ingin menjadi wanita penghuni Surga yang jumlahnya hanya sedikit itu bukan? Jadi jangan sampai kehabisan tempat. Persiapkanlah tempatmu di Surga nanti mulai dari sekarang!<br />
Akhirnya…<br />
<br />
Apabila Allah telah mengadakan suatu ketentuan, maka sudah pasti dalam ketentuan itu terkandung kebaikan yang amat besar. Maka dengan meragukan ketentuan dan perintah-Nya, engkau telah melewatkan banyak kebaikan yang seharusnya engkau dapatkan. Coba engkau simak firman Allah yang berbunyi,<br />
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 36)<br />
<br />
Alasan apapun yang masih tersimpan dihatimu untuk tidak melaksanakan perintah berjilbab ini, janganlah engkau dengarkan dan engkau turuti. Semua itu hanyalah was-was setan yang dihembuskannya ke dalam hati-hati manusia, termasuk ke dalam hatimu.<br />
Bersegeralah menuju jalan ketakwaan, karena dengan begitu engkau akan melihat sosok lain yang jauh lebih baik dari dirimu pada hari ini. Engkau akan dengan segera mendapati rentetan kasih sayang Allah yang tidak pernah engkau sangka-sangka sebelumnya. Jadi, apa lagi yang kau tunggu? Bentangkanlah jilbabmu dan tutupilah cantikmu. Belajarlah menghargai dirimu sendiri dengan menjaga jilbabmu, maka dengan begitu orang lain pun akan ikut menghargai dirimu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya,<br />
“Barang siapa di antara kalian mampu membuat perlindungan diri dari api Neraka meskipun hanya dengan sebiji kurma, maka lakukanlah.” (Dari jalan ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu)<br />
<br />
Ku susun risalah ini sebagai bentuk kasih sayang terhadapmu sembari terus berdo’a semoga Allah membuka hatimu untuk menerima ‘kado istimewa’ ini dengan ikhlas. Bukan karena apa maupun karena siapa, tapi karena semata-mata engkau mengharapkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap dirimu. Semoga risalah yang hanya mengharap Wajah Allah ini dapat mengetuk pintu yang tertutup dan membangunkan nurani yang lama tertidur lelap, sehingga membangkitkan semangat untuk bersegera menuju ketaatan kepada Allah. Semoga Allah memasukkan dirimu, diriku, dan seluruh kaum muslimin yang berpegang teguh dalam tali agama Allah ke dalam golongan orang-orang yang ditunjuki jalan yang lurus. Wallahul musta’an.<br />
<br />
semoga bermanfa'at<br />
<br />
<br />
<a href="http://sahabat-muslim99.blogspot.com/">http://sahabat-muslim99.blogspot.com/</a> </div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-9339483721479183662011-01-30T21:17:00.001-08:002011-01-30T21:17:17.081-08:00Ringan dalam lisan berat dalam timbangan.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda: ``Ada buah kalimat yg ringan di lisan namun berat di timbangan,& keduannya dicintai ar-Rahman,yaitu 'Subhanallahil wahamdihi, Subhanallahil 'adhzim'. `` {HR Bukhari dan M...uslim}<br />
<br />
Syaikh al-Utsaimin rahimahullah menerangkan, ``Kedua kalimat ini merupakan penyebab kecintaan Allah kepada seorang hamba.`` Beliau berpesan, ``Wahai hamba Allah,sering"lah mengucapkan dua kalimat ini.Ucapkanlah keduannya secara kontinyu,karena kedua kalimat ini berat di dalam timbangan (amal) & dicintai ar-Rahman,sedangkan keduanya sama sekali tidak merugikanmu sedikitpun sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan, subhanallahil wabihamdi, subhanallahil 'adhzim'. Maka sudah semestinya setiap insan mengucapkan dzikir itu & memperbanyaknya. Di dalam hadist ini Rasulullah saw menyebut nama Allah dg nama-Nya ar-Rahman -Yang Maha Pemurah-.<br />
<br />
Hikmahnya adalah wallahu a'lam- karena itu menujukkan keluasan kasih sayang Allah ta'ala.Sebagai contohnya,di dalam hadist ini diberitakan bahwa Allah berkenan memberikan balasan pahala yg banyak walaupun amal yg dilakukan hanya sedikit. Subhanallahil wabihamdih Maka ucapan subhanallah -Maha Suci Allah- adalah; anda menyucikan Allah ta'ala dari segala aib & kekurangan & anda menyatakan bahwa Allah Maha Sempurna dari segala sisi.Hal itu diiringi dg pujian kepada Allah -wabihamdih- yg menunjukkan kesempurnaan karunia & kebaikan yg dilimpahkan-Nya kepada makhluk serta kesempurnaan hikmah & ilmu-Nya.<br />
<br />
Apabila telah terpatri dalam diri seorang hamba mengenai pengakuan & keyakinan terhadap kesucian pada diri Allah dari segala kekurangan & aib,maka secara otomatis akan terpatri pula di dalam jiwanya bahwa Allah adalah Sang pemilik berbagai kesempurnaan sehingga yakinlah dirinya bahwa Allah adalah Rabb bagi makhluk-Nya.Sedangkan keesaan Allah dalam hal rububiyah tersebut merupakan hujjah/ argumen yg mewajibkan manusia untuk mengtauhidkan Allah dalam hal ibadah -tauhid uluhiyah-.<br />
<br />
Dengan demikian maka kalimat ini mengandung penetapan kedua macam tauhid tersebut -rubibiyah & uluhiyah- Makna pujian kepada Allah Al-Hamdu,atau pujian adalah sanjungan kepada Allah dikarenakan sifat"Nya yg sempurna,nikmat"-Nya yg melimpah ruah,kedermawanan-Nya kepada hamba-Nya. Allah ta'ala memiliki nama,sifat & perbuatan yg sempurna.Semua nama Allah adalah yg terindah dam mulia,tidak ada nama Allah yg tercela.<br />
<br />
Demikian pula dalam hal sifat"-Nya adalah sifat yg sempurna dari segala sisi.Perbuatan Allah juga senantiasa terpuji,karena perbuatan-Nya berkisar antara menegakkan keadilan & memberikan keutamaan.Bagaimana pun keadaannya Allah senantiasa terpuji. Syakh al-Utsaimin rahimahullah berkata, ``al-Hamdu adalah mensifati sesuatu yg terpuji dg sifat" sempurna yg diiringi oleh kecintaan & pengagung -dari yg memuji-,kesempurnaan dalam hal dzat,sifat,maupun perbuatan"Nya. {Tafsir Jus 'Amma, hal 10} Subhanallahil 'adhzim' Makna ucapan ini adalah tidak ada sesuatu yg lebih agung & berkuasa melebihi kekuasaan Allah ta'ala & tidak ada yg lebih dalam ilmunya daripada-Nya.<br />
<br />
Maka Allah ta'ala itu Maha agung dg dzat & sifat"Nya. Hal itu menunjukkan keagungan,kemuliaan,& kekuasaan Allah ta'ala,inilah sifat" yg dimiliki oleh-Nya.Di dalam bacaan dzikir ini tergabung antara pujian & pengagungan yg mengadung perasaan harap & takut kepada Allah ta'ala. Semoga bermanfaat buat ana dan antum sekalian. Syukran Salam ukhuwah . . . . </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://muslim-lspm.blogspot.com%20/">http://muslim-lspm.blogspot.com </a></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-80330369177790247972011-01-30T21:14:00.000-08:002011-01-30T21:14:54.694-08:00Habib Muhammad bin Hadi Assegaf dari kota Seiwun Hadramaut.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="GBThreadMessageRow_Body_Content"> Habib Muhammad bin Hadi Assegaf dari kota Seiwun Hadramaut (Allahu Yardho anhu fi hayatih. Amin), bercerita :<br />
<br />
Pada suatu saat seorang laki laki biasa dan sederhana, bukan dari golongan terhormat, ningrat apalagi golongan darah biru. Bukan dari dari golongan keluarga kaya apalagi dari keluarga penguasa, tetapi dari golongan biasa yang menerima jalan kehidupannya dan menikmatinya menuju satu tujuan yang dijanjikan Tuhannya lewat apa yg disampaikan UtusanNya, berjalan dimuka bumi mengerjakan seperti apa yg menjadi rutinitasnya sehari harinya.<br />
<br />
Suatu hari saat dia berjalan melewati satu lorong jalan di sebuah perkampungan perumahan langkahnya dihentikan oleh penglihatannya dan pendengarannya. Dia melihat pada satu bangunan rumah yg besar yg dipenuhi banyak orang yg berpakaian serba putih dan dari situ terdengar adanya uraian pimbicaraan ilmu.<br />
<br />
"Ooh ada majlis ilmu rupanya", dia bergumam, "lebih baik saya ikut bergabung bersama mereka mudah mudahan aku akan mendapatkan kebaikan dan keberkahan", bathinnya berkata.<br />
<br />
Lalu diapun melangkah memasuki majlis itu dan duduk bergabung dgn orang yg sudah hadir disitu yg sedang khusuk menyimak uraian uraian yg sedang disampaikan.<br />
<br />
Terdengar seorang diantara beberapa orang yg duduk didepan berbicara memberikan uraian, yg katanya :<br />
<br />
"Al alaamah al wali Al habib Fulan bin fulan bin fulan adalah ulama yg besar, yg memiliki karomah yg luar biasa, beliau bisa berjalan diatas air, ibadah beliau dalam satu malam 200 rakaat dan berpuasa selama 20 tahun dan banyak lagi ibadah beliau yg lainnya. Masya Allah....... Serentak yg hadiir bergumam ta'jub..... Begitupun laki laki itu ta'jub dan penasaran ingin tahu siapa gerangan yg diceritakan, lalu bertanya "Masya Allah Siapakah beliau gerangan<br />
<br />
ya tuan ?" Terdengar jawaban dari beberapa orang yg didepan bersamaan...."Jaddaanaa !!!" itu kakek kami, leluhur kami. Laki-laki mangut2 ta'jub.<br />
<br />
Lalu ustad lain melanjutkan uraian : Al imam Al alaamah Syech As Sayyid fulan bin fulan bin fulan belaiu adalah ulama sholeh yg terkenal dijamannya, beliau tidak tidur selama 30 tahun, setiap minggunya beliau 3 kali menghatamkan Alqur'an, setiap malamnya berdzikir sebanyak 150 ribu kali. Masya Allah........... Yg hadir terkagum ta'jub.<br />
<br />
Laki laki itu bertanya lagi ingin tahu......"Siapakah beliau tuan ?.......kontan terdengar jawaban dari mereka " Jaddaana " begitupun Habib fulan bin fulan, dan habib fulan bin fulan. Itu kakek2 kami, para leluhur kami semua, kami adalah dari keturunan orang2 terhormat. Kakek2 kami adalah para wali. Masya Allah .....saut laki laki itu.....lalu ia pun berkata lagi Kalian semua adalah dari keturunan orang orang mulya ? " Ya " mereka menjawab. Tiba tiba laki laki itu menengadahkan wajahnya dan mengangkat tangan dan berkata dengan suara keras dan lantang :<br />
<br />
" Ya Allah....... Alhamdulillah aku bersyukur atas RahmatMu..... Engkau jadikan dimuka bumi ini bukan dari ketururunan orang2 yg mulya tp Kau jadikan diriku dari gololongan orang2 biasa. Seandainya Kau jadikan dari keturunan mereka orang2 yg mulya, maka aku akan meminta dan memohon kepadaMu untuk membinasakan diriku secepatnya agar aku selamat dari fitnahnya orang2 yg telah memulyakan Engkau Ya Allah...... karena aku takut aku menghinakan mereka bukan memulyakan mereka, aku hanya pandai membanggakan kebaikan mereka bukan meniru mengikuti amal kebaikan mereka, aku takut hanya dapat mengandalkan nama besar mereka bukan menghidupkan amal kebaikan mereka, nama mereka mulya dan dihormati karena pengorbanan dan amal kebaikan mereka yg ikhlas sedangkan aku hanya minta dimulyakan dan di hormati karena merasa keturunan mereka, pangkat yg mereka dapatkan adalah pemberian dari ketulus ikhlasan dan akhlak adab mereka yang luhur, sedangkan aku menaruh pangkat mereka dibelakang namaku sebagai nasab agar aku dihormati seperti orang2 menhormati mereka.<br />
<br />
Alhamdulillah..... Ya Allah aku bersyukur Engkau jadikan diriku dari kakek2ku para leluhurku yg gelar dan pangkatnya serta amal2 kebaikannya yg tersembunyi di sisiMu yg aku tdk bisa membanggakannya.<br />
<br />
Ya Allah jadikanlah keturunan2ku bukan dr golongan yg hanya dapat membanggakan para leluhurnya tp jadikanlah mereka keturunanku dr golongan yg dapat meneruskan dan meniru jejak amal2 kebaikan leluhurnya.<br />
<br />
Amin Ya Robbal alamin.<br />
<br />
Setelah selesai berdoa lalu mengusapkan kedua belah telapak tangannya, laki laki itu berdiri lalu pergi meninggalkan majlis itu.<br />
<br />
Ini bahan renungan buat kita dan sebagai pertanyaan utk kit sendiri, dimanakah kita berada? apakah kita berada disisi yg mengikuti jejak langkah mereka para sholihin atau kita berada disisi yg menghinakan mereka......???????????<br />
<br />
Allahu Yubarrik lana wa lakum jamiean, laahaula walaa quwwata illa billahil aliyyil adhim.<br />
<br />
Allahumma sholli alaa sayyidina Muhammad wa alaa alihi sayyidina Muhammad wa shohbih. </div><div class="GBThreadMessageRow_Body_Content"> </div><div class="GBThreadMessageRow_Body_Content"><a href="http://muslim-lspm.blogspot.com/">http://muslim-lspm.blogspot.com</a> </div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-64781910879421879482011-01-21T00:27:00.000-08:002011-01-21T00:31:19.810-08:00Mulut Dapat Membawamu Ke Neraka.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Ada delapan perkara bahayanya ucapan dari mulut yang niscaya akan menuntunmu masuk ke dalam api neraka. Jika lisan adalah dua mata pisau, maka pergunakanlah lisan dengan sebaik-baiknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lidah memang diciptakan oleh Allah tidak bertulang, agar manusia dapat berucap dengan sempurna. Akan tetapi sering sekali orang bilang “lidah memang tidak bertulang, wajar saja jika berbohong” Jika memang seperti itu adanya, bagaimana jika Allah menciptakan lidah dengan bertulang agar manusia tidak lagi berdusta? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lisan merupakan karunia yang sangat 'mahal' dan vital bagi manusia. Tanpa lisan, barangkali hidup bagi manusia tiada artinya. Dengan lisan, manusia dapat mengenal rasa dan dapat berbicara dengan sesama.</div><div style="text-align: justify;">Dengan lisan pula manusia dapat berkomunikasi tanpa mengalami kesusahan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selain itu, manusia bisa juga mulia dengan lisannya tersebut. Begitupun sebaliknya, manusia bisa hina karena lisannya. Hina, karena tidak bisa menggunakannya sesuai kehendak dan aturan-aturan yang ditetapkan penciptanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan kita untuk selalu menjaga lisan. Bahkan Rasulullah juga sering mengecam orang yang tidak pandai menjaga lisannya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah pernah berpesan: ”Barang siapa yang diam (tidak banyak bicara) maka dia akan selamat” (H.R. At-Tarmizi). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hadits lain disebutkan, Al-Ma’shum Saw. juga pernah berwasiat: “Barang siapa yang bisa menjamin (keselamatan) antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj) maka aku menjamin baginya surga” (H.R. Bukhari). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lisan ibarat pisau bermata dua, bila digunakan pada hal-hal yang baik maka akan mendatangkan kemaslahatan (kebaikan). Namun sebaliknya, bila digunakan pada hal-hal yang buruk, kemudhratan pun akan mengiringinya.</div><div style="text-align: justify;">Tidak hanya penyakit hati yang dapat menjangkit pada manusia, namun penyakit lisan pun dapat menjangkit pada manusia. Berikut diantaranya penyakit lisan yang harus dihindari:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>1. Pembicaraan yang tidak Bermanfaat</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya” (H.R. At-Tarmizi). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang dimaksud dengan “tidak bermanfaat” dalam hadits tersebut antara lain, muncul melalui lisan seperti ghibah, fitnah, menggunjing, berbohong dll. Padahal, pembicaraan yang tidak berarti sama sekali hanya membuang-buang waktu, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Banyak orang yang tidak mengetahui batasan-batasan perkataan yang bermanfaat ataupun tidak bermanfaat, sehingga mengakibatkan kebiasaan baginya. Pada akhirnya nanti, kebiasaan yang tidak diketahui baik-buruknya itu sulit untuk merubahnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Secara singkat mungkin bisa kita katakan bahwa batasan baik atau buruknya perkataan seorang adalah diamnya, tidak mengakibatkan celaka bagi orang lain dan tidak mengakibatkan rugi terhadap dirinya sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>2. Perdebatan dan Pertengkaran</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perdebatan dan pertengkaran acapkali berbuntut pada perpecahan. Makanya, Rasulullah Saw. melarang umatnya yang suka perdebatan seraya bertutur: </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tidaklah sesat suatu kaum (dahulu) setelah Allah menunjuki mereka, kecuali karena mereka suka berdebat atau bertengkar” (H.T. At-Tarmizi). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam sabdanya yang lain, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Tidak sempurna iman seorang hamba hingga dia meninggalkan pertikaian dan perdebatan walaupun dia dalam posisi benar” (H.R. Ibnu Abi ad-Dunya).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>3. Suka Melaknat</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Marah sering kali membawa seseorang lupa diri, sehingga kata-kata yang terucap dari kedua bibirnya mengakibatkan tidak terkendali. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>4. Bercanda yang Berlebihan</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sejatinya canda itu lebih identik dilarang oleh Raulullah Saw. kecuali pada hal-hal yang sewajarnya. </div><div style="text-align: justify;">Sabda Rasulullah: “Jangan kamu mendebat saudaramu dan jangan kamu mencandainya” (H.R. At-Tarmizi). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Artinya, canda terhadap sesama selama dalam batas-batas yang wajar tidaklah dilarang. Akan tetapi, yang sering terjadi ketika canda sudah melebihi batas, sehingga aib sesama tidak jarang terbongkar gara-gara canda yang berlebihan. Imbasnya, berbuntut pada putusnya hubungan silaturahmi bahkan teman bisa menjadi lawan hanya karena canda yang berlebihan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>5. Mengejek dan Mencemoohkan orang lain</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi orang (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain, karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). (Q.S. Al-Hujurat: 11). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>6.Ghibah (gosip)</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Secara singkat, ghibah (gosip) bisa diartikan dengan menyebut atau menceritakan hal yang tidak baik dari pribadi seseorang. Sehingga, jika yang diceritakan mengetahuinya akan mnimbulkan permusuhan diantara keduanya. Biasanya, sesorang yang suka mengghibah tidak akan tenang jika melihat orang bahagia, senang dan gembira. </div><div style="text-align: justify;"><b><br />
7.Namimah (mengadu domba)</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbeda dengan namimah (adu domba), ghibah lebih kepada ingin melaga antara dua orang yang awalnya bersahabat akhirnya bermusuhan. Adu domba tidak saja dari perkataan, namun bisa juga dengan isyarat atau surat dsb. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sabda Nabi Saw.”Tidakkah kamu ingin aku beritahukan orang yang paling jahat diantara kamu? Kata sahabat: “tentu wahai Rasulullah” kemudian nabi menyebutkan adu domba salah satunya.” (HR. Ahmad dari Abu Malik al-Asy’ari)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>8.Memuji berlebihan</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Adalah sifat manusia ingin selalu dipuji. Namun, terkadang yang memuji terlalu berlebihan sehingga sampai pada batas dusta. Pernah seorang sahabat memuji sahabat yang lain (dengan berlebihan), lalu Nabi Saw. mendengarnya seraya berkata ”Celakalah engkau, karena engkau (seolah-olah) telah memotong leher saudaramu, sekalipun dia senang mendengar apa yang kau ceritakan.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika lisan adalah dua mata pisau, maka pergunakanlah lisan dengan sebaik-baiknya jangan sampai ada hati yang tersayat oleh ucapan kita, jangan sampai ada hati yang terluka karena perkataan kita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semoga Bermanfaat, Wassalam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><a href="http://muslim-lspm.blogspot.com%20/">http://muslim-lspm.blogspot.com </a></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-73183919360895316092011-01-20T23:57:00.000-08:002011-01-21T00:03:02.179-08:00KH. Muhammad Dimyati Al Bantani.:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">KH Muhammad Dimyati Al Bantani atau dikenal dengan Abuya Dimyati adalah sosok yang kharismatis. Beliau dikenal sebagai pengamal tarekat Syadziliyah dan melahirkan banyak santri berkelas. Mbah Dim begitu orang memangilnya. Nama lengkapnya</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin. Dikenal sebagai ulama yang sangat kharismatik. Muridnya ribuan dan tersebar hingga mancanegara.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Abuya dimyati orang Jakarta biasa menyapa, dikenal sebagai sosok yang sederhana dan tidak kenal menyerah. Hampir seluruh kehidupannya didedikasikan untuk ilmu dan dakwah.</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Menelusuri kehidupan ulama Banten ini seperti melihat warna-warni dunia sufistik. Perjalanan spiritualnya dengan beberapa guru sufi seperti Kiai Dalhar Watucongol. Perjuangannya yang patut diteladani. Bagi masyarakat Pandeglang Provinsi Banten Mbah Dim sosok sesepuh yang sulit tergantikan. Lahir sekitar tahun 1925 dikenal pribadi bersahaja dan penganut tarekat yang disegani.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPgdF5bqZRxMCktC7N-ol-6qlGzV-IkPxU2eUQN6EXto7iUJ1qDTwQThWR7N_JmI6Tzhfm2HKl5rBpBNP6TLxg5IyeGvJV-fp8JAefk76zSpd6Jk-TFZomD5b6Q-0ELQCXZHpItVSqGD8/s1600/KH.+Abdullah+Dimyati+Banten.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPgdF5bqZRxMCktC7N-ol-6qlGzV-IkPxU2eUQN6EXto7iUJ1qDTwQThWR7N_JmI6Tzhfm2HKl5rBpBNP6TLxg5IyeGvJV-fp8JAefk76zSpd6Jk-TFZomD5b6Q-0ELQCXZHpItVSqGD8/s1600/KH.+Abdullah+Dimyati+Banten.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>KH. Muhammad Dimyati Al Bantani</b></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Abuya Dimyati juga kesohor sebagai guru pesantren dan penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah. Pondoknya di Cidahu, Pandeglang, Banten tidak pernah sepi dari para tamu maupun pencari ilmu. Bahkan menjadi tempat rujukan santri, pejabat hingga kiai. Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten. Abuya Dimyati dikenal sosok ulama yang mumpuni. Bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf. Abuya dikenal sebagai penganut tarekat </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Qodiriyyah Wan </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Naqsabandiyyah.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tidak salah kalau sampai sekarang telah mempunyai ribuan murid. Mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri. Sewaktu masih hidup , pesantrennya tidak pernah sepi dari kegiatan mengaji. Bahkan Mbah Dim mempunyai majelis khusus yang namanya Majelis Seng. Hal ini diambil Dijuluki seperti ini karena tiap dinding dari tempat pengajian sebagian besar terbuat dari seng. Di tempat ini pula Abuya Dimyati menerima tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintah maupun para petinggi negeri. Majelis Seng inilah yang kemudian dipakainya untuk pengajian sehari-hari semenjak kebakaran hingga sampai wafatnya.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lahir dari pasangan H.Amin dan Hj. Ruqayah sejak kecil memang sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya. Beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren seperti Pesantren Cadasari, Kadupeseng Pandeglang. Kemudian ke pesantren di Plamunan hingga Pleret Cirebon.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantani. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’. Karena, kewira’i annya di setiap pesantren yang disinggahinya selalu ada peningkatan santri mengaji.</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
<u>Jalan Spritual</u></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyati ini menempuh jalan spiritual yang unik. Dalam setiap perjalanan menuntut ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain selalu dengan kegiatan Abuya mengaji dan mengajar. Hal inipun diterapkan kepada para santri. Dikenal sebagai ulama yang komplet karena tidak hanya mampu mengajar kitab tetapi juga dalam ilmu seni kaligrafi atau khat. Dalam seni kaligrafi ini, Abuya mengajarkan semua jenis kaligrafi seperti khufi, tsulust, diwani, diwani jally, naskhy dan lain sebagainya. Selain itu juga sangat mahir dalam ilmu membaca al Quran.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Bagi Abuya hidup adalah Tidak salah kalau KH Dimyati , Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah pernah berucap bahwa belum pernah seorang kiai yang ibadahnya luar biasa. Menurutnya selama berada di kaliwungu tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Sejak pukul 6 pagi usdah mengajar hingga jam 11.30. setelah istirahat sejenak selepas Dzuhur langsung mengajar lagi hingga Ashar. Selesai sholat ashar mengajar lagi hingga Maghrib. Kemudian wirid hingga Isya. Sehabis itu mengaji lagi hingga pukul: 24 malam. Setelah itu melakukan qiyamul lail hingga subuh.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di sisi lain ada sebuah kisah menarik. Ketika bermaksud mengaji di KH Baidlowi, Lasem. Ketika bertemu dengannya, Abuya malah disuruh pulang. Namun Abuya justru semakin mengebu-gebu untuk menuntut ilmu. Sampai akhirnya kiai Khasrtimatik itu menjawab, “Saya tidak punya ilmu apa-apa.” Sampai pada satu kesempatan, Abuya Dimyati memohon diwarisi thariqah. KH Baidlowio pun menjawab,” Mbah Dim, dzikir itu sudah termaktub dalam kitab, begitu pula dengan selawat, silahkan memuat sendiri saja, saya tidak bisa apa-apa, karena tarekat itu adalah sebuah wadzifah yang terdiri dari dzikir dan selawat.” Jawaban tersebut justru membuat Abuya Dimyati penasaran. Untuk kesekian kalinya dirinya memohon kepada KH Baidlowi. Pada akhirnya Kiai Baidlowi menyuruh Abuya untuk solat istikharah. Setelah melaksanakan solat tersebut sebanyak tiga kali, akhirnya Abuya mendatangi KH Baidlowi yang kemudian diijazahi Thariqat Asy Syadziliyah.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><u><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dipenjara Dan Mbah Dalhar</span></b></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mah Dim dikenal seagai salah satu orang yang sangat teguh pendiriannya. Sampai-sampai karena keteguhannya ini pernah dipenjara pada zaman Orde Baru. Pada tahun 1977 Abuya sempat difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Hal ini disebabkan Abuya sangat berbeda prinsip dengan pemerintah ketika terjadi pemilu tahun tersebut. Abuya dituduh menghasut dan anti pemerintah. Abuya pun dijatuhi vonis selama enam bulan. Namun empat bulan kemudian Abuya keluar dari penjara.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ada beberapa kitab yang dikarang oleh Abuya Dimyati. Diantaranya adalah Minhajul Ishthifa. Kitab ini isinya menguraikan tentang hidzib nashr dan hidzib ikhfa. Dikarang pada bulan Rajab H 1379/ 1959 M. Kemudian kitab Aslul Qodr yang didalamya khususiyat sahabat saat perang Badr. Tercatat pula kitab Roshnul Qodr isinya menguraikan tentang hidzib Nasr. Rochbul Qoir I dan II yang juga sama isinya yaitu menguraikan tentang hidzib Nasr.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selanjutnya kitab Bahjatul Qooalaid, Nadzam Tijanud Darori. Kemudian kitab tentang tarekat yang berjudul Al Hadiyyatul Jalaliyyah didalamnya membahas tentang tarekat Syadziliyyah. Ada cerita-cerita menarik seputar Abuya dan pertemuannya dengan para kiai besar. Disebutkan ketika bertemu dengen Kiai Dalhar Watucongol Abuya sempat kaget. Hal ini disebabkan selama 40 hari Abuya tidak pernah ditanya bahkan dipanggil oleh Kiai Dalhar. Tepat pada hari ke 40 Abuya dipanggil Mbah Dalhar. “Sampeyan mau jauh-jauh datang ke sini?” tanya kiai Dalhar. Ditanya begitu Abuya pun menjawab, “Saya mau mondok mbah.” Kemudian Kiai Dalhar pun berkata,” Perlu sampeyan ketahui, bahwa disini tidak ada ilmu, justru ilmu itu sudah ada pada diri sampeyan. Dari pada sampeyan mondok di sini buang-buang waktu, lebih baik sampeyan pulang lagi ke Banten, amalkan ilmu yang sudah ada dan syarahi kitab-kitab karangan mbah-mbahmu. Karena kitab tersebut masih perlu diperjelas dan sangat sulit dipahami oleh orang awam.”</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mendengar jawaban tersebut Abuya Dimyati menjawab, ”Tujuan saya ke sini adalah untuk mengaji, kok saya malah disuruh pulang lagi? Kalau saya disuruh mengarang kitab, kitab apa yang mampu saya karang?” Kemudian Kiai Dalhar memberi saran,”Baiklah, kalau sampeyan mau tetap di sini, saya mohon ajarkanlah ilmu sampeyan kepada santri-santri yang ada di sini dan sampeyan jangan punya teman.” Kemudian Kiai Dalhar memberi ijazah tareqat Syadziliyah kepada Abuya.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Namun, Kini, waliyullah itu telah pergi meninggalkan kita semua. Abuya Dimyati tak akan tergantikan lagi. Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00 wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH. Muhammad Dimyati bin KH. Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten dalam usia 78 tahun.</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab. Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’. Karena, kewira’i annya di setiap pesantren yang disinggahinya selalu ada peningkatan santri mengaji.</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b>Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantani. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.</b><b> </b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b><a href="http://muslim-lspm.blogspot.com/">http://muslim-lspm.blogspot.com</a> </b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4603590836117684499.post-61072726966734369262011-01-20T23:42:00.000-08:002011-01-20T23:48:38.275-08:00Syekhuna Al Alim Al Alamah Muhammad Arsyad Al Banjary (Datuk Kalampaiyan).:<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><b><u>Syekhuna Al Alim Al Alamah Muhammad Arsyad Al Banjary.:</u></b></div><br />
<b>• Riwayat Hidup</b><br />
</div><div style="text-align: justify;">Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang juga dikenal dengan nama Tuanta Salamakka dan Datuk Kalampayan, lahir di Desa Lok Gabang, Martapura, Kalimantan Selatan pada 15 Safar 1122 H, bertepatan dengan 19 Maret 1710 M. Dia merupakan putra tertua dari lima bersaudara, ayahnya bernama ‘Abd Allah dan ibunya bernama Siti Aminah. Muhammad Arsyad lahir di lingkungan keluarga yang terkenal taat beragama. Kondisi lingkungan yang baik ini mempunyai andil yang besar dalam membentuk kepribadian Muhammad Arsyad selanjutnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDTBVwheZANe6CHA7TP_iK28XYOZiCVpyg7hhVeBMgOrT2i2ttHUOOa0BSv2OewaXzzO1e8VnQpw2iZIg7kBFyVaaczg2EX4rwAyIIoH-VwZQoslQCvwtNiDx2_iGRRgsXmU6Fv-xi2zY/s1600/Syeich+Muhammad+arsyad+al+banjari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDTBVwheZANe6CHA7TP_iK28XYOZiCVpyg7hhVeBMgOrT2i2ttHUOOa0BSv2OewaXzzO1e8VnQpw2iZIg7kBFyVaaczg2EX4rwAyIIoH-VwZQoslQCvwtNiDx2_iGRRgsXmU6Fv-xi2zY/s1600/Syeich+Muhammad+arsyad+al+banjari.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Syekhuna Al Alim Al Alamah Muhammad Arsyad Al Banjary.:</b></td></tr>
</tbody></table>Ketika beliau berumur sekitar tujuh tahun, Sultan Tahlil Allah (1700-1745 M), penguasa Kesultanan Banjar pada waktu itu, meminta kepada orang tua Arsyad agar bersedia menyerahkan anaknya untuk dididik dan dibesarkan di lingkungan istana sekaligus diadopsi sebagai anak angkatnya. Keinginan ini dilakukan, karena Sultan tertarik dengan kecerdasan dan ketrampilan Arsyad muda ketika mengadakan kunjungan kerja ke Desa Lok Gabang. Meskipun ‘Abd Allah dan Aminah, orang tua Arsyad, sebetulnya merasa keberatan untuk melepaskan anak tertuanya itu untuk diadopsi sultan, namun mereka tidak kuasa untuk menolak maksud baik Sultan. Merekapun menyerahkan anaknya kepada Sultan untuk tinggal bersama anak-anak dan cucu-cucu keluarga istana. Muhammad Arsyad tinggal di lingkungan istana Kesultanan Banjar ini selama sekitar 23 tahun, karena pada umur sekitar 30 tahun dia merantau untuk menuntut ilmu di Haramain; Mekkah dan Madinah. Ia belajar di Mekkah kurang lebih 30 tahun dan belajar di Madinah kurang lebih 5 tahun. Dia kembali lagi ke Banjar pada Ramadhan 1186 H/Desember 1772. </div><br />
Sebelum berangkat untuk menuntut ilmu ke Mekkah dan Madinah, Muhammad Arsyad dikawinkan oleh Sultan dengan seorang wanita bernama Bajut yang ditinggalkannya dalam kondisi hamil. Istrinya ini melahirkan seorang bayi perempuan yang kemudian diberi nama Syarifah, ketika Muhammad Arsyad masih berada di perantauan, sibuk menggeluti pelajaran-pelajarannya. Ketika Syarifah sudah beranjak dewasa, dia (sebagai wali <i>mujbir</i>) mengawinkannya dengan sahabatnya sendiri, ‘Abd Al-Wahab Bugis, sedangkan Sultan (sebagai wali hakim) juga menikahkan dengan seseorang yang bernama Usman (permasalahan ini dibahas lebih lanjut dalam pemikiran Syekh Arsyad dalam Ilmu Falak).<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
Sekembalinya dari tanah suci, Syekh Arsyad aktif melakukan penyebaran agama Islam di wilayah Kalimantan Selatan melalui jalur pendidikan, dakwah, tulisan dan keluarga. Dalam jalur pendidikan, dia mendirikan pondok pesantren lengkap dengan sarana dan prasarananya, termasuk sistem pertanian untuk menopang kehidupan para santrinya. Dalam jalur dakwah, dia mengadakan pengajian-pengajian umum baik untuk kalangan kelas bawah maupun kalangan istana. Dalam tulisan, dia aktif menulis kitab-kitab yang bisa dibaca hingga sekarang.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Sedangkan dalam jalur keluarga, dia melakukan dakwah dengan mengawini para wanita-wanita terhormat untuk mempermudah penyebaran Islam di masyarakat, sehingga dalam catatan sejarah, ada sebelas orang isteri dalam kehidupannya. Dia mengawini para isterinya tidak bersamaan dan tidak lebih dari empat orang dalam hidupnya, tetapi apabila salah seorang isterinya meninggal, dia menikah lagi dan begitu seterusnya. Syekh Arsyad dapat berlaku bijaksana dan adil terhadap para isterinya, sehingga mereka hidup rukun dan damai. Isteri-isteri Syekh Arsyad tersebut adalah:<br />
<br />
1. Bajut; melahirkan Syarifah dan Aisyah.<br />
2. Bidur; melahirkan Kadi H. Abu Suud, Saidah, Abu Na’im, dan Khalifah H. Syahab Al-Din.<br />
3. Lipur; melahirkan ‘Abd Al-Manan, H. Abu Najib, alim al-fadhil H. ‘Abd Allah, ‘Abd Al-Rahman, dan alim al-fadhil ‘Abd Al-Rahim.<br />
4. Guwat (keturunan Cina; Go Hwat Nio); melahirkan Asiyah, Khalifah H. Hasanuddin, Khalifah H. Zain Al-Din, Rihanah, Hafsah, dan Mufti H. Jamal Al-Din. Dalam perkawinan ini, Syekh Arsyad berusaha menyebarkan Islam di kalangan Tionghoa, dia tidak merubah nama isterinya untuk menunjukkan bahwa Islam tidak akan merubah tradisi mereka, asal tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam.<br />
5. Turiyah; melahirkan Nur’ain, Amah, dan Caya.<br />
6. Ratu Aminah; melahirkan Mufti H. Ahmad, Safia, Safura, Maimun, Salehah, Muhammad, dan Maryamah.<br />
7. Palung; melahirkan Salamah, Salman, dan Saliman.<br />
8. Kadarmik.<br />
9. Markidah.<br />
10. Liyyuhi, dan<br />
11. Dayi, keempat isteri yang terakhir ini tidak memberikan keturunan (Kadir, 1976).<br />
<br />
Syekh Arsyad melakukan dakwah di Banjar selama kurang lebih 40 tahun. Menjelang ajalnya, dia menderita sakit lumpuh, darah tinggi, dan masuk angin dan akhirnya dia meninggal dalam usia 105 tahun (hitungan tahun Hijriyah) atau 102 tahun (hitungan tahun Masehi). Sebelum meninggal, dia sempat berwasiat agar jasadnya dikebumikan di Kalampayan apabila sungai dapat dilayari. Namun apabila tidak bisa, dia minta dikebumikan di Karang Tengah, tempat isteri pertamanya, Bajut dimakamkan. Ketika dia meninggal, air sedang surut, maka wasiat pertamanya yang dilaksanakan. Dia meninggal pada 6 Syawal 1227 H/13 Oktober 1812 M dan dimakamkan di Kalampayan, Astambul, Banjar, Kalimantan Selatan (sekitar 56 km dari Kota Madya Banjarmasin).<br />
<br />
<b></b><br />
<b>• Riwayat Pendidikan</b><br />
<br />
Muhammad Arsyad hidup di tengah-tengah lingkungan keluarga yang taat beragama, dan di sinilah, untuk pertama kalinya dia memperoleh pendidikan dan teladan yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Di usia yang sangat belia (sekitar umur tujuh tahun), dia telah fasih membaca al-Qur’an. Karenanya, etika Sultan Tahlil Allah, penguasa Kesultanan Banjar pada waktu itu, mengadakan kunjungan kerja ke Desa Lok Gabang, Sultan tertarik dengan kecerdasan dan keterampilan Arsyad muda (7 tahun) dan meminta kepada orang tuanya untuk dididik di lingkungan istana dan dijadikan sebagai anak angkat. Di sinilah Muhammad Arsyad memperoleh pendidikan yang lebih berkualitas dari para guru yang didatangkan Sultan ke istana (Azra, 1998 dan Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994).<br />
<br />
Ketika Muhammad Arsyad berusia sekitar 30 tahun, Sultan Tahlil Allah mengirimkan dia ke Mekkah untuk menuntut ilmu dengan biaya istana. Dia belajar di Mekkah kurang lebih selama 30 tahun. Dalam kurun waktu yang panjang tersebut, dia tidak hanya mendalami ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti geografi, biologi, matematika, geometri dan astronomi. Kecintaan dan kehausannya terhadap ilmu, mendorong Arsyad untuk belajar lagi ke Madinah kurang lebih selama lima tahun kepada<i> imam haramain,</i> Syekh al-Islam Muhammad b. Sulaiman Al-Kurdi, seorang mufti Madinah dan Syekh Muhammad b. ‘Abd Al-Karîm Al-Sammani Al-Madani, seorang sufi besar. Azyumardi Azra (1998) menyebutkan kemungkinan, bahwa Syekh Arsyad juga belajar kepada Ibrahim Al-Ra’is Al-Zamzami, yang darinya dia mempelajari ilmu falak (astronomi), disiplin keilmuan yang nanti menjadikannya seorang ahli yang paling menonjol di antara para ulama Indonesia.<br />
<br />
Ketika berada di Mekkah, Arsyad belajar bersama dengan tokoh-tokoh abad ke-18 lainnya; Syekh ‘Abd Al-Samad Al-Palimbani dari Palembang (Sumatera Selatan), ‘Abd Al-Wahab Bugis (Sadanring Daeng Bunga Wardiah) dari Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), dan Syekh ‘Abd Al-Rahman Al-Masri Al-Batawi (Jakarta). Keempat serangkai ini adalah sama-sama murid seorang sufi besar, Syekh Muhammad b. Abd Al-Karîm Al-Sammani Al-Madani dari Madinah.<br />
<br />
Pada mulanya, empat serangkai ini bermaksud untuk melanjutkan studinya ke Mesir, tetapi oleh gurunya, Syekh Muhammad b. Sulaiman Al-Kurdi, mereka disarankan untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Imam Haramain tersebut menilai bahwa bekal keilmuan mereka sudah memadai untuk membina umat di daerah-daerah tempat asal mereka, sehingga mereka tidak perlu lagi melanjutkan studi ke Mesir, lagi pula umat di kampung halaman masing-masing lebih membutuhkan pembinaan dari mereka (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994). Namun, menurut Azyumardi Azra (1998) mereka memutuskan tetap pergi ke Mesir, tetapi hanya untuk berkunjung, bukan untuk melanjutkan studinya. Indikasi ini ditunjukkan dengan pemberian gelar kepada salah seorang teman Syekh Arsyad, Syekh ‘Abd Al-Rahman dari Betawi dengan gelar al-Mashri/al-Misry pada namanya.<br />
<br />
<br />
<b>Karir Keilmuan dan Pemikiran Syekh Arsyad</b><br />
<br />
<b>• Bidang Fatwa</b><br />
<br />
Ketika Syekh Arsyad berada di Mekkah, beberapa tahun sebelum kembali ke Indonesia, karena kedalaman ilmunya dalam bidang keagamaan, dia diberi kepercayaan oleh gurunya, Syekh Atha’ Allah, untuk mengajar dan memberikan fatwa di Masjid al-Haram, tentu saja dengan bimbingan para gurunya. Persoalan yang mengemuka di sana antara lain masalah kedaerahan Banjar yang sering dipantau oleh Syekh Arsyad melalui surat menyurat, yaitu apakah Sultan Banjar berhak menghukum orang laki-laki yang tidak melaksanakan shalat Jumat dengan denda membayar sejumlah uang kepada sultan Banjar. Permasalahan ini juga ditanyakan kepada gurunya, Syekh Muhammad b. Sulaiman Al-Kurdi, sehingga permasalahan ini dimasukkan ke dalam K<i>itab Fatawa </i>karangannya (Steenbrink, 1984).<br />
<br />
<b>• Bidang Ilmu Falak:</b><br />
<br />
<b>1) Kasus Arah Kiblat</b><br />
<br />
Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci ke Indonesia, Syekh Arsyad tidak langsung pulang ke Banjarmasin, dia singgah dulu bersama sahabatnya Syekh ‘Abd Al-Wahab Bugis beberapa bulan di rumah sahabatnya, Syekh ‘Abd Al-Rahman Al-Masri di Jakarta. Selama di Jakarta, Syekh Arsyad sempat membetulkan arah kiblat masjid-masjid yang menurut pelajaran ilmu falak yang telah dipelajari dan menurut keyakinannya tidak tepat. Masjid-masjid tersebut di antaranya adalah: Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang, dan Masjid Pekojan. Dalam mihrab Masjid Jembatan Lima yang telah dibetulkan arah kiblatnya tersebut terdapat prasasti Arab yang menunjukkan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Al-Banjari (Muhammad Arsyad) pada tanggal 4 Safar 1186 H/7 Mei 1772 M (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994). Dalam masalah ini Syekh Arsyad berpendapat bahwa arah kiblat harus diperbaiki apabila arah tersebut terbukti tidak benar (Steenbrink, 1984).<br />
<br />
<b>2). Kasus Perkawinan</b><br />
<br />
Ketika Syekh Arsyad masih berada di Mekkah, dia mendengar kabar bahwa anaknya yang bernama Syarifah dari isterinya, Bajut, sudah beranjak dewasa. Oleh karena itu dia mengawinkan anaknya tersebut dengan sahabatnya, ‘Abd Al-Wahab Bugis, dalam hal ini dia berperan sebagai wali <i>mujbir</i> yang mempunyai kuasa penuh untuk mengawinkan anaknya tanpa terlebih dahulu meminta ijin dari pihak anaknya. </div><br />
<div style="text-align: justify;">Namun ketika Syekh Arsyad kembali ke Banjarmasin, ternyata Syarifah telah dikawinkan oleh Sultan dengan seseorang yang bernama Usman dan hubungan perkawinan ini telah melahirkan seorang anak, dalam hal ini sultan bertindak sebagai wali hakim, karena wali (ayah)nya dianggap <i>uzur</i>. Padahal dalam ketentuan fikih, kedua perkawinan ini dapat dianggap benar dan sah.<br />
<br />
Untuk memutuskan permasalahan ini, Syekh Arsyad menetapkan dengan melihat masa terjadinya akad pernikahan; akad perkawinan yang lebih dahulu dilakukan, maka perkawinan tersebut yang dimenangkan. Berdasarkan keahliannya dalam bidang ilmu falak dan berdasarkan penelitiannya terhadap kedua perkawinan tersebut dengan mengaitkan perbedaan waktu antara Mekkah dan Martapura, maka dia mendapati bahwa akad perkawinan yang terjadi di Mekkah lebih dahulu beberapa saat dari pada perkawinan di Martapura. Berdasarkan penelitian ini, maka ikatan perkawinan antara Syarifah dan Usman dibatalkan, kemudian sahabatnya, Syekh ‘Abd Al-Wahab Bugis diresmikan sebagai suami Syarifah yang sah. Cerita ini dituturkan oleh Zafry Zamzam dalam Dr. Karel Steenbrink (1984).<br />
<br />
• <b>Bidang Pendidikan (Pesantren) dan Pertanian</b><br />
<br />
Syekh Arsyad Al-Banjari datang ke Martapura (Ibu Kota Kesultanan Banjar) pada Ramadhan 1186 H/Desember 1772 M. Langkah pertama yang dilakukan di sana bukan menikmati kehidupan di istana Banjar, tetapi dia berusaha membina kader-kader ulama, terutama para keluarga dekatnya. Untuk mensukseskan rencana ini, dia meminta sebidang tanah kepada sultan Tahmid Allah (1187-1223 H/1778-1808 M), penguasa Kesultanan Banjar pada waktu itu untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan dan <i>Islamic center </i>(pusat pengembangan Islam). Sultan mengabulkan permintaan mulia dari Syekh Arsyad dengan memberikan sebidang tanah kosong yang masih berupa hutan belukar di luar ibu kota Kesultanan Banjar (Azra, 1998).<br />
<br />
Syekh Arsyad menyulap tanah tersebut menjadi sebuah perkampungan yang di dalamnya terdapat rumah-rumah, tempat pengajian, perpustakaan dan asrama para santri. Semenjak itu, kampung yang baru dibuka tersebut didatangi oleh para santri yang datang dari berbagai pelosok daerah. Kampung baru ini berikutnya dikenal dengan kampung “Dalam Pagar”. Model pendidikan yang mengintegrasikan sarana dan prasana belajar dalam satu tempat yang mirip dengan model pesantren. Gagasan Syekh Arsyad ini merupakan model baru yang belum ada sebelumnya dalam sejarah Islam di Kalimantan Selatan. Selain itu di Dalam Pagar, Syekh Arsyad juga membangun sistem irigasi untuk mengairi lahan pertanian, sehingga untuk mengenang gagasannya ini, di dalam kampung Dalam Pagar ada daerah yang disebut dengan Sungai Tuan (Steenbrink, 1984).<br />
<br />
Pesantren yang dibangun di daerah pelosok, di luar kota Martapura ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses belajar mengajar para santri; tenang, damai, akrab dan belum terkontaminasi dengan budaya-budaya perkotaan. Pesantren yang dibangun di daerah pelosok, selain berfungsi sebagai pusat keagamaan juga pusat pertanian, karena di sana Syekh Arsyad bersama dengan beberapa guru dan murid mengolah tanah di lingkungan itu menjadi sawah yang produktif dan kebun-kebun sayuran (Azra, 1998).<br />
<br />
• <b>Bidang Dakwah</b><br />
<br />
Selain menciptakan sistem pendidikan model pesantren, Syekh Arsyad juga aktif dan gigih dalam melakukan aktifitas dakwah agama kepada masyarakat umum. Dalam aktifitas berdakwah ini, dia terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat, baik masyarakat kota maupun masyarakat di kampung-kampung pelosok dan terpencil, baik kepada para keluarga sultan maupun kepada rakyat biasa. Dakwah yang dilakukan secara langsung kepada masyarakat ini disambut dengan sangat positif oleh masyarakat, sehingga masyarakat selalu berduyun-duyun menghadiri tempat-tempat dimana ada pengajian dan dakwah yang diselenggarakan oleh Syekh Arsyad untuk meramaikannya.<br />
<br />
Kegiatan dakwah dan pengajian yang dilakukan Syekh Arsyad ini mempunyai arti penting bagi penyebaran Islam di Kalimantan Selatan. Kegiatan tersebut ikut membentuk perilaku religius masyarakat banyak. Orang-orang yang datang ke pengajian tersebut, setelah kembali ke kampungnya masing-masing menularkannya dengan memberikan pengajian kepada orang-orang awam di kampung mereka. Serentak suatu kampung mempunyai seorang tokoh yang memberikan pelajaran agama dan membuat para warga sekitarnya bergairah untuk megikutinya, karena dalam benak masyarakat telah timbul kesadaran untuk selalu menambah pengetahuan agama mereka (Daud, 1997: 521).<br />
<br />
• <b> Bidang Tasawuf</b><br />
<br />
Ketika belajar di Haramain, Syekh Arsyad tidak hanya mempunyai guru yang ahli dalam bidang fikih, tetapi dia juga belajar kepada guru yang ahli dalam bidang tasawuf, yaitu Syekh Muhammad b. Abd Al-Karîm Al-Sammani Al-Madani. Syekh Al-Sammani adalah seorang sufi besar yang sebelumnya masuk dalam tarekat Naqsabandiyah dan tarekat Qadiriyah, namun kemudian dia mendirikan tarekat sendiri yang diberi nama tarekat Sammaniyah. Tarekat Sammaniyah merupakan gabungan antara tarekat Naqsabandiyah dan tarekat Qadiriyah yang ditambahi dengan <i>qasyidah</i> dan bacaan lain karangannya sendiri (Bruinessen, 1999). Dengan keikutsertaannya dalam tarekat ini, Azumardi Azra dan Oman Fathurrahman (2002) beranggapan bahwa Syekh Arsyad adalah orang yang paling bertanggung jawab atas tersebar dan berkembangnya tarekat Sammaniyah ini di Kalimantan.<br />
<br />
<b>• Bidang Kenegaraan</b><br />
<br />
<b>1) Pemberlakuan Syarî‘at Islam</b><br />
<br />
Pemberlakuan Syariat Islam kepada seluruh masyarakat dan kesultanan perlu adanya kekuatan hukum yang bisa memaksakannya. Oleh karena itu, atas saran dan usulan Syekh Arsyad, dalam pemerintahan Kesultanan Banjar di berlakukan hukum Islam. Hukum Islam yang diterapkan di Kesultanan Banjar tidak hanya masalah-masalah yang berkenaan dengan hukum perdata, tetapi juga menerima masalah-masalah yang berkenaan dengan hukum pidana Islam; misalnya hukuman mati bagi pembunuh, hukuman potong tangan bagi pencuri, hukuman dera bagi orang yang berzina, dan hukuman mati bagi orang Islam yang keluar dari Islam (<i>murtad</i>) (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994).<br />
<br />
2) <b>Pembentukan Mahkamah Syari’ah dan Jabatan Mufti</b><br />
<br />
Guna mengefektifkan pelaksanaan hukum Islam di Kesultanan Banjar dan di masyarakat, maka diperlukan adanya lembaga yang khusus mengurusi dan menampung permasalahan pemberlakuan hukum Islam tersebut. Oleh karena itu Syekh Arsyad mengajukan saran untuk dibentuk Mahkamah Syari’ah, semacam pengadilan tingkat banding untuk model sekarang, setelah sebelumnya melakukan pembenahan-pembenahan di pengadilan agama dan mungkin juga di pengadilan umum (pengadilan tingkat pertama) (Steenbrink, 1984: 94).<br />
<br />
Mahkamah Syari’ah yang diusulkan Syekh Arsyad tersebut merupakan tempat kedudukan mufti. Mufti bertanggung jawab untuk memberlakukan hukum Islam di masyarakat dan Kesultanan Banjar dan bertugas menerima pengaduan-pengaduan dari hakim di tingkat pertama terhadap suatu kasus perkara. Mufti pertama yang diangkat oleh Sultan adalah Syekh Muhammad As’ad, cucu Syekh Arsyad; dan kadi pertama adalah Abu Zu’ud, putranya. Keduanya merupakan sebagian ulama yang dihasilkan dari model pendidikan pesantren yang didirikan dan dikembangkannya. Selama mereka memangku jabatan ini, Syekh Arsyad merupakan penasehat utama di bidang ini. Dan pada masa pemerintahan Sultan Tahmid Allah (1778-1808 M), Syekh Arsyad diangkat sebagai <i>mustasyar </i>Kerajaan (Mufti Besar Negara Kalimantan) untuk mendampingi sultan dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994).</div><br />
<div style="text-align: justify;">• <b>Bidang Fiqih</b><br />
<br />
<b>1). Shalat Berjamaah</b><br />
<br />
Para imam mazhab melihat masalah shalat berjamaah dari sisi formalitasnya saja; syarat sah, syarat wajib dan hukum formalnya; wajib, fardhu, fardhu kifayah, sunnah muakkad dan lain sebagainya, tetapi mereka jarang yang memfokuskan pada <i>maqâsid al-syari‘ah </i>dalam penetapan hukumnya. Dalam masalah shalat berjamaah Syekh Arsyad menekankan akan pentingnya syiar Islam di dalamnya. Syekh Arsyad menentukan ukuran syiar Islam dengan perbandingan wilayah. Menurut Syekh Arsyad jika suatu dusun yang kecil berpenduduk 30 orang laki-laki, maka wajar mereka mendirikan shalat jamaah di satu tempat. Akan tetapi apabila mereka mendiami suatu wilayah yang luas, maka tidak cukup mendirikan shalat jamaah di satu tempat. Bahkan kalau suatu penduduk kampung bersepakat untuk melaksanakan shalat berjamaah di rumah masing-masing atau di tempat yang tertutup, maka tindakan ini, menurut Syekh Arsyad belum menggugurkan hukum shalat berjamaah yang fardhu kifayah.<br />
<br />
<b></b><br />
<b>2) Zakat</b><br />
<br />
Pendapat lebih maju yang dikemukakan oleh Syekh Arsyad dalam masalah zakat ini adalah pada sisi pendayagunaan zakat. Dia berpendapat bahwa pendistribusian zakat harus lebih diorientasikan kepada pembebasan kemiskinan yang melanda masyarakat, sehingga mustahiq zakat yang utama adalah fakir miskin. Tidak sepantasnya zakat digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif (habis seketika), tetapi harus dimanfaatkan kepada hal-hal yang bersifat produkif, sehingga <i>mustahiq </i>zakat bisa memanfaatkan secara berkesinambungan. Pemanfaatan zakat secara konsumtif ini tidak bisa mengangkat harkat dan martabat orang-orang fakir miskin dan tidak bisa menghapus kemiskinan yang menjadi tujuan pendistribusian zakat.<br />
<br />
Pendistribusian zakat kepada orang-orang fakir dan miskin yang bersifat produktif ini, menurut Syekh Arsyad harus diatur dan mendapat persetujuan sultan (imam) agar distribusinya dapat terkoordinir dengan baik. Dalam rangka menciptakan efektifitas pendistribusian zakat agar tidak tumpang tindih, maka Syekh Arsyad mengajukan struktur amil zakat dan tugasnya masing-masing, mereka adalah:<br />
01. <i>Sâ’i</i>; orang yang diangkat sultan atau wakilnya untuk memungut harta zakat. Syarat menjadi sa’i adalah ahli dalam bidang tersebut, muslim, berakal, baligh, merdeka, jujur dan mendengar lagi melihat.<br />
02. <i>Kâtib</i>; orang yang bertugas mencatat harta zakat yang diterima dari para muzakki.<br />
03. <i>Qâsim;</i> orang yang bertugas membagi-bagikan harta zakat.<br />
04. <i>Hâsyir;</i> orang yang bertugas mengumpulkan para muzakki.<br />
05. آ<i>rif ;</i> orang yang mengenal kondisi para mustahiq zakat.<br />
06. <i>Hâsib; </i>orang yang bertugas menghitung harta zakat.<br />
07. <i>Jundiy</i>; pihak keamanan yang bertugas mengamankan harta zakat.<br />
08.<i> Hâfidz; </i>orang yang bertugas memelihara dan menjaga harta zakat.<br />
09. <i>Jâbi’;</i> orang yang bertugas menyuruh orang untuk mengeluarkan zakat.<br />
10. Dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan setempat (al-Banjari, t.th).<br />
<br />
<b>3) Penguburan Mayat</b><br />
<br />
Dalam penguburan mayat, Syekh Arsyad sependapat dengan Syekh Abu Zakaria Al-Anshari bahwa ukuran minimal kuburan mayat adalah apabila dapat mencegah keluarnya bau busuk dan dapat mencegah dari gangguan binatang buas. Namun dalam hal ini, Syekh Arsyad lebih menekankan perlu adanya penggalian tanah untuk kuburan tersebut, sehingga dia tidak membenarkan apabila mayat hanya diletakkan di atas tanah kemudian ditimbun tanah, meskipun hal itu sudah menghindarkan dari bau busuk dan dari gangguan binatang buas. Dan mayat tidak boleh dikuburkan pada tempat yang biasanya menjadi sasaran binatang buas.<br />
<br />
Demi lebih menjamin keamanan dari gangguan binatang buas atau dari penyebaran bau busuk, maka Syekh Arsyad mewajibkan memasukkan mayat dalam <i>tabala keranda </i>(peti mati), meskipun di kalangan ulama mazhab ada perbedaan pendapat dalam masalah ini; Ulama Hanafi membolehkan, ulama Maliki melarang, Ulama Syafi’i memakruhkan dan ulama Hambali mensunahkan. Pendapat Syekh Arsyad ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi geografis daerah Banjar yang berupa rawa-rawa dan masih banyaknya binatang buas. Dalam masalah ini, sebenarnya dia sependapat dengan ulama Syafi’i, yaitu memakruhkan apabila penggunaan peti mati tidak diperlukan, namun di sisi lain, dia mewajibkan ketika kondisi menutut penggunaannya.<br />
<br />
Kedalaman kuburan yang ideal yang tidak bisa menebarkan bau busuk dan menghindarkan dari gangguan binatang buas, menurut Syekh Arsyad adalah “setumbang berdiri dan setengah hasta dengan perdirian dan hasta yang pertengahan”. Dengan kedalaman kuburan yang memenuhi syarat adalah setinggi ukuran manusia normal ditambah satu hasta atau kurang lebih dua meter.<br />
<br />
Dalam masalah penguburan mayat, Syekh Arsyad juga memperbolehkan menempatkan dua mayat dalam satu lobang, tanpa mengurangi penghormatan dan penghargaan terhadap mayat, dengan syarat tidak bercampur antara mayat laki-laki dan perempuan. Dan mayat yang baru meninggal diperbolehkan dikubur di atas mayat lama dengan syarat mayat lama tersebut sudah benar-benar hancur, tanpa mengurangi penghormatan dan penghargaan terhadap mayat yang lama (Al-Banjari, t.th).<br />
<br />
<b>Karya-Karya Syekh Arsyad Al-Banjari</b><br />
<br />
Guna mendukung dan memperkuat penyebaran dan pendidikan Islam di nusantara, khususnya di Kalimantan Selatan, Syekh Arsyad aktif menuangkan pemikiran-pemikirannya dalam kitab-kitab yang bisa dibaca oleh para generasi berikutnya. Karya terbesar Syekh Arsyad adalah kitab <i>Sabîl al-Muhtadîn </i>(Jalan Orang-Orang yang Mendapatkan Petunjuk). Kitab yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu tulisan Arab ini merupakan kitab fikih Mazhab Syafi’i. Kitab ini merupakan kitab yang dipesan oleh Sultan Tahmid Allah, ditulis mulai tahun 1193 H/1779 M hingga 1195 H/1781 M, terdiri dari dua jilid yang masing-masing berisi 500 halaman (Burhanuddin, 2002; Pijper, 1987).</div><br />
<div style="text-align: justify;">Kitab-kitab fikih lainnya adalah <i>Luqthah al-Ajlân, Kitâb al-Nikâh</i> (Buku Nikah), <i>Kitâb al-Farâidl </i>(Buku Pembagian Harta Warisan) dan <i>Hâsiyah Fath al-Jawâd</i> (Komentar terhadap Buku Pembukaan Kemurahan Hati). Kitab-kitabnya dalam bidang tauhid, di antaranya: <i>Ushûl al-Dîn </i>(Dasar-Dasar Agama), <i>Tuhfah al-Râghibîn fî Bayân Haqîqah Imâm al-Mu’minîn wa Mâ Yufsiduh min Riddah al-Murtaddîn</i> (Hadiah Bagi Para Pencinta dalam Menjelaskan Hakikat Imam Para Mukmin dan Apa yang Merusaknya; Kemurtadan Orang-Orang Murtad), <i>Qaul al-Mukhtashar fî ‘Alâmah al-Mahd al-Muntadzar</i> (Pembicaraan Singkat tentang Tanda Imam Mahdi yang Ditunggu), dan Tarjamah <i>Fath al-Rahmân </i>(Terjemahan Buku Fath al-Rahmân). Sedangkan kitabnya dalam bidang tasawuf adalah <i>Kanz al-Ma’rifah </i>(Gudang Pengetahuan). Di samping itu, dia juga menulis Mushaf al-Qur’an dengan tulisan tangan Syekh Arsyad dalam ukuran besar yang hingga sekarang masih dipajang di dekat makamnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">Menurut riwayat, Khalifah al Sayyid Muhammad al Samman di Indonesia pada masa itu, hanya empat orang, yaitu Syekh Muh. Arsyad al Banjari, Syekh Abd. Shomad al Palembani (Palembang), Syekh Abd. Wahab Bugis dan Syekh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan “Empat Serangkai dari Tanah Jawi” yang sama-sama menuntut ilmu di al Haramain al Syarifain.</div><div style="text-align: justify;">Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu, timbullah kerinduan akan kampung halaman. Terbayang di pelupuk mata indahnya tepian mandi yang diarak barisan pepohonan aren yang menjulang. Terngiang kicauan burung pipit di pematang dan desiran angin membelai hijaunya rumput. Terkenang akan kesabaran dan ketegaran sang istri yang setia menanti tanpa tahu sampai kapan penentiannya akan berakhir. Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muh. Arsyad di kampung halamannya Martapura pusat Kerajaan Banjar pada masa itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan HW, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sultan Tamjidillah menyambut kedatangan beliau dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kerajaan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultanpun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang ‘alim lagi wara’.</div><div style="text-align: justify;">Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab <i><b>Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin</b></i>, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah “Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama”. Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, diantaranya ialah:</div><ol style="text-align: justify;"><li>Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,</li>
<li>Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,</li>
<li>Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,</li>
<li>Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.</li>
</ol><div style="text-align: justify;">Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.</div><div style="text-align: justify;">Setelah ± 40 tahun mengembangkan dan menyiarkan Islam di wilayah Kerajaan Banjar, akhirnya pada hari selasa, 6 Syawwal 1227 H (1812 M) Allah SWT memanggil Syekh Muh. Arsyad ke hadirat-Nya. Usia beliau 105 tahun dan dimakamkan di desa Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan <i><b>Datuk Kalampayan</b></i>.</div><div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
<br />
<a href="http://muslim-lspm.blogspot.com/">http://muslim-lspm.blogspot.com</a></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.com